tag:blogger.com,1999:blog-71066246756597716372024-01-16T06:53:54.953+07:00Nuhid SantaiBlogger Santai, ngeblog tidak untuk kaya dan populer | Blog berisi tentang review foto pribadi, cerita perjalanan dan cerpen karya pribadi.nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-82484243863377864192023-03-23T13:43:00.002+07:002023-03-23T13:43:15.662+07:00Bulan Ramadhan sudah dimulai? Puasa 2023 Jangan bolong ya puasanya<p> Ya, akhirnya telah sampailah kita pada Bulan Ramadhan 1444 Hijriah tepatnya di Tahun 2023. Bagaimana kabar teman-teman semua? Kurang lebih 1 pekan saya tidak membuat postingan.</p><p>Jika ditanya kenapa tidak posting selama itu, maka jawabannya karena kepentok cerpen. <a href="https://www.nuhid.com/2023/03/dua-target-dari-orang-misterius.html" target="_blank">Cerpen Dua target dari orang misterius</a>, adalah cerpen yang belum selesai dan masih ditunggu lagi kelanjutannya.</p><p>Karena tuntutan diri saya sendiri yang ingin segera menyelesaikan cerpen tersebut malah berujung mager tingkat tinggi.</p><p>Sebenarnya sudah saya buat konsepnya dan sudah dapat lumayan banyak, tapi karena hati belum sreg jadi cerpennya tak kunjung diupload.</p><p><i>Bagaimana dengan postingan foto-foto?</i></p><p>Untuk postingan foto-foto juga lagi males banget ngerjainnya karena mager dari cerpen yang merembet ke postingan foto-foto. Hingga Ramadhan sudah datang, bisa dibilang saya masih terjebak di zona leha-leha. </p><p>Tapi di hari pertama puasa ini saya tidak boleh melewatkannya begitu saja, setidaknya ada sebuah postingan yang terbit di hari yang penuh leha-leha ini.</p><p>Hari pertama puasa adalah hari libur cuti bersama karena hari sebelumnya adalah libur nasional Hari Raya Nyepi.</p><p>Dari pagi hingga siang hari (saat menulis postingan ini) cuaca panas menjadi salah satu cobaan puasa di hari pertama. Langit bersih dengan sedikit awan, sinar matahari menyinari bumi dengan sedikit penghalang.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3juHYL7rGLERcwK7OvJ2NWVretzjNTw8tnFFbTHeH9neRvzdT1IJs7YApQd37VB4cNXOKbywWdpvaVfsfzJsFQVr7pjsvwAJbJiRhHVCUO8eU8U2SZwRIE4OIEI3mhlSOum6n3STo2QQS4QPxLz6GfMiYQ8GrQ0eb-e6X5GorqR3iSCTY7Wu74Cfh/s711/foto-siang-hari-di-hari-pertama-puasa-2023.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto siang hari di hari pertama puasa 2023" border="0" data-original-height="400" data-original-width="711" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3juHYL7rGLERcwK7OvJ2NWVretzjNTw8tnFFbTHeH9neRvzdT1IJs7YApQd37VB4cNXOKbywWdpvaVfsfzJsFQVr7pjsvwAJbJiRhHVCUO8eU8U2SZwRIE4OIEI3mhlSOum6n3STo2QQS4QPxLz6GfMiYQ8GrQ0eb-e6X5GorqR3iSCTY7Wu74Cfh/s16000/foto-siang-hari-di-hari-pertama-puasa-2023.webp" title="Foto siang hari di hari pertama puasa 2023" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto siang hari di hari pertama puasa 2023</td></tr></tbody></table><p>Leha-laha adalah satu kegiatan yang sangat pas. Tidak lupa juga selalu mengawasi jam, karena <strike>menunggu waktu berbuka</strike> nanti sore ada jadwal pertandingan game favorit saya.</p><p>Eh, sebenarnya saya tidak kunjung membuat postingan semata-mata bukan karena mager dalam menulis cerpen. Faktor lainnya yaitu saya dapat promo dari vidio.com.</p><p>Promonya menarik sekali, bebas nonton film di aplikasi vidio.com hanya dengan 3rb rupiah dalam 1 bulan. Nah, karena saya mengambil promo tersebut saya gas terus nonton film-film di aplikasi vidio.com nya.</p><p>Dari yang film seris sampai film drakor. Yang jelas film-film unggulan yang ada di aplikasi vidio.com sudah saya tonton. Salah satu filmnya Perfect Proposal. Sebenarnya sih film lama. Tapi tak apalah mumpung bisa nonton.</p><p>Repot juga ya kalo dapat promo menarik tapi justru mengganggu produktifitas. Dan lagi di bulan puasa ini banyak sekali acara, contohnya acara pengajian di bulan puasa, acara turnamen game favorit, acara bukber di kantor, acara bukber alumni (baru wacana aja sih).</p><p>Semoga dengan banyaknya acara di bulan puasa kali ini tidak mengganggu ibadah puasanya ya. Jangan sampai deh puasanya bolong.</p><p>Sayang gitu, badan sehat dan kuat tapi puasanya bolong. Buat yang tahun kemarin puasanya bolong hayuk semangat jangan bolong tahun ini (khusus untuk yang cewe auto bolong sih, yang sabar yak).</p><p>Dah lah itu saja untuk postingan kali ini, saya mau lanjut tidur lagi. Untuk sambungan cerpen sebelumnya masih proses ya, belum selesai dan belum sreg untuk diupload.</p><p>Jadi jangan ditanyain lagi ya cerpennya. Ahahhahah</p><p>Sekian sampai jumpa di postingan selanjutnya.</p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-92207398800782216072023-03-10T03:12:00.002+07:002023-03-10T03:12:39.982+07:00Dua Target dari Orang Misterius<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ7kS786bfbLd6LJW1YzwiE6WF8nWhJfDrnDrrGWVfTl6lBrgEWKHdPHwEwWbCh0LYYpwnHx85bGfZoPYMxsiScFu2dPGewo3xa5uNO8aTxcaAAS3S9_Pi3jMO-VUEzG3v2T_wkQXUVF-GNx18KXz-HS2dRrYiTbiz6PrK1EaiY1baN93__akxgnMv/s533/cover-cerpen-dua-target-dari-orang-misterius.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Dua Target dari Orang Misterius" border="0" data-original-height="300" data-original-width="533" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ7kS786bfbLd6LJW1YzwiE6WF8nWhJfDrnDrrGWVfTl6lBrgEWKHdPHwEwWbCh0LYYpwnHx85bGfZoPYMxsiScFu2dPGewo3xa5uNO8aTxcaAAS3S9_Pi3jMO-VUEzG3v2T_wkQXUVF-GNx18KXz-HS2dRrYiTbiz6PrK1EaiY1baN93__akxgnMv/s16000/cover-cerpen-dua-target-dari-orang-misterius.webp" title="Cover Dua Target dari Orang Misterius" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Dua Target dari Orang Misterius</td></tr></tbody></table><br /><br /><p></p><blockquote><p>Jangan menyerah</p><p>Jangan menyerah </p><p>Jangan menyerah ow wo wo</p><p>Syukuri apa yang ada </p><p>Hidup adalah anugerah</p><p>tetap jalanai hidup ini</p><p>Melakukan yang terbaik</p></blockquote><p></p><p><br /></p><p>Terdengar merdu seseorang yang sedang menyanyikan sebuah lagu. Iya benar, suaranya merdu, bahkan ia pernah menjuarai sebuah lomba karokean.</p><p>Agus setiap malam setelah isya selalu rutin mengcover sebuah lagu untuk para pelanggan setia yang sedang makan di wartegnya.</p><p>Salah satunya Jaey yaitu seorang supir angkot yang tertidur pulas di meja makan. Tidurnya begitu nyenyak, bukan karena lagu yang dibawakan oleh Agus, akan tetapi karena suasana hujan rintik-rintik yang mengguyur sejak pukul 17.00.</p><p>Di samping warteg milik Agus, ada toko buku milik Hermansyah yang masih terlihat buka. Dan pemilik toko buku tersebut sedang asik menulis di selembar kertas.</p><p>Di malam yang dingin dan gelap karena sedikitnya pencahayaan sebuah kota kecil. Membuat suasana jalan raya di depan Warteg Agus dan Toko buku Hermansyah tampak sepi kendaraan yang lewat.</p><p>Namun, tiba-tiba saja ada sebuah mobil taksi yang minggir dan berhenti di dekat angkot milik Jaey yang parkir tepat di depan warteg Agus. </p><p>Dari mobil taksi tersebut keluar seseorang sambil membuka payung hitamnya. Orang tersebut berbadan tegap berjas hitam memakai dasi berwarna merah, menggunkan celana hitam dan sepatu pantopel hitam yang mengkilat.</p><p>Dia yang masing menghadap ke jalan raya lalu berbalik arah menghadap warteg milik agus. Sambil memegang payung hitam dan memeluk sebuah tas, seperti tas laptop namun sangat tebal sekali.</p><p>Tiba-tiba orang berjas hitam itu tersenyum setelah sesaat melihat poster milik warteg Agus. Lalu pria bertubuh tegap itu menuju kedalam warteg Agus.</p><p>Hermansyah yang sedari tadi menulis di selembar kertas ternyata diam-diam memperhatikan orang yang terlihat misterius itu sejak turun dari taksi hingga masuk ke warteg milik Agus.