Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita 3 Foto di Stasiun Kereta! Saya Kelihat Ndeso Banget

Sebuah perjalanan memang selalu menyisakan sebuah kenangan. Baik kenangan bahagia, sedih, seru, bosan dan kenangan lainnya, kita sendiri yang bebas untuk menentukan kenangan seperti apa yang akan kita abadikan. Seperti saya yang mengabadikan kenangan katrok dan Ndesonya saya ketika berada di Stasiun Kereta.

Masih berhubungan dengan postingan saya yang sebelumnya yaitu menceritakan perjalanan saya berangkat ke Kota Tangerang Selatan untuk foto-foto. Nah, di postingan ini saya kembali bercerita perjalanan pulang saya dari Kota Tangerang Selatan menuju Tanjung Priok.

Perjalanan saya mulai dengan berjalan kaki dari rumah om saya menuju ke jalan yang mudah di akses bapak-bapak ojol (ojek online). Jalan kakinya tidak terlalu jauh saya hanya menghabiskan waktu 5 menit.

Dengan hangatnya sinar matarhari pagi, saya menunggu bapak-bapak ojol, yang sudah saya pesan. Tiga menitan menunggu akhirnya datang Bapak ojolnya, dan terkejutnya saya melihat wajah dan motornya si bapak ojol ini, ternyata si bapak ojol ini tetangga om saya, yang biasa saya sapa.

Sudah pasti lah ya, saya ngobrol sepanjang perjalanan saat dibonceng si bapak ojol tersebut. Dan perjalanan naik ojol saya pun berakhir di Stasiun Sudimara, stasiun pertama saya menuju ke Tanjung Priok.

Di stasiun pertama ini saya tidak satu kali pun mengambil foto. Dan itulah salah satu yang saya sesalkan pada perjalanan ini. Saya sempat pindah peron di Stasiun Sudimara, uniknya jalan untuk pindah peron melalui jalan bawah tanah, walaupun bukan jalan yang panjang tapi di mata saya ini adalah wawasan dan pengalaman baru. (bau-bau ndeso sudah tercium).

Perjalanan di dalam kerata pun dimulai ketika saya masuk kereta dengan kaki kanan melangkah melewati pintu terlebih dahulu. Di luar perkiraan saya (yang jarang naik kereta) ternyata kereta di hari libur (Ahad) berbeda dengan hari Sabtu     ketika berangkat ke Tangerang Selatan.

Setiap gerbong di kereta penuh (tempat duduknya), rata-rata penumpangnya ibu-ibu dan anak-anak. Ternyata meraka semua akan menuju ke Kota Jakarta untuk berekreasi. Sebagai abang-abang yang terlihat sholeh saya pun berdiri selama perjalanan dari Stasiun Sudimara sampai Tanah Abang.

Posisi berdiri saya tepat di depan pintu dan sambil melihat pemandangan dari jendela kaca. Sebenarnya saya ingin sekali foto-foto tapi saya malu banyak adik-adik melihat saya dikiranya saya abang-abang tentara, kebetulan gaya cukur saya ABCD (Abri Bukan Cepak Doang).

Karena tidak ada istilah macet dan lampu merah, akhirnya kereta sudah sampai di Stasiun Tanah Abang dengan cukup cepat. Saya pun bergegas keluar dari kereta dan segera mencari peron yang akan menuju ke Kampung Bandan.

Di sela-sela saya pindah peron yang melalui jalan layang saya akhirnya bisa mangambil sebuah foto. Wes pokoknya saya gak mikirin malu lagi,  yang penting saya harus dapet foto di stasiun tanah abang. Sekitar 3 menitan saya foto-foto, hanya satu foto saja yang mantap di hati.

Foto Rel Kereta di Tanah Abang
Foto Rel Kereta di Tanah Abang

Setelah selesai foto-foto, sambil berjalan saya pun memilah beberapa foto saya. Hal tak terduga pun ada di hadapan, saya kaget ternyata saya malah berjalan menuju pintu keluar Stasiun Tanah Abang. Paniklah saya, segera saya cari peron tujuan saya, dan ternyata saya cukup jauh terlewat dari peron saya. 

Syukurlah ternyata kereta yang akan saya naiki yaitu kereta arah ke Stasiun Kampung Bandan belum datang. Sambil menunggu kereta datang saya masih memilah beberapa foto saya. Speaker pemberitahuan di stasiun tanah abang berbunyi yang memberitahukan bawah kereta arah kampung bandan mengalami keterlambatan 5 menit.

Pikir saya dengan santai, menunggu 5 menit bukanlah masalah karena biasanya saya terjebak macet saat naik motor bisa bermenit-menit.

Selama waktu 5 menit berjalan menunggu kereta datang, tak terasa peron yang saya tempati ternyata sudah ramai sekali. Berdesak-desakan sambil menunggu kereta ternyata salah satu hal yang mungkin sama menjengkelkannya seperti terjebak macet ketika naik motor. Tapi bukan masalah sih karena orang-orang yang berdesakan adalah orang-orang yang kebanyakan akan berlibur jadi baunya wangi-wangi (sebenernya saya nggak mau menulis bagian yang ini).

Akhirnya kereta yang akan ke arah stasiun kampung bandan tiba. Sesuai aturan, para penumpang yang akan naik harus menunggu terlebih dahulu sampai seluruh penumpang yang baru tiba keluar.

Jauh berbeda dengan keadaan saat di peron, di dalam kereta menjadi tidak berdesak-desakan karena sebagian ada yang duduk dan ada yang berdiri. Sebagai abang-abang yang terlihat sholeh maka saya pun berdiri karena tak menemukan tempat duduk yang kosoooooong.

Kereta pun akhirnya memulai perjalanannya kembali. Dari Stasiun Tanah Abang menuju ke Stasiun Kampung Bandan kereta akan melakukan pemberhentian yaitu di Stasiun Duri dan Stasiun Angke. 

Dan di pemberhentian Stasiun Angke akhirnya saya bisa kembali mengambil sebuah foto. Di posisi ini saya sudah duduk karena di pemberhentian Stasiun Duri banyak sekali penumpang yang turun.

Saat pengambilan foto sebenarnya saya agak malu-malu, soalnya di samping saya ada mbk-mbk berjilbab pink. Yah, namanya sudah kebelet pingin foto akhirnya saya cuek bebek aja. Dengan memaksakan untuk PD saya mengangkat HP saya yang mulai mengincar target foto saya. Cekrrek…(sebenarnya gak ada suaranya soalnya sudah saya silent kameranya)

Karena saya cukup tinggi mengangkat HP, bapak-bapak berkacamata hitam pun menoleh dan akhirnya terabadikan dengan posisi wajah melihat ke kamera HP saya.

Foto di Pemberhentian Stasiun Angke
Foto di Pemberhentian Stasiun Angke

Kereta pun melanjutkan perjalanan ke Stasiun Kampung Bandan. Perjalanan yang cukup jauh yaitu 4,102 Km, membuat saya agak bosan, dan menyebabkan saya menguap pertama kalinya pada hari itu. (Saya inget banget itu menguap pertama saya di hari itu)

Akhirnya kereta pun sampai di Stasiun Kampung Bandan dan saya turun dari gerbong kereta. Baru beberapa langkah turun gerbong kereta, terdengar speaker pemberitahuan Stasiun Kampung Bandan bahwa kereta tujuan Stasiun Ancol akan segera berangkat. 

Seperti reflek seorang atlit pelari (atlit kepepet) saya pun mulai lari, baru berapa langkah saya berlari, saya ditegur bapak security. Saya diberi tau untuk tidak lari-lari di stasiun. Saya pun beralih jadi atlit jalan cepat.

Saya jalan cepat, dan akhirnya saya sampai di pintu keluar Stasiun Kampung Bandan dan itu artinya saya salah jalan lagi. Karena tujuan saya Stasiun Ancol maka saya harus menuju ke Peron 8. (Di deket pintu keluar saya tanya Pak Security peron berapa untuk arah ke Stasiun Ancol)

Masih dengan mode atlit jalan cepat saya menuju ke Peron 8, kebetulan untuk ke peron 8 harus menaiki tangga, jadi agak memperlambat jalan saya. Saat sedikit lagi selesai menaiki tangga terlihat gerbong kereta arah ke Stasiun Ancol dan seorang Bapak security yang berkata tegas “cepet mas masuk, bentar lagi nutup pintunya”.

Saya pun hanya berjarak 4 langkah dari pintu gerbong kereta, tapi pintu gerbong sudah tertutup walaupun kereta belum jalan.    “Ayo Pak Buka Pak!” ucap abang-abang Sambil pegang pintu keretanya

“Udah mas, gak bisa! Keretanya sudah mau jalan, minggir ke sini” bentak pak security sambil menghalangi abang-abang ndeso yang dikira pintu kereta bisa ditawar seperti pintu bus.

Yap betul, siapa lagi abang-abang ndeso itu kalo bukan saya.

Ya udahlah mau bagaimana lagi kereta sudah jalan. Saya pun memilih menunggu kereta selanjutnya di peron 8 yang lumayan sepi karena sudah naik semua di kereta yang tadi.

Menunggu dan menunggu, peron 8 pun lama kelaman mulai ramai ibu-ibu dan anak-anak yang akan berekreasi di Taman Ancol. Sebenarnya ada mbk-mbk dan mas-mas juga, tapi saya pura-pura gak lihat soalnya meraka itu seperti orang pacaran (Sebenarnya memang pacaran sih).

Terdengar oleh telinga saya yang sedari tadi nguping. Salah satu di antara mbk-mbk, ada yang bilang bahwa menurut aplikasi yang ada di HPnya, kereta yang akan ke Stasiun Ancol akan datang dalam waktu 15 menit lagi.

Sontak saya lemes lunglai, lesu tak bertenaga. Kalau tau begini keadaannya saya mending keluar dari Stasiun Kampung Bandan dan jalan agak jauh sedikit untuk menuju jalan raya dan naik angkot ke arah Tanjung Priok. Tapi pagi itu matahari sudah bersinar cukup terik. Jadi, saya putuskan menunggu kereta selanjutnya.

Dan di sela-sela 15 menit yang membosankan saya pun mengambil foto, tapi kali ini seperti tidak terlalu bergairah untuk foto karena sudah badmood. 

Foto Peron 8 Stasiun Kampung Bandan.
Foto peron 8 Stasiun Kampung Bandan.

Saya yang sedang nyender di tiang-tiang peron 8, sambil memeluk dengkul saya, tiba-tiba tertidur sebentar dan terbangun karena kaget dengan suara kereta yang datang dari jauh untuk mendekat ke peron 8. 

Kagetnya saya ternyata sudah cukup ramai orang yang menenuggu di peron 8. Baru sebentar saya tinggal tidur sudah banyak mbk-mbk yang berpakaian rapi berdiri di samping saya. Dengan wajah bangun tidur agak kusut, saya pura-pura melihat HP saya agar gak malu-malu banget.

Nah, saya akhiri sudah cerita 3 foto di Stasiun ketika saya jalan pulang dari Kota Tangerang Selatan menuju Kota Tanjung Priok. Dan mohon maaf bila cerita dibalik foto-foto tersebut terlalu panjang. Tapi semoga saja dari teman-teman bisa mendapat  sedikit gambaran bagimana rasanya naik kereta dan berada di stasiun kereta. Semoga menghibur 



Peta Jalur Kereta Jabodetabek
Peta Jalur Kereta Jabodetabek

30 komentar untuk " Cerita 3 Foto di Stasiun Kereta! Saya Kelihat Ndeso Banget"

  1. stasiun kereta memang ramai.....
    keren foto fotonya.... 👍👍

    BalasHapus
  2. Sama saya juga kalau photo2 ditempat keramaian suka gimana gitu pak, Terlebih kalau ada para gadis cantik pengennya photo2 terus.🤣🤣🤣

    Harusnya dari St Tanah abang sampai St Kp.Bandan minimal ada 5 photo cewek cantik pak.😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harusnya sih pak, berhubung saya ini agak pemalu jadi skip skip aja. Ntar dikira pria hidung belang saya hahahah

      Hapus
    2. Haaahaaa! bawa santai saja pak... Ok lanjut terus.😁😁

      Hapus
    3. Ahsiappp Pak Satria 🫡

      Hapus
  3. Teknis pengambilsn fotonya super bagus, ananda Nuhid. Tapi kurang banyak. He he ......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap Bu, nanti saya tambahin lagi 😊

      Hapus
  4. Kenapa kalo baca tulisan mas Nuhid ini bikin saya suka senyum"sendiri..lucu iya..ngenes juga iya wwkkk😭...semua nya bikin saya terhibur di antara kalimat"lucu di atas...foto"nya juga bagus "..saya harus belajar banyak dari sampean mas

    BalasHapus
  5. Kalo begitu baca postingan saya harus di tempat yang tertutup, karena senyum-senyum sendiri takutnya nanti orang salah paham.

    Hayuk lah belajar bersama, dan tunggu juga postingan selanjutnya.

    Terima kasih Bu Mreneyoo atas kunjungnnya

    BalasHapus
  6. Wkwkwkk...di kira agak nganu yaa...templatenya apik mas...lebih lengkap

    BalasHapus
  7. Templatenya punya mas sugeng.id , temanya sudah banyak yang pakai bu, jadi agak pasaran

    BalasHapus
  8. Pasaran dikit ga apa..yg penting lengkap dan enak di baca isinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu bu, inti sebenarnya. 🤭

      Hapus
  9. Saya jadi ingat ibukota, 2009-2019, senantiasa menikmati suasana² di KRL, terus Transj, MRT, LRT, ketika baca tulisan soal KRL ini jadi ingat dulu. Sekarang tinggal di Jatim suasana kaya gitu ngangeni, walau bentar aja si, karena pasti kalau lama stres dengan hiruk pikuknya.

    Kalau KRL di Jakarta itu kuncinya sabar, selama gak dikejer waktu, santai saja, karena KRL ada tiap beberapa menit, nunggu gak lama koq. Hampir ditiap stasiun berhenti, asal tahu rute kereta, pasti bisa sampai koq, gak usah buru² lari² takut krtinggal kereta, karena keretanya banyak, kecuali kalau dikejer waktu. Soalnya sejak Covid19 usai, Jakarta kembali ke adat kebiasaannya , yakni ruwet dan hiruk pikuk, bikin stres.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, setelah covid19 semuanya perlahan kembali seperti semula, transportasi umum kembali ramai.

      Banyangin sendiri pas covid19 naik kreta seperti raja, duduk sendiri dan saling berjauhan.

      Ayo pak sering-sering main di jakarta, perkembangan begitu pesatnya di kota ini.

      Hapus
  10. Kak, mohon maaf sepertinya peta jalur KRL yang Kakak taruh masih peta yang lama. Yang sekarang udah update, jadi jalur dari Bekasi nggak ada yang langsung ke Jakarta Kota :( hiks sedih. Jadi harus transit di jalur maut Manggarai kalau mau ke Jakarta wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, iya ya. Ternyata yang aku pasang rute yang lama. Makasih ya Lia atas informasinya.

      Hah, jalur maut? Ada apa di Manggarai?

      Hapus
    2. Sama-sama, Kak Nuhid.
      Di Manggarai disebut jalur maut karena kalau transit di sana ramaiii banget, sampai kadang nggak bisa jalan barengan sama teman kalau sedang transit saking padatnya makanya sering diledekin sebagai jalur maut😂

      Hapus
  11. Dulu aku juga sama kok mas, suka ga enakan ambil foto di temoat ramai. Tapi kebetulan suami saya orangnya PD banget, jadi dia tuh yg maksa utk ngilangin rasa malu 🤣.

    Kalo skr sih, aku udah bisa bersikap cuek kalo ambil foto 😄. Apalagi pas ambil foto makanan buat tulisan di blog atau foto saat liburan 😁. Kalo dipikir2 toh selama itu ga ganggu orang lain, ya udahlaaah, lakuin aja 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waw ada mbk fanny, mungkin bisa saya terapkan juga kali ya.

      Harus PD dan cuek bebek. Awalnya sudah niat begitu tapi pas di lapangannya nggak tau dah suasanannya sudah berbeda.

      Tapi memang terlalu kebanyakan mikir sih, dan itu mikirin pandangan orang sekitar.

      #HarusCuek

      Hapus
    2. Sudaaaah memang awalnya 😅😅. Bahkan sampe skr aja aku belum segitu PD nya. Kalo udh kelewat rame, kumat deh malu2nya 🤣.

      Tapi kalo di tempat yg aku tau banyak turis, baru ga terlalu peduli. Kayak waktu itu, suami ngajakin foto pas nyebrang jalan. Kan nyebelin 🤣🤣.iya sih buakn negara kita, ga ada yg kenal juga, tapi aku belum segitu confident nya juga 😅

      Hapus
    3. Berarti tetep harus lihat kondisi yak, 🤣🤣🤣

      Hapus
  12. Balasan
    1. Siap Pak Tenza 🤭🤭🫡🫡🫡

      Hapus
  13. Wah, aku nyari cewek cantik yang pakai jilbab pink kok ngga ada, apa buat koleksi pribadi ya.😂

    Dapat Abang ojol nya malah ternyata tetangga ya, ngga sekalian ikut naik kereta Abang ojol nya kang.😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya saya kira mbk-mbk jilbab pink itu gadis eh ternyata ibu-ibu. 🥹😀

      Ahhaha mau ngapain abang ojolnya ikut, maksudnya buat temen ngobrol gitu?

      Hapus
  14. kalo aku ngambil foto di tempat umum malh malu banget mas, apalgi foto selfie, tapi yah kalo pemandangan bagus dan orang dikit pasti gw foto :D

    btw gw belom pernah lho mas naik kereta, kayaknya oengen babget deh naek kereta kapan2 :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ya itu masalah umunnya, malu ahahah sama aja ya.

      Walah Mas Khanif tinggal di mana? Jauh dari kerata api kah?

      Hapus