</p><p>Di kota kecil tempat saat ini Hermansyah dan Agus mengais rezeki adalah kota yang jauh sekali dari kota besar. Dan sangat jarang menemukan orang berpenampilan seperti orang misterius yang baru saja masuk ke warteg Agus.</p><p>Hermansyah memang sangat penasaran tapi ia tidak sedikit pun berani mengintip ke dalam warteg Agus. Karena dari beberapa buku yang pernah ia baca, Hermansyah berfikir bahwa orang berjas hitam dan bertubuh tegap biasanya adalah seorang pengawal atau seorang yang sedang dalam misi rahasia.</p><p>Selain itu ada hal yang membuat Hermansyah risu, yaitu apa isi dari tas pria tersebut? Tasnya begitu tebal dan pria itu membawanya dengan dipeluk seperti benda yang sangat penting.</p><p>Lagi-lagi Hermansyah berfikir dan menerka-nerka, itu pasti uang, emas, kertas saham, tiket ke amerika, pistol. Tiba-tiba Hermansyah berhenti berfikir setelah mengatakan pistol. Lalu dia bergegas menutup setengah pintu tokonya.</p><p>Berbeda dengan pikiran Hermansyah. Agus yang melihat orang berjas hitam turun di depan wartegnya, dengan segera membangunkan Jaey yang sedang tertidur.</p><p>“Jaey bangun jaey ada pelanggan elite” ucap Agus dengan suara pelan sambil noel noel tangan jaey yang digunakan untuk bantal tidur.</p><p>Akhirnya orang berjas hitam itu pun masuk ke dalam warteg Agus. Terlihat ia menutup payung hitamnya yang basah. Lalu menaruh tasnya yang tebal di atas meja makan, sambil sedikit memukul-mukul tasnya tersebut yang sedikit basah karena air hujan.</p><p>Suara pukulan orang tersebut ke tasnya yang agak keras akhirnya membangunkan Jaey. Jaey langsung mengangkat kepalanya sambil menyeruput kembali ilernya yang sedari tadi mengalir di meja warteg milik Agus.</p><p>Suara keras dari pukulan orang tersebut tidak hanya membangunkan Jaey, tetapi juga membuat Agus terkaget-kaget.</p><p>Jarak meja Jaey dan orang berjas hitam tersebut memang cukup jauh, tapi Jaey yang baru bangun terlihat agak panik, dan tidak berani melihat orang tersebut.</p><p>Agus yang sedari tadi berdiri berusaha membangunkan Jaey kini menatap curiga Jaey.</p><p>“Itukah pinjol yang sering gedor-gedor pintu rumahmu” tanya Agus berbisik ke Jaey sambil duduk di kursi tidak jauh dari Jaey.</p><p>Jaey yang diberi pertanyaan tersebut lalu memegang gelas dan menyeruput sisa kopinya yang sudah dingin. </p><p>“Kalo dari bentuk badannya mirip Gus, cuma seragamnya beda” jawab Jaey sambil sedikit sedikit menjilat ampas kopi di bibirnya.</p><p>“Mungkin itu bossnya, yang langsung turun gunung” ucap Agus kepada Jaey yang agak menakut-nakuti.</p><p>“Masa sih, ngarang aja kamu Gus” ucap Jaey terlihat wajah paniknya.</p><p>Dari meja makan dekat pintu depan warteg Agus, pria berjas itu memanggil Agus. Orang itu tampak memesan beberapa makan dan minum.</p><p>Terlihat Agus sangat serius saat menulis pesanan pelanggan elitenya tersebut. Sesaat setelah selesai menulis pesanan. Tiba-tiba pria itu menanyakan sesuatu kepada Agus.</p><p>Pria Misterius : “Mas, boleh saya tanya nggak ya?” </p><p>Agus : “Boleh Pak silakan”</p><p>Pria Misterius : “Mas, pernah lihat foto ini nggak ya?” (sambil menunjukan hp dan memperlihatkan 2 foto yang terdapat pada layar hp tersebut.)</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUDMFRStOMAeAWjLM2fE-qmpuUnq4AWnHXNoaGSFKfTZrp8uoFUSaqu9dGXpyfWbSx8WZsSsgXUYUuUWyRPA4i6NdPyci_owFuOJ_lswLqIunJ5UUaS4yzZ-k_ZfP5hGytwZednT9nwvhfjvZBB6grmCX32WXXkEHsRR5BOmrG9R435lt_jkdtf0EO/s1080/khanif-dan-djangkaru.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto dari 2 target" border="0" data-original-height="660" data-original-width="1080" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUDMFRStOMAeAWjLM2fE-qmpuUnq4AWnHXNoaGSFKfTZrp8uoFUSaqu9dGXpyfWbSx8WZsSsgXUYUuUWyRPA4i6NdPyci_owFuOJ_lswLqIunJ5UUaS4yzZ-k_ZfP5hGytwZednT9nwvhfjvZBB6grmCX32WXXkEHsRR5BOmrG9R435lt_jkdtf0EO/w320-h196/khanif-dan-djangkaru.webp" title="Foto dari 2 target" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto dari 2 target</td></tr></tbody></table><br /><p><br /></p><p>Agus : “Hemm… saya kenalnya yang sebelah kanan Pak” (berusaha tetap tenang walaupun agak kaget karena 2 orang yang ia kenal terpampang jelas dalam foto tersebut)</p><p>Iya, Agus masih menutupi dan pura-pura tidak kenal dengan Khanif. Karena Agus belum tau apa tujuan dari orang misterius itu menanyakan kedua orang yang ia kenal.</p><p>Pria misterius : “Jadi Masnya kenal Sama Djangkar? Rumahnya sebelah mana ya Mas? Jauh nggak ya dari sini?” (rentet pertanyaan dengan agak senyum kecil ke arah Agus)</p><p>Agus : “Orangnya jarang di rumah Pak, jarang keluar juga sih, saya terakhir liat waktu dia benerin payung di gang sebelah.” (Jelas Agus sambil berjalan meninggalkan pria misterus)</p><p>Agus pun masuk ke dapur. Di dalam dapur Agus manggil Jaey untuk membantunya memasak.</p><p>“Jaey bantuin saya masak Jaey” ucap Agus dari dapur.</p><p>Jaey yang sedari tadi was was sejak ada pria misterius itu, dengan sigap melaju ke dapur.</p><p>Begitu masuk ke dapur tiba-tiba Agus menarik Jaey dengan agak panik.</p><p>“Jaey denger Jaey, Guru Pinjol mu lagi di cari orang yang ada di depan. Kemungkinan di cari Guru Pinjol lu untuk nagih utang.” Ucap Agus yang panik dengan nafas sperti orang habis lari sehabis pemanasan olahraga.</p><p>“Waduh dia nyariin saya juga donk” ucap Jaey dengan suara agak panik.</p><p>“Suuuuuttt jangan keras-keras!! Kamu taukan Djangkar? Dia Tukang pinjol tapi gak pernah bayar! dan Khanif ponakan saya di cari orang itu juga.” ungkap Agus dengan nada sedikit emosi.</p><p>“Saya gak tau Khanif ikut pinjol atau nggak, jadi minta tolong sama kamu cari Khanif dan tanya dia penah ikut Pinjol nggak?” Timpa Agus sambil mendorong keluar dari warteg Agus lewat pintu belakang.</p><p><br /></p><p>Bersambung…</p><p><br /></p><p>Silakan berekspektasi seluas mungkin di kolom komentar</p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com39tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-14783385533843393582023-03-09T23:21:00.003+07:002023-03-09T23:27:34.253+07:0013 Foto dengan Model Misterius<p>Kata misterius kadang membuat saya jadi penasaran. Oleh karena itu, pada postingan kali ini saya akan berbagi 13 foto dengan model misterius. Dengan harapan para pembaca juga penasaran.</p><p>Sebenarnya judul postingan kali ini hanya tipu-tipu saja, karena model yang ada pada 13 foto saya kali ini sama sekali tidak ada yang misterius. Masing-masing modelnya sudah saya ketahui, jadi tidak ada yang misterius. </p><p>Untuk membuat postingan kali ini, saya sangat bekerja keras dalam menemukan idenya. Ini semua karena efek pembuatan <a href="https://www.nuhid.com/2023/03/cerpen-ternyata-oh-ternyata.html" target="_blank">cerpen Ternyata oh ternyata</a> yang menguras habis energi dan pikiran. </p><p>Dan hal tersebutlah yang menghabat saya dalam memikirkan ide postingan ini. Segala cara saya lakukan untuk mendapat ide postingan.</p><p>Salah satunya yaitu melihat kembali galeri foto saya yang ada di laptop. Dari usaha saya tersebut saya menemukan sebuah ide yaitu ide untuk membagikan ulang foto-foto lama saya.</p><p>Iya betul, membagikan ulang. Karena memang fotonya sudah pernah saya upload di Instagram. Berhubung instagram saya sudah dihapus tidak ada salahnya saya upload lagi di blog.</p><h3 style="text-align: left;">13 Foto dengan Model Misterius</h3><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNeGRO8-Zba42BdmSaBB7rEf4-emskgUvIff5Af4NqcrZXfC2WV33Rn10-92eRH2G9wBwPtkXl7t2k77II22ZMxOtP2JmEvAaPdRW2ptMj7-Ls03RUuF5LjqGHZyBqeEjMtHxp1MFqM6BQfgbvkm3lTdX1kSkXOfSTfpQFUB7eSX5wOtpeE-q7NLeA/s601/foto-di-kebun-teh-ciwidey.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seseorang mengendong anak kecil di kebun teh" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNeGRO8-Zba42BdmSaBB7rEf4-emskgUvIff5Af4NqcrZXfC2WV33Rn10-92eRH2G9wBwPtkXl7t2k77II22ZMxOtP2JmEvAaPdRW2ptMj7-Ls03RUuF5LjqGHZyBqeEjMtHxp1MFqM6BQfgbvkm3lTdX1kSkXOfSTfpQFUB7eSX5wOtpeE-q7NLeA/s16000/foto-di-kebun-teh-ciwidey.webp" title="Foto seseorang mengendong anak kecil di kebun teh" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seseorang mengendong anak kecil di kebun teh</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJyYNBCgiY--I8-2fIXaVfbCyTzQkq4W4DwD1uZQRlpXThgLhm-3cViuLcxH3xguITV0fxtiSBdRu89cHDCOfKnFLcZRvSdOmuf-CKGaRabm89QvuyBtOCugmcvPztL9S-g7FiUeOwtrMGlDjKsbVZLdnxmYHkNQCzGIKVLfnvg5SGQH_WVDmDn9Z8/s601/foto-orang-di-sawah-ketika-pagi-hari.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seseorang di sawah ketika pagi hari" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJyYNBCgiY--I8-2fIXaVfbCyTzQkq4W4DwD1uZQRlpXThgLhm-3cViuLcxH3xguITV0fxtiSBdRu89cHDCOfKnFLcZRvSdOmuf-CKGaRabm89QvuyBtOCugmcvPztL9S-g7FiUeOwtrMGlDjKsbVZLdnxmYHkNQCzGIKVLfnvg5SGQH_WVDmDn9Z8/s16000/foto-orang-di-sawah-ketika-pagi-hari.webp" title="Foto seseorang di sawah ketika pagi hari" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seseorang di sawah ketika pagi hari<br /><br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUqldhnsaF1FnQEvzmDhnjVIoNeK5ZWbxXc3bSGmcTqLj3yK9BtPJew5PbhyQ-ePzKEn25pMHq9aS0OMBco2FYsu3ryI-q0eU0IhxWeDsRYzhyh0VpDdacR02WDh4w9by_W69zGtAcVLRAP17sP6963YNCknYhOQJ6SQ2w_04TKwSX_kozIT4kErtp/s601/foto-orang-menaikan-bendera.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seseorang menaikan bendera di pagi hari" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUqldhnsaF1FnQEvzmDhnjVIoNeK5ZWbxXc3bSGmcTqLj3yK9BtPJew5PbhyQ-ePzKEn25pMHq9aS0OMBco2FYsu3ryI-q0eU0IhxWeDsRYzhyh0VpDdacR02WDh4w9by_W69zGtAcVLRAP17sP6963YNCknYhOQJ6SQ2w_04TKwSX_kozIT4kErtp/s16000/foto-orang-menaikan-bendera.webp" title="Foto seseorang menaikan bendera di pagi hari" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seseorang menaikan bendera di pagi hari</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBcLFoMIga9219DRHhnwHtCru5uQxT7odEmSc02lwBqaVX7-UNjN1XtXpqT4ks8WLUG74YSyN7GYqyKgQwhqI210v7M3N0IoGdtXUDG5PGb2OoSL7qNz-MfnIsIQgka5lySK2huayefa9LKxdHXVfX378iohamYDv404QCKayAuGVX4PIAC8SW3KrB/s601/foto-sopir-bus-di-kemacetan.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seorang sopir bus di sore hari" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBcLFoMIga9219DRHhnwHtCru5uQxT7odEmSc02lwBqaVX7-UNjN1XtXpqT4ks8WLUG74YSyN7GYqyKgQwhqI210v7M3N0IoGdtXUDG5PGb2OoSL7qNz-MfnIsIQgka5lySK2huayefa9LKxdHXVfX378iohamYDv404QCKayAuGVX4PIAC8SW3KrB/s16000/foto-sopir-bus-di-kemacetan.webp" title="Foto seorang sopir bus di sore hari" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seorang sopir bus di sore hari</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuG0a9uGwaBHeGsOoSzRw5Kbw8fUks7qKfBdCHzij2LhgfJ9PX8OMFhR7NdF3jc3JhfDAOuY6X7OHk3b9JHAI2PBHCFu6MEf7Qg1w8UJ9pS72SjZlphdsMsDkPokRmkj4dQbgQ88cnPPG1RUJR4L6ku08hf5vdTXptP3ybsn8K2mcs9zhflMBHzKVX/s601/foto-orang-duduk-santai.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seseorang duduk santai di pinggir kapal" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuG0a9uGwaBHeGsOoSzRw5Kbw8fUks7qKfBdCHzij2LhgfJ9PX8OMFhR7NdF3jc3JhfDAOuY6X7OHk3b9JHAI2PBHCFu6MEf7Qg1w8UJ9pS72SjZlphdsMsDkPokRmkj4dQbgQ88cnPPG1RUJR4L6ku08hf5vdTXptP3ybsn8K2mcs9zhflMBHzKVX/s16000/foto-orang-duduk-santai.webp" title="Foto seseorang duduk santai di pinggir kapal" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seseorang duduk santai di pinggir kapal</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlFalVZzqDCLRgYUQg2hhynkBF0V6S3Tt0PO7Ob977Uv8rSRQ3d2zysR7cviBckPlf68W7aFQPUsdggRTwJzFx0AvkddX8DxMcifKahPDI73TmNiVPHXgc5qpa3-O6V0zw4g5lM8EAQIix3mTiF4lnma_EAa_6ycwvaTYtLcy96EajqR1VSdX_DUDd/s601/foto-orang-berada-di-pelabuhan.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seseorang melihat pelabuhan di malam hari" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlFalVZzqDCLRgYUQg2hhynkBF0V6S3Tt0PO7Ob977Uv8rSRQ3d2zysR7cviBckPlf68W7aFQPUsdggRTwJzFx0AvkddX8DxMcifKahPDI73TmNiVPHXgc5qpa3-O6V0zw4g5lM8EAQIix3mTiF4lnma_EAa_6ycwvaTYtLcy96EajqR1VSdX_DUDd/s16000/foto-orang-berada-di-pelabuhan.webp" title="Foto seseorang melihat pelabuhan di malam hari" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seseorang melihat pelabuhan di malam hari</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9ZstJJytYVW63_VS63_jWBhzOKcwzu1y5T3yIJsVj8poKfC3JHkEe7QW3LegJmdIXNei0TiOABU3lt_lqM_l7n0vbaKmCo6DtxMRLbfm6oB-exJnWwPBG640TJ7bEVlHBNxRsefeufyJmnlxTrE9V9IVGsW8B7PmUcxKOu-H2wQ7Ov_cspc0FlFOG/s601/foto-orang-mengelas.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seseorang sedang mengelas" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9ZstJJytYVW63_VS63_jWBhzOKcwzu1y5T3yIJsVj8poKfC3JHkEe7QW3LegJmdIXNei0TiOABU3lt_lqM_l7n0vbaKmCo6DtxMRLbfm6oB-exJnWwPBG640TJ7bEVlHBNxRsefeufyJmnlxTrE9V9IVGsW8B7PmUcxKOu-H2wQ7Ov_cspc0FlFOG/s16000/foto-orang-mengelas.webp" title="Foto seseorang sedang mengelas" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seseorang sedang mengelas</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRwuWZInoKidujPsnDAPwstueaPJKTv6-3PLhngLKmM3d3h-IwnX9QmWYqup3nru5gRIvB1spAz-nmeO2hnS221k3tUM1CFy9lCStXWt7x6Yk8TmUKl2k-M9enbzHVjIhwJZTQSH4ME1S2e882r_lQvoBzUOWHFTP9mg2SIq4JFKi39ZgN9vP2IxSX/s601/foto-orang-membersihkkan-jalan-raya.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto dua orang sedang membersihkan jalan raya" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRwuWZInoKidujPsnDAPwstueaPJKTv6-3PLhngLKmM3d3h-IwnX9QmWYqup3nru5gRIvB1spAz-nmeO2hnS221k3tUM1CFy9lCStXWt7x6Yk8TmUKl2k-M9enbzHVjIhwJZTQSH4ME1S2e882r_lQvoBzUOWHFTP9mg2SIq4JFKi39ZgN9vP2IxSX/s16000/foto-orang-membersihkkan-jalan-raya.webp" title="Foto dua orang sedang membersihkan jalan raya" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto dua orang sedang membersihkan jalan raya</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ5ADE5OtJ_3y5W0L9hPGDW2JZNmWYRZD28fU7sInmy68J3HJaflPyVEdOYB4ir7B3dPqqtfZ_bHcSak1fI-UbNOtX9VNcRH2Hh8KTaQwO5R7aNR9wdhiw297VsWKMhqDxoosMLPw4LtptzsU62ehJ4R5mEpU0imGD0_UJW4phcLJF1dMHpyBGHwNP/s601/foto-tangan-memegang-jambu.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seseorang memegang jambu air" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ5ADE5OtJ_3y5W0L9hPGDW2JZNmWYRZD28fU7sInmy68J3HJaflPyVEdOYB4ir7B3dPqqtfZ_bHcSak1fI-UbNOtX9VNcRH2Hh8KTaQwO5R7aNR9wdhiw297VsWKMhqDxoosMLPw4LtptzsU62ehJ4R5mEpU0imGD0_UJW4phcLJF1dMHpyBGHwNP/s16000/foto-tangan-memegang-jambu.webp" title="Foto seseorang memegang jambu air" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seseorang pamer jambu air<br /></td></tr></tbody></table><br /><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiClC_Qz5SXw0kXxGf6AOQ2K_8kUxLuc3Evsi_df_MfKtAT82SA5u3on0HiE-SbWtZTP-9M_mMfnM_Uz70VYOs5l-aeaw9Zo398beykpd7XGIQlKBGzTUH1usRSNAgf-KDkyj6VnxlbKJxVfKze8pW2qCzmWkcR1x149FJUWrzIQBcZnirCbtV23kRq/s601/foto-tangan-dan-sinar-matahari.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto tangan seseorang menyentuh bayangan" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiClC_Qz5SXw0kXxGf6AOQ2K_8kUxLuc3Evsi_df_MfKtAT82SA5u3on0HiE-SbWtZTP-9M_mMfnM_Uz70VYOs5l-aeaw9Zo398beykpd7XGIQlKBGzTUH1usRSNAgf-KDkyj6VnxlbKJxVfKze8pW2qCzmWkcR1x149FJUWrzIQBcZnirCbtV23kRq/s16000/foto-tangan-dan-sinar-matahari.webp" title="Foto tangan seseorang menyentuh bayangan" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto tangan seseorang menyentuh bayangan</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBDoUhJNdllfxA255N_uyTY6rVktpUzid_au3eff67bHQrj5GnMUViG3Bu754yKwSSss2sVr4OLqioQb3eW9WGF8qnW6Xxm0lwHVwhRLfx2vNq6dgZOH3f0URj8RCIMl-bpB-fvCdrtLM0JXYVMyvfYSFkn-9fJLYfOlAUanioImi7ymHgCafE604a/s601/foto-anak-anak-selesai-bermain.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto anak selesai bermain karena dipanggil emak" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBDoUhJNdllfxA255N_uyTY6rVktpUzid_au3eff67bHQrj5GnMUViG3Bu754yKwSSss2sVr4OLqioQb3eW9WGF8qnW6Xxm0lwHVwhRLfx2vNq6dgZOH3f0URj8RCIMl-bpB-fvCdrtLM0JXYVMyvfYSFkn-9fJLYfOlAUanioImi7ymHgCafE604a/s16000/foto-anak-anak-selesai-bermain.webp" title="Foto anak selesai bermain karena dipanggil emak" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto anak selesai bermain karena dipanggil emak</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzsXOiG5y9hPdxHQZOMYkIe_4d8qz7e1d3nac6Pvk1FbvomnJPEp-pc6tLBpXhwxsQNMVVqe-M9hLhSQNgRWM6FDQfGKZWkr-DEFcLVObkbqkkjpEro-i6UaT93GF2lq-BKwQX37hcHg6jsOjmOG7QXCMB_tnzIgqxzxitCP2YZJpFy6c6DuTQv4m0/s601/foto-kodok-di-atas-batu-buatan.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto seekor kodok berdiam diri di batu" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzsXOiG5y9hPdxHQZOMYkIe_4d8qz7e1d3nac6Pvk1FbvomnJPEp-pc6tLBpXhwxsQNMVVqe-M9hLhSQNgRWM6FDQfGKZWkr-DEFcLVObkbqkkjpEro-i6UaT93GF2lq-BKwQX37hcHg6jsOjmOG7QXCMB_tnzIgqxzxitCP2YZJpFy6c6DuTQv4m0/s16000/foto-kodok-di-atas-batu-buatan.webp" title="Foto seekor kodok berdiam diri di batu" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto seekor kodok berdiam diri di batu</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyDofueLpQF8UDh6LFgvqd6TY_k_FqZOYg86F_QHGVbZldP5C1WDrJqJM0lcJ8Sr892bCFxkTk5i44pZ8L8JmYjpnQwYr8k4PvyYnXyfc3o2Wm81Ke4QTd-aLsb3EQITqXvYwjxZtaBFD9MoHra3wwRIfSgmKGyg_RHTfgqDEgQoYHiONErGRt9sxR/s601/foto-kucing-menyundul-bulan.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Big Boss ingin menyundul bulan" border="0" data-original-height="338" data-original-width="601" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyDofueLpQF8UDh6LFgvqd6TY_k_FqZOYg86F_QHGVbZldP5C1WDrJqJM0lcJ8Sr892bCFxkTk5i44pZ8L8JmYjpnQwYr8k4PvyYnXyfc3o2Wm81Ke4QTd-aLsb3EQITqXvYwjxZtaBFD9MoHra3wwRIfSgmKGyg_RHTfgqDEgQoYHiONErGRt9sxR/s16000/foto-kucing-menyundul-bulan.webp" title="Foto Big Boss ingin menyundul bulan" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Big Boss ingin menyundul bulan</td></tr></tbody></table><br /><div>Yap, itulah 13 foto dengan model misterius yang saya maksud. Bagaimana apakah penasaran dengan model-model yang ada di 13 foto tersebut?</div><div><br /></div><div>Kalau tidak? ya udah gak apa-apa kok. 🥲</div><div><br /></div><div>Kalau penasaran jangan lewatkan postingan dengan label fotografi dari blog ini ya. Karena dibalik 13 foto di atas tersimpan sebuah <strike>cerpen</strike> cerita.</div><div><br /></div><div>Oke itu saja untuk postingan kali ini karena saya sudah mengantuk, sampai jumpa. Semoga menghibur.</div><div><br /></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-88235500002259295802023-03-06T00:03:00.003+07:002023-03-06T00:03:21.413+07:00Ternyata Oh Ternyata<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2_InVDw2Jmr_tsSq_WnWRMuUcoJQnIzSDDWkCEMPQNg5_ajnyg9RZ86flNkTcNSR4C3WjhYUXOfQTtouamP9Mi2FIpD_C8JdX5Mwm8fgGc9_DvxtlVfsYN6UiZw5DYOmy8iqbjhAchxGlqvgn2YwAOY7kkokhslg6xuY5dogsxBNXOOYEcMDD0tTO/s1200/cerpen-ternyata-oh-ternyata.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Ternyata Oh Ternyata" border="0" data-original-height="675" data-original-width="1200" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2_InVDw2Jmr_tsSq_WnWRMuUcoJQnIzSDDWkCEMPQNg5_ajnyg9RZ86flNkTcNSR4C3WjhYUXOfQTtouamP9Mi2FIpD_C8JdX5Mwm8fgGc9_DvxtlVfsYN6UiZw5DYOmy8iqbjhAchxGlqvgn2YwAOY7kkokhslg6xuY5dogsxBNXOOYEcMDD0tTO/w400-h225/cerpen-ternyata-oh-ternyata.webp" title="Cover Cerpen Ternyata Oh Ternyata" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Ternyata Oh Ternyata</td></tr></tbody></table><p>Matahari bersinar cukup terik dari arah barat. Sinarnya yang memancar dari sela-sela mendung terlihat sangat indah.</p><p>Ya, sore itu memang sedang mendung disertai gerimis yang membasahi setiap orang di sebuah kota kecil.</p><p>Salah satunya adalah Heni seorang gadis berhijab kuning. Ia tengah berteduh di bawah payung berwarna bening yang ia pegang dengan tangan kanannya yang lentik. Serta tangan kirinya terlihat menyangklong sebuah tas berwarna coklat.</p><p>Gadis itu berdiri di pinggir jalan raya dekat dengan kantor tempat dirinya bekerja. Sudah cukup lama ia berdiri di tempat itu untuk menantikan seseorang. </p><p>Gerimis yang membasahi payung Heni mulai menjadi hujan yang disertai angin. Namun, hujan tersebut tak sedikit pun membuatnya panik. Ia berdiri dengan tenang dan sesekali menoleh ke arah kanan.</p><p>Akhirnya penantian Heni menemui ujungnya. Dari arah kanan, Heni melihat sebuah angkot mendekat kearahnya. Heni pun mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangannya. Jam menunjukan pukul 17.15. </p><p>Heni pun masuk ke angkot tersebut sambil menutup payung beningnya. Lalu duduk di belakang supir angkot.</p><p>“Luar biasa Mas Jaey, Senin sampai Jumat di pekan ini selalu tepat waktu ya” ucap Heni memberi apresiasi kepada sang supir yang bernama Jaey, sambil menggeletakan payungnya yang basah di tempat duduk angkot yang kosong.</p><p>“Terima kasih Mbk Heni, saya jadi malu hehe” balas Jaey dengan cengengesan. Lalu mematikan rokoknya yang masih terlihat panjang dan menaruhnya di asbak yang berada di atas dasbor angkot miliknya.</p><p>Jaey adalah seorang supir angkot yang setiap hari mengoperasikan angkotnya. Khusus untuk hari Senin sampai Jumat di sore hari ia mengosongkan angkotnya.</p><p>Heni adalah alasannya. Bagi Jaey, Heni merupakan penumpang setia yang sangat spesial. Bahkan Jaey sangat terang-terangan mengatakan kepada Heni bahwa Heni adalah orang kedua yang paling special di hatinya.</p><p>Yap, betul sekali. Heni adalah orang special kedua di hati Jaey. Orang yang paling spesial di hati Jaey adalah Manda. Seorang artis yang berperan dalam sebuah sinetron. Jaey sangat mengidolakan Manda. </p><p>Kaca belakang angkot milik Jaey terpampang jelas wajah dari Manda dan terdapat tulisan “Cinta yang tak terbalas”. Selain itu, ada juga setiker Manda di dasbor dekat dengan asbak Jaey.</p><p>Lebih dari itu, sebenarnya Jaey juga sering menghayalkan dirinya menikah dengan Manda dan berbulan madu di USA.</p><p>Di tengah melajunya angkot Jaey yang santai menempuh perjalanan. Heni terlihat sedang ngambil sebuah amplop berwarna pink dari tasnya.</p><p>Heni sangat penasaran terhadap amplop pink tersebut. Beberapa kali ia berniat membukanya tetapi, Heni selalu mengurungkan niatnya tersebut.</p><p>Alasan Heni tidak membuka amplop itu karena permintaan dari sang pemberi amplop, yaitu Satria. Satria, memberikan amplop pink tersebut kepada Heni saat sedang di kantor. </p><p>“Heni, amplop ini untuk kamu, dan di dalam amplop ini ada surat untukmu. Tapi Hen, tolong buka surat ini ketika kamu sudah dalam keadaan santai atau dalam keadaan yang tenang” teringat jelas pesan dari Satria di benak Heni. </p><p>Selain itu, Satria yang memberikan amplop kecil itu dengan kedua tangan, dan hal tersebut membuat Heni mesem-mesem sendiri di dalam angkot Jaey.</p><p>Jaey yang sedari tadi mengawasi Heni dari kaca depan. Merasa mulai merasa cemburu kepada Heni yang mesem-mesem karena sebuah amplop pink.</p><p>“Itu pasti amplop dari Satria ya Mbk Hen?” Tanya Jaey agak bentak dikit sambil tersenyum.</p><p>Heni pun terkaget oleh Jaey dan memecah mesem-mesemnya sedari tadi.</p><p>“Iya Mas Jaey, tadi Mas Satria ngasih surat tapi suruh bukanya pas udah istirahat di rumah” jelas Heni sambil tersenyum dan agak nyengir malu. Dan akhirnya Heni memasukan kembali amplop pinknya ke dalam tas.</p><p>“Heh… Pasti gombalan basi om om” gerutu Jaey yang sambil memanyunkan bibirnya karena cemburu berat.</p><p>Heni yang melihat sikap Jaey tersebut hanya bisa memakluminya. Karena Heni tau Jaey mengistimewakan dirinya karena Heni satu-satunya orang spesial yang dapat menerima dirinya.</p><p>“Jaey-kun” teriak perempuan yang memakai jas hujan dan berada di pinggir jalan.</p><p>Jaey pun dengan sigap mengambil lampu sent kiri dan menepi ke arah perempuan tersebut.</p><p>Perempuan itu masuk ke dalam angkot dan melepas jas hujannya di depan Heni.</p><p>“Maaf ya mbk Heni aku jadi ganggu mbk Heni duduk” permintaan maaf dari Nita kepada Heni yang tampak menertawakannya karena kesusah melepas jas hujan yang ukurannya kebesaran.</p><p>“Jaey-kun, mbul boleh minta tisu nggak?” minta Nita kepada Jaey dengan nada imut dan manja.</p><p>“Ini pake saja sapu tangan” ucap Jaey sambil memberikan sapu tangan berwarna biru dengan tangan kirinya dan tangan kanan memegang kemudi.</p><p>“Eh… inikan sapu tanganku yang hilang pekan lalu” ucap Nita yang terkejut senang.</p><p>“Saya nemuin sapu tangan itu nyelip di jok depan” jelas Jaey sambil menunjuk jok depan di sebalah kirinya.</p><p>“Iya kah? Kayanya mbul kelupaan waktu duduk di jok depan” ucap Nita sambil membersihkan boneka buaya dengan sapu tangannya.</p><p>“Nita, kamu bawa boneka lagi dari tempat kerjamu?” tanya Heni sambil memangku tangan dan melihat Nita tengah membersihkan boneka buaya dari air hujan yang sedikit membasahinya.</p><p>“Iya mbk, kasihan boneka pikacuku sendirian di rumah butuh temen main, jadi aku bawa boneka buayanya” jawab Nita sambil sedikit ngeles.</p><p>Nita adalah seorang gadis yang bekerja di toko boneka. Ia sangat mahir dalam berpromosi dan ahli dalam mempengaruhi anak kecil untuk membeli boneka di tempat dia bekerja.</p><p>Karena kelebihanya tersebut dia sangat disayangi pemilik toko tempat dia bekerja. Terkadang pemilik toko membolehkan Nita untuk membawa salah satu boneka terbaru yang ada di toko tersebut.</p><p>Nita juga salah satu penumpang setia dari angkot Jaey. Namun, Nita tidak spesial seperti Heni. Nita sebenarnya pengagum berat dari Jaey dan sering sekali Nita menggoda Jaey.</p><p>Sudah cukup lama perjalanan mereka menggunakan angkot. Dan akhirnya mereka sampai di depan sebuah warung makan tempat biasa Jaey memakirkan angkotnya.</p><p>Setelah turun dari angkot Jaey langsung memesan kopi hitam panas.</p><p>“Kang Agus, kopi item panas satu gelas aja ya” teriak Jaey menyerupai anak kecil yang beli permen di warung.</p><p>“Iya Jaey, biar mantap aku panasin dulu ya airnya” jawab Agus menggunakan nada bicara Dilan.</p><p>Jaey pun duduk di depan warung makan Agus yang bernama Agus Warteg 1990 yang memiliki selogan “Bebas nambah air kopi dan nasi, ngutang jangan”</p><p>Berbeda dengan Jaey, Heni dan Nita yang turun dari angkot Jaey langsung menuju ke toko komik milik Hermansyah yang bernama HermansayahMyStoreBook. Yang tokonya berdepmpet dengan Agus Warteg.</p><p>Toko komik tersebut berisi buku-buku cerita dari cerita azab sampai cerita percintaan. Terlihat pemilik toko yaitu Hermansyah sedang sibuk membacakan sebuah cerita kepada anak-anak kecil yang duduk menyimak dirinya dengan sangat fokus.</p><p>Yap, hampir semua buku yang ada di tokonya sudah diceritakan kepada anak-anak kecil tersebut. Hampir setiap sore anak-anak mendapatkan cerita gratis dari penjual buku cerita. Karena sang pejual buku yaitu Hermansyah sangat senang sekali bercerita. </p><p>Hasratnya untuk bercerita, ia tumpahkan kepada anak-anak kecil yang ada di sekitaran tokonya. Ia tidak sedikit pun merasa rugi. Setiap harinya ia merasa lega walaupun bukunya hanya terjual satu atau dua buah saja.</p><p>“Kang Her, aku mau 2 buku cerita Rocomnya dong.” Minta Heni kepada Hermansyah. Sambil memilih-milih buku yang berada di toko HermansyahMyStoreBook.</p><p>“Loh tumben Hen, kamu cari buku cerita. Memang kamu belum beli buku rekomendasi dari Liaaa” tanya Hemansyah kepada Heni sambil menghentikan ceritanya dan meminta anak-anak kecil untuk menunggu.</p><p>“Belum Kang, lagi ndak ada duit buat beli buku, kemarin sih Lia sudah rekomenasikan beberapa buku. Salah satunya ko…ko… Kokokan Mencari Arumbawangi” jawab Heni yang sedikit kelupaan nama salah satu buku Rekomendasi Lia.</p><p>“Om Her, belum beli buku resep masakan ya” tanya Nita sambil melihat lihat buku-buku terbaru yang di pajang di rak etalase khusus.</p><p>“Nggak Mbul, om ndak akan jual buku resep masakan” jawab Hermasyah yang sedang fokus ngobrol dengan Heni.</p><p>Akhirnya Heni mendapatkan buku cerita dengan genre rocom rekomndasi dari Hermansyah. Heni dan Nita lanjut untuk masuk ke Kosan mereka yang berada tepat di belakang Agus Warteg dan HermansyahMyStoreBook.</p><p>Heni, Nita dan Lia adalah tetangga kosan. Kamar mereka saling bersebelahan. Kosan yang mereka tempati adalah milik seorang Bu Haji yang bernama Ibu Nur.</p><p>Ibu Nur seorang ibu kos yang sangat baik hati. Heni, Nita dan Lia sudah dianggapnya cucu sendiri. Hampir setiap malam Ibu Nur memberi Makan malam gratis yang sangat enak.</p><p>Dan hal tersebutlah yang mendorong Nita ingin belajar memasak dan ingin sekali membantu Ibu Nur memasak di dapurnya.</p><p>Malam hari telah datang, waktu istirahat Heni pun sudah tiba. Tidak lupa Heni sudah bersiap untuk membuka amplop dari Satria tadi sore sebelum pulang kerja. </p><p>Dan Heni sudah merasa sangat tenang sesuai saran dari Satria ketika akan membuka amplop tersebut.</p><p>Amplop pink tersebut akhirnya dibuka oleh Heni dengan sangat hati-hati. Ketika sudah terbuka sepenuhnya terihatlah salah satu isi amplop tersebut.</p><p>Heni tidak heran dengan salah satu isi dari amplop tersebut yaitu sepucuk surat. Yang Heni heran adalah terdapat pecahan uang 10rb sebanyak 30 lembar dan dari beberapa uang tersebut ada yang kusut.</p><p>Karena heran dan bingung akhirnya Heni membaca sepucuk surat dari Satria tersebut.</p><p></p><blockquote><p>Hai Heni, semoga kamu dalam keadaan yang sudah santai dan tenang.</p><p>Mohon maaf aku ucapkan karena aku terlihat aneh dengan surat ini. Mungkin kamu akan geli dengan surat ini. </p><p>Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Karena kamu telah menanggung uang makan dan rokokku di pekan ini.</p><p>Aku malu mau mengucapkannya langsung kepadamu. Jadi aku tuliskan di surat ini.</p><p>Satu amplop dangan surat ini ada beberapa uang dariku untuk membayar rokok yang telah kamu belikan untukku.</p><p>Untuk uang makannya aku belum bisa bayar. Karena uangnya masih akan aku gunakan untuk membayar cucilan Hp infinix yang bulan lalu aku kredit.</p><p>Sekali lagi aku mohon maaf ya Hen. </p><p>Salam Rekan Kerjamu </p><p>Satria si Ganteng dan Misterius.</p></blockquote><p></p><p><br /></p><p>Heni yang membaca surat tersebut hanya bisa terdiam karena kaget. Isi suratnya jauh dari perkiraan Heni. Ia mengira surat itu akan berisi ucapan dan kata-kata manis atau minimal gombalan seperti yang di katakan oleh Jaey.</p><p>Karena belakangan ini Heni dan Satria cukup dekat, dan Heni mulai tertarik dengan Satria karena sikapnya yang aneh dan lucu.</p><p>Harap harap Heni dari sepucuk surat ternyata hanyalah permintaan maaf dan ucapan terima kasih yang membuatnya sangat kaget.</p><p>Malam itu Heni tidak bisa tidur dan ia lanjutkan untuk membaca buku cerita yang dibelinya dari Hermansyah.</p><p>Tamat </p><p><br /></p><p>Maaf cerita ini belum belum mateng</p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com45tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-40214309894663611382023-03-03T21:57:00.003+07:002023-03-03T22:07:54.265+07:00Foto Semut Hitam dan Laba-laba Oren Gemoy! Ada Videonya juga loh<p>Seperti yang saya sampaikan pada postingan sebelumnya, postingan kali ini saya akan membagikan foto-foto hewan. Dan foto hewan tersebut adalah foto semut hitam dan laba-laba oren.</p><p>Cerita dari foto si semut dan si laba-laba ini sebenarnya tidak jauh beda dari postingan sebelumnya. Karena waktu pengambilan fotonya tidak berselang lama dan masih dalam suasana setelah hujan.</p><p>Namun, kedua foto hewan ini sebenarnya di luar target foto saya saat itu. Target foto saya setelah hujan adalah tumbuhan basah dan genangan-genangan air.</p><p>Akan tetapi seketika target foto saya bertambah saat si semut dan si laba-laba tiba-tiba muncul di dekat objek foto saya. Kedua hewan tersebut berhasil mengalihkan perhatian saya waktu itu.</p><p>Oke, agar tidak kelamaan mari simak foto semut hitam dan laba-laba oren berikut ini. Sebagai catatan sebenarnya saya tidak hanya mengambil foto saja tapi saya sempat merekamnya. Namun, kualitas rekaman saya sangat buruk mohon dimaklumi ya. Hehehhe</p><p><br /></p><h3 style="text-align: left;">Foto semut hitam penghuni rumput</h3><p>Di postingan saya sebelumnya saya membagikan sebuah foto rumput basah berkilauan dan tidak jauh dari objek foto tersebut ada seekor semut berwarna hitam dan ukurannya lebih besar dari pada semut pada umumnya (Bentuknya seperti semut angkrang merah).</p><p>Semut tersebut terlihat mondar-mandir dan beberapa kali menyentuh air. Saya pun tidak begitu paham dengan tingkah si semut. Tapi karena tingkahnya tersebut saya jadi sulit untuk mengambil fotonya. Berikut ini beberapa foto si semut hitam yang berhasil saya ambil;</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTqC5g6N4j3gTw8gaZ3uWQv3DQzDUBlp_dNeDRlSq_ywW_ttK3Ysr4cCVGtlJ-BibHexTiDd2XZUAoHzrgwR7LISpFe7TTEMRsAo3I7pqZSgbncZnVnNWpnVqhMI7-O0xHIBKazFmzENteQCxlMh-4CViP_DN9rHIsjP8PQRekQ2ao14DSFYM9uPZ1/s672/foto-semut-bergelantungan-di-rumput.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto semut hitam bergelantungan di rumput" border="0" data-original-height="378" data-original-width="672" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTqC5g6N4j3gTw8gaZ3uWQv3DQzDUBlp_dNeDRlSq_ywW_ttK3Ysr4cCVGtlJ-BibHexTiDd2XZUAoHzrgwR7LISpFe7TTEMRsAo3I7pqZSgbncZnVnNWpnVqhMI7-O0xHIBKazFmzENteQCxlMh-4CViP_DN9rHIsjP8PQRekQ2ao14DSFYM9uPZ1/s16000/foto-semut-bergelantungan-di-rumput.webp" title="Foto semut hitam bergelantungan di rumput" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto semut hitam bergelantungan di rumput</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaO-BIJCqtYZrs6OjdTxJFWzzM1xsmNcCutdb2OuUhyjeTLU55G1YluDEYOMU2jo5ptB8u-9WFNGXZIjHCeR321ONERGN4BRML3jDUpgAqCcl665_4EO5_2Is5Xg8vlYcyjuoRJj1qbLVPjo0W57Cw2iK6tezZHs2DKZU1urBWqfcSH-BYiTFlaOm-/s672/foto-semut-memanjat-rumput.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto semut hitam memanjat rumput" border="0" data-original-height="378" data-original-width="672" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaO-BIJCqtYZrs6OjdTxJFWzzM1xsmNcCutdb2OuUhyjeTLU55G1YluDEYOMU2jo5ptB8u-9WFNGXZIjHCeR321ONERGN4BRML3jDUpgAqCcl665_4EO5_2Is5Xg8vlYcyjuoRJj1qbLVPjo0W57Cw2iK6tezZHs2DKZU1urBWqfcSH-BYiTFlaOm-/s16000/foto-semut-memanjat-rumput.webp" title="Foto semut hitam memanjat rumput" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto semut hitam memanjat rumput</td></tr></tbody></table><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/ZqF0xhXiZgU" width="320" youtube-src-id="ZqF0xhXiZgU"></iframe></div><br /><div><br /></div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;">Foto laba-laba oren penghuni pohon mangga</h3><div><br /></div><div>Sedikit berbeda dengan cerita dari foto si semut. Foto si laba-laba oren berawal ketika saya masuk ke pintu pagar di kantor saya.</div><div><br /></div><div>Dekat dengan pintu pagar tersebut ada pohon mangga golek yang tidak terlalu tinggi dan daun mangganya ada yang menghalangi pintu pagar.</div><div><br /></div><div>Saya yang selalu fokus mencari target foto sejak hujan berhenti tentu tidak akan melewatkan si laba-laba oren. Si laba-laba oren yang sedang menikmati hangatnya matahari sore setelah hujan, begitu santainya di bagian bawah daun mangga.</div><div><br /></div><div>Tak perlu banyak berpikir lagi saya langsung menodongkan lensa kamera tambahan saya dan siap mengambil posisi untuk mengabadikan si laba-laba. Berikut ini beberapa hasil fotonya.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvSgXlz77LOham0UwLm3qsGlX4YfT4XHwU4glRuEAJGMbDW8AV6IP0O1t1uCgNtBjxSufaGemWBgab4YWW0AvtqdsdQjqMq2aPCtGkAs9YlxIhuNI_s1Zg5I_2IviRt0lN1CLzsxQNom-ozULFCPdvS90irBa8FREDBYd0qN18JfwsNg33TqISYrs5/s672/foto-laba-laba-oren-di-bawah-daun-mangga.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto laba-laba oren berjemur di balik daun mangga" border="0" data-original-height="378" data-original-width="672" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvSgXlz77LOham0UwLm3qsGlX4YfT4XHwU4glRuEAJGMbDW8AV6IP0O1t1uCgNtBjxSufaGemWBgab4YWW0AvtqdsdQjqMq2aPCtGkAs9YlxIhuNI_s1Zg5I_2IviRt0lN1CLzsxQNom-ozULFCPdvS90irBa8FREDBYd0qN18JfwsNg33TqISYrs5/s16000/foto-laba-laba-oren-di-bawah-daun-mangga.webp" title="Foto laba-laba oren berjemur di balik daun mangga" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto laba-laba oren berjemur di balik daun mangga<br /></td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Karena kaget dengan lensa kamera saya, si laba-laba oren kabur dan memilih untuk pindah ke bagian atas daun mangga.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxGTV8N-mr2Np5A3vezoAynH76jfNXeLHHkQJCuYHOBtMG7jZ8zCprl9MNMbTdT35UB7_wjHMCdLuRiTnRRAz96yROQOYQqFeCrJH1OmhoY_Rxi0pSjShSt1KlUW0j28bp9QGTTE2Avg4wm2xrVYbWwbwXVFPMsKzrnr_9vCmMaQPxAx2x1hVKqJ_K/s672/foto-laba-laba-oren-di-atas-daun%20mangga.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto laba-laba oren pindah posisi ke atas daun mangga" border="0" data-original-height="378" data-original-width="672" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxGTV8N-mr2Np5A3vezoAynH76jfNXeLHHkQJCuYHOBtMG7jZ8zCprl9MNMbTdT35UB7_wjHMCdLuRiTnRRAz96yROQOYQqFeCrJH1OmhoY_Rxi0pSjShSt1KlUW0j28bp9QGTTE2Avg4wm2xrVYbWwbwXVFPMsKzrnr_9vCmMaQPxAx2x1hVKqJ_K/s16000/foto-laba-laba-oren-di-atas-daun%20mangga.webp" title="Foto laba-laba oren pindah posisi ke atas daun mangga" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto laba-laba oren pindah posisi ke atas daun mangga</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_DtVYwAThRvWaANXdYeFiO5FUXR-_-BM_d0pq0VeywCuUJF_xzefy3WE5ThZM8dMLbA8O7fYwp3WuDKJYfl5wbuM0qcfSjaKhfDu22PMRv_18hDkt1mrJ-CSjDfgO3M9NXX9NULnsSdtyAriNdSIPVCdCXgZphFcj3gAOLBvz4bFY9D5SHhQuhTmf/s672/foto-laba-laba-oren-melihat-kamera.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto laba-laba oren melihat ke arah kamera" border="0" data-original-height="378" data-original-width="672" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_DtVYwAThRvWaANXdYeFiO5FUXR-_-BM_d0pq0VeywCuUJF_xzefy3WE5ThZM8dMLbA8O7fYwp3WuDKJYfl5wbuM0qcfSjaKhfDu22PMRv_18hDkt1mrJ-CSjDfgO3M9NXX9NULnsSdtyAriNdSIPVCdCXgZphFcj3gAOLBvz4bFY9D5SHhQuhTmf/s16000/foto-laba-laba-oren-melihat-kamera.webp" title="Foto laba-laba oren melihat ke arah kamera" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto laba-laba oren melihat ke arah kamera</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/gMvB2Nv5Ry0" width="320" youtube-src-id="gMvB2Nv5Ry0"></iframe></div><br /><div><br /></div><div>Nah, itulah beberapa foto sekaligus moment beruntungnya saya bisa mengabadikan si semut hitam dan si laba-laba oren. </div><div><br /></div><div>Sebagai bonus atau bisa juga dikatakan pelengkap kedua hewan gemoy di atas. Berikut ini hewan gemoy yang setiap pagi memaksa saya untuk menyiapkan <strike>cerpen</strike> sarapan.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiQLWBbjoBY2V__7PSH-utl3XuExypNWlx_IrrroQ_WFJm-lzt1INzZK8uXMwYtiANkOeUB--MtBki3emII1QDItOZsFV9OUwv1A4hAeUmg35TNuV2HiDXmUdFtbEtORS3HlWHbpiF-RT5zMjZ8NR17POnAoZ_LZUVZPRDIj85J9s-wDZqurmfyQWR/s672/foto-mulut-dan-hidung-kucing.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto mulutnya yang senantiasa berisik" border="0" data-original-height="378" data-original-width="672" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiQLWBbjoBY2V__7PSH-utl3XuExypNWlx_IrrroQ_WFJm-lzt1INzZK8uXMwYtiANkOeUB--MtBki3emII1QDItOZsFV9OUwv1A4hAeUmg35TNuV2HiDXmUdFtbEtORS3HlWHbpiF-RT5zMjZ8NR17POnAoZ_LZUVZPRDIj85J9s-wDZqurmfyQWR/s16000/foto-mulut-dan-hidung-kucing.webp" title="Foto mulutnya yang senantiasa berisik" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto mulutnya yang senantiasa berisik</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv3m9Ciw2zJ_zxHGtTUkrd4niLTTeT1Zn06NpJ8dtcFYyOT1s4qfvmHnWcwXAIlzZT2YQ5TMDf_N3ebqqsRAjqJ82fwbcXC7mZrc04tlW9KvC1w8JxQDzpxbXtRI2zNSBeLN5OfbssPsF62LZ4hov7SfL4alUv4eqLSDRQghj61nnz5blPCtzd2sVs/s504/foto-telapak-kaki-kucing.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto kakinya yang sering garukin pasir" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv3m9Ciw2zJ_zxHGtTUkrd4niLTTeT1Zn06NpJ8dtcFYyOT1s4qfvmHnWcwXAIlzZT2YQ5TMDf_N3ebqqsRAjqJ82fwbcXC7mZrc04tlW9KvC1w8JxQDzpxbXtRI2zNSBeLN5OfbssPsF62LZ4hov7SfL4alUv4eqLSDRQghj61nnz5blPCtzd2sVs/s16000/foto-telapak-kaki-kucing.webp" title="Foto kakinya yang sering garukin pasir" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto kakinya yang sering garukin pasir</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTjHVRVnbtqv9H_Y4eyfqPOfPq53PrWKwwg6EIzHNh7Tmp4wKyX8-5bgrJJqZl5hSGEqo48kRCWAQlJxyaSQ3UuN7ndVRS-AGYf4i7efWwG_fGtZMJ7-vcvP1B8yGeTnLUCItbtiqZES8L7lwF6yaesH-HQsGPh401mj_GkMeHEp2TzxDYqNk3yKvi/s672/foto-kucing-tiduran.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Big Boss sedang tidur di lantai yang hangat" border="0" data-original-height="378" data-original-width="672" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTjHVRVnbtqv9H_Y4eyfqPOfPq53PrWKwwg6EIzHNh7Tmp4wKyX8-5bgrJJqZl5hSGEqo48kRCWAQlJxyaSQ3UuN7ndVRS-AGYf4i7efWwG_fGtZMJ7-vcvP1B8yGeTnLUCItbtiqZES8L7lwF6yaesH-HQsGPh401mj_GkMeHEp2TzxDYqNk3yKvi/s16000/foto-kucing-tiduran.webp" title="Foto Big Boss sedang tidur di lantai yang hangat" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Big Boss sedang tidur di lantai yang hangat</td></tr></tbody></table><br /><div><br /></div><div>Saya sudahi dulu ya, sampai jumpa dipostingan selanjutnya. Semoga menghibur.</div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-7359969065010029072023-03-01T21:22:00.003+07:002023-03-01T21:27:46.462+07:0012 Foto Basah yang Diambil Setelah Hujan! Tapi Nggak Semuanya Basah Ya<p>Hujan yang rutin mengguyur beberapa daerah di Negeri tercinta Indonesia, termasuk daerah saya berdomisili saat ini yaitu di Jakarta Utara. Tak lengkap rasanya bila saya tak mengabadikan momen hujan yang rutin ini. Oleh karena itu, membagikan 12 foto basah-basahan menjadi salah satu cara saya mengabadikan momen musim hujan kali ini.</p><p>Musim hujan selalu memberikan pengalaman berkesan. Entah itu kebanjiran, kehujanan, bolak balik angkat jemuran, dan malas mandi karena kedinginan.</p><p>Tapi hujan tak selalu memberi kesan yang tidak mengenakkan. Nyatanya di musim hujan para penjual jas hujan laris manis, penjual susu jahe ramai pembeli, dan <strike>para pengantin baru semakin syahdu</strike>. (Asli itu ide nulis ntah darimana, keknya karena kebanyakan gaul sama pak satria nih).</p><p><i>Ahh</i> sudahlah, cukup itu saja basa basinya mari simak baik-baik 12 foto basah-basah setelah hujan berikut ini. Sebagai catatan saya tidak bisa menceritakan bagaimana cerita di balik foto-fotonya, karena proses pengambilan semua foto saya lakukan ketika jam pulang kerja (Jadi ceritanya saya kecapean terus saya lupa cerita dari setiap fotonya).</p><h3 style="text-align: left;">12 Foto Basah yang di Ambil Setelah Hujan</h3><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggkxOlZ3uLDw0Xxx_TMwALftNF7M25YnW1cJS7TJrKvmWsnl_Bz-rVutdVsx8vDvGVXIuvOYTP_FYoUvNBpncfADiFLFawKFybqEbkhhYjkrNFo5Q8yBIMr6j6RhEv5UbDnqk1j8DxJSMVF6RXtT7ZrPf8x6_d_Im_14pl82ijin_THzRsFW0iWzVv/s504/foto-kaca-basah.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto kaca basah karena tampias" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggkxOlZ3uLDw0Xxx_TMwALftNF7M25YnW1cJS7TJrKvmWsnl_Bz-rVutdVsx8vDvGVXIuvOYTP_FYoUvNBpncfADiFLFawKFybqEbkhhYjkrNFo5Q8yBIMr6j6RhEv5UbDnqk1j8DxJSMVF6RXtT7ZrPf8x6_d_Im_14pl82ijin_THzRsFW0iWzVv/s16000/foto-kaca-basah.webp" title="Foto kaca basah karena tampias" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto kaca basah karena tampias</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijnrqdHaVn_Uca6S_YCWTz2iP4Tt1Vf_kOVXDFc0tqLu4KzFpDm-lVd-aVuUVRyEVx_Ck3Ed9btZsT8ihTwfAHVvZzUXYaQD44roXVqquFOyLkUzXGWXUhmL2OruCtGPx6MAvWSIsgzwEndRWx_5y3hMQSs_0dwIPiW47a9JlarCJfLVDWLzOPJHzt/s504/foto-ubin-basah.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto lantai basah karena tampias" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijnrqdHaVn_Uca6S_YCWTz2iP4Tt1Vf_kOVXDFc0tqLu4KzFpDm-lVd-aVuUVRyEVx_Ck3Ed9btZsT8ihTwfAHVvZzUXYaQD44roXVqquFOyLkUzXGWXUhmL2OruCtGPx6MAvWSIsgzwEndRWx_5y3hMQSs_0dwIPiW47a9JlarCJfLVDWLzOPJHzt/s16000/foto-ubin-basah.webp" title="Foto lantai basah karena tampias" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto lantai basah karena tampias</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJxvHuLFIxk0I1OomhV0vjVUbPVGyj8XKMRHfGr-LtQ43Lkz7hIOE-BNvg7zxT3AnIv31aT_0cKveMC7ilXABHBeF9Q2-WPgSZGoHpRh0SnoLVkSAH0XmaV4wkoummWCQfRLXzPJrREz9jE_ZFHOdGKIzfqw9__VR0_2FW6dkR7qNGniwABXxQw6T0/s504/foto-sendal-basah.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto sendal tercinta basah karena tampias" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJxvHuLFIxk0I1OomhV0vjVUbPVGyj8XKMRHfGr-LtQ43Lkz7hIOE-BNvg7zxT3AnIv31aT_0cKveMC7ilXABHBeF9Q2-WPgSZGoHpRh0SnoLVkSAH0XmaV4wkoummWCQfRLXzPJrREz9jE_ZFHOdGKIzfqw9__VR0_2FW6dkR7qNGniwABXxQw6T0/s16000/foto-sendal-basah.webp" title="Foto sendal tercinta basah karena tampias" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto sendal tercinta basah karena tampias</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii9hg4eP8tFmdVL1XgMC34Za3qCNVpEPin4Lu1rlfgft9oZhPp-Uf9uV6ZCU-HrJDOxo3MnEtTKtTBZCODJM-NJf-Btsox6zEeouC3VY35fFHS4P18cT86W1Ws6w0nVc_5tNp0lzubhslGTWtb7HTsSSORVmuf43wKHSRpfig8QjZtya5eC1nrIrIV/s504/foto-bunga-bougenville-basah.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto bunga bougenville basah kuyup" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii9hg4eP8tFmdVL1XgMC34Za3qCNVpEPin4Lu1rlfgft9oZhPp-Uf9uV6ZCU-HrJDOxo3MnEtTKtTBZCODJM-NJf-Btsox6zEeouC3VY35fFHS4P18cT86W1Ws6w0nVc_5tNp0lzubhslGTWtb7HTsSSORVmuf43wKHSRpfig8QjZtya5eC1nrIrIV/s16000/foto-bunga-bougenville-basah.webp" title="Foto bunga bougenville basah kuyup" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bunga bougenville basah kuyup</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfICdahLPEg7p09gVeKaxSUZMEnABO-iPV7RauMbogbUAHeyOyQG6EgKSI355Vj7XR3binHePnfvuZp047umvNiu0yXWWQsh1sX-_4f5bKT3e-l59_kT_6PZnfigFU0zM-Ynm-9R7fb9Jg0rvMeeB9ZbKeiNNnec-rS5iNymZBIDn9DMVGFjafm9rc/s504/foto-daun-basah.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto daun talas basah kuyup" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfICdahLPEg7p09gVeKaxSUZMEnABO-iPV7RauMbogbUAHeyOyQG6EgKSI355Vj7XR3binHePnfvuZp047umvNiu0yXWWQsh1sX-_4f5bKT3e-l59_kT_6PZnfigFU0zM-Ynm-9R7fb9Jg0rvMeeB9ZbKeiNNnec-rS5iNymZBIDn9DMVGFjafm9rc/s16000/foto-daun-basah.webp" title="Foto daun talas basah kuyup" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto daun talas basah kuyup</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixNoGXfsxeofQ00vWO--EJvn844-KQMtTtvJxH-TLBHC8L5zDFrf-kxzBVkq_VtXNMeATet4SF5VWBA7ovZZZrbhLHXAl0ETNkGhc1C3phTTP3SLOMr64acQOFTohZE76DK7n1UGToKSJKTVFjxmCbaJ4X0H9JzjTlwDkdXl5Z4cPccsjlPqG24yuT/s504/foto-bunga-kamboja-basah.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto bunga kamboja sedikit basah" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixNoGXfsxeofQ00vWO--EJvn844-KQMtTtvJxH-TLBHC8L5zDFrf-kxzBVkq_VtXNMeATet4SF5VWBA7ovZZZrbhLHXAl0ETNkGhc1C3phTTP3SLOMr64acQOFTohZE76DK7n1UGToKSJKTVFjxmCbaJ4X0H9JzjTlwDkdXl5Z4cPccsjlPqG24yuT/s16000/foto-bunga-kamboja-basah.webp" title="Foto bunga kamboja sedikit basah" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bunga kamboja sedikit basah</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPap8d_hUDuEHCgxo4v6n6JFA48tqTDEL6eQYAigyVc-rdmSEBRBaZ3Kq8vePMtawR7rzKKv0tLWaSGO7v0c6krlOvOkKXqQuBwWu4rdGzhAYuaLcLYv2x3GRFeNzXBWJ6BaoyaepO-6T_wdMTHdNPNYR_Z8Zur7V7CriJbbPqJcEqpbgOL6j_UUm_/s531/foto-lumut.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto lumut hijau yang halus" border="0" data-original-height="378" data-original-width="531" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPap8d_hUDuEHCgxo4v6n6JFA48tqTDEL6eQYAigyVc-rdmSEBRBaZ3Kq8vePMtawR7rzKKv0tLWaSGO7v0c6krlOvOkKXqQuBwWu4rdGzhAYuaLcLYv2x3GRFeNzXBWJ6BaoyaepO-6T_wdMTHdNPNYR_Z8Zur7V7CriJbbPqJcEqpbgOL6j_UUm_/s16000/foto-lumut.webp" title="Foto lumut hijau yang halus" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto lumut hijau yang halus</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_jKnAVHDRBVgNchOK5Oa1m7JnkoYNZGTkPTgp_C_DENZ3KLiu3lVskZvtla1Z_9ga1nGWNQYGeR0rKN68azn4kPQqxG8exTFvAsa6LX6N5zCQlGakpeXjP6V2WA6PfGfRZrO7-PlJjjhLYqEj9ddhdXoAmPpNTpRg0xlhmYX7DwfTZoA9kUEd9K0K/s504/foto-rumput-basah.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto rumput basah berkilauan" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_jKnAVHDRBVgNchOK5Oa1m7JnkoYNZGTkPTgp_C_DENZ3KLiu3lVskZvtla1Z_9ga1nGWNQYGeR0rKN68azn4kPQqxG8exTFvAsa6LX6N5zCQlGakpeXjP6V2WA6PfGfRZrO7-PlJjjhLYqEj9ddhdXoAmPpNTpRg0xlhmYX7DwfTZoA9kUEd9K0K/s16000/foto-rumput-basah.webp" title="Foto rumput basah berkilauan" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto rumput basah berkilauan</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0meF2NCqo3cMdnTB9HXketo9J_3DOsUe49zUHzfeApGq0YuWPRsQegt24mg7GK1wX-wiSMXgRrU_KqnZbScc6-kWlWnphEQS4NL2P_pZhykmMGAAsAhm2-gtO2qH6FiH36bF4FOPLNxgwStt4Q-zBVLTtKSK7uLvUv1CbPfi5H1bqHUdGSxvx1kGj/s567/foto-rumput-dan-genangan-air.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto rumput dan genangan air" border="0" data-original-height="567" data-original-width="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0meF2NCqo3cMdnTB9HXketo9J_3DOsUe49zUHzfeApGq0YuWPRsQegt24mg7GK1wX-wiSMXgRrU_KqnZbScc6-kWlWnphEQS4NL2P_pZhykmMGAAsAhm2-gtO2qH6FiH36bF4FOPLNxgwStt4Q-zBVLTtKSK7uLvUv1CbPfi5H1bqHUdGSxvx1kGj/s16000/foto-rumput-dan-genangan-air.webp" title="Foto rumput dan genangan air" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto rumput dan genangan air</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5T5M-H3vzJ5Z5HgbFBISTvsKGlzPL59E8K4rA7Ibom-EubMPmX5recylnXKLqc2cVebgg-T6d_eVJvtxcMMozbnBeW7reX5qDRyS_NaUXazWgVwgcdsQMTv38Ncu8OV1yc9nHCQDNBjB_jxU56TMG8WfYklWc0g_IS1Sm4SHoAuz5L6m7EZ-hJ6Y_/s502/foto-rumput-dalam-genangan-air.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto rumput di dalam genangan air" border="0" data-original-height="378" data-original-width="502" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5T5M-H3vzJ5Z5HgbFBISTvsKGlzPL59E8K4rA7Ibom-EubMPmX5recylnXKLqc2cVebgg-T6d_eVJvtxcMMozbnBeW7reX5qDRyS_NaUXazWgVwgcdsQMTv38Ncu8OV1yc9nHCQDNBjB_jxU56TMG8WfYklWc0g_IS1Sm4SHoAuz5L6m7EZ-hJ6Y_/s16000/foto-rumput-dalam-genangan-air.webp" title="Foto rumput di dalam genangan air" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto rumput di dalam genangan air</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYfvB3O1zICCGCakJxVC9JWVzHzzhGZ5eIzZBCdQfJVAOuFafbQnum5CZqmRatSx4tA5W77--wQYTtn1MHA78wFe2SAdtTIln4F6XKC5IlqNakb3fUExykCmLcvw_FdAwQencnwfOVML1fKDa7_AvttLUDCIfP1QAQKG_kFCOz9c368DSolESvc-f9/s483/foto-kepompong-di-bawah-daun.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto kepompong di balik daun kelengkeng" border="0" data-original-height="378" data-original-width="483" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYfvB3O1zICCGCakJxVC9JWVzHzzhGZ5eIzZBCdQfJVAOuFafbQnum5CZqmRatSx4tA5W77--wQYTtn1MHA78wFe2SAdtTIln4F6XKC5IlqNakb3fUExykCmLcvw_FdAwQencnwfOVML1fKDa7_AvttLUDCIfP1QAQKG_kFCOz9c368DSolESvc-f9/s16000/foto-kepompong-di-bawah-daun.webp" title="Foto kepompong di balik daun kelengkeng" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto kepompong di balik daun kelengkeng</td></tr></tbody></table><div><br /></div><br /><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-BSrYbqRbDWZvpRreT2J6PRK5cwGjUKaTrt1WHQaid40vax338hMJ9HvwLIxK8-3kAYarO3b4d2mtQJPFBt8IN1U4jx1tcEBpcd8XWpAHNqsc1rJSYyJqDcOTDSycFMVgf4kyNGt1yhcYmFSDPOjQ1C7qqNbY1jyxAAWzDjSzvNsaZOuKMsZO222z/s504/foto-daun-mangga.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto daun mangga berpenyakit" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-BSrYbqRbDWZvpRreT2J6PRK5cwGjUKaTrt1WHQaid40vax338hMJ9HvwLIxK8-3kAYarO3b4d2mtQJPFBt8IN1U4jx1tcEBpcd8XWpAHNqsc1rJSYyJqDcOTDSycFMVgf4kyNGt1yhcYmFSDPOjQ1C7qqNbY1jyxAAWzDjSzvNsaZOuKMsZO222z/s16000/foto-daun-mangga.webp" title="Foto daun mangga berpenyakit" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto daun mangga berpenyakit</td></tr></tbody></table><br /><div>Sesuai judul ya, tidak semua gambar ada basah-basahnya hehe. Jadi ada 2 gambar yang tidak basah tepatnya dua gambar terakhir.</div><div><br /></div><div>Mengapa saya masukan 2 gambar tidak basah tersebut dalam postingan ini? Karena sayang kalo dibuang begitu saja. Itung-itung sebagai pelengkap ya.</div><div><br /></div><div>Oke sampai di sini saja postingan kali ini. Untuk postingan selanjutnya (saya kasih spoiler ya) yaitu tentang foto hewan-hewan.</div><div><br /></div><div>Jangan penasaran, karena hewannya bukan hewan langka ahahha. Tapi bisa saya pastikan hewannya gemoy gemoy.</div><div> </div><div>Sampai jumpa di kolom komentar. Semoga menghibur 🫡🤭</div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com32tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-15049003545762756562023-02-28T00:05:00.002+07:002023-02-28T00:12:32.635+07:00Iseng di Siang Hari! Dapat 8 Foto Serangga dan Bunga di Taman Kantor<p>Kali ini saya akan membagikan sebuah foto hasil ke isengan saya di siang hari tepatnya jam 11.00 pada Hari Sabtu tanggal 04 Februari 2023. Foto yang saya bagikan yaitu foto buah, foto bunga dan foto serangga.</p><p>Hari Sabtu yang mendung tapi tak hujan mengundang rasa jenuh yang begitu besar. Akhirnya saya bergerak untuk sekedar iseng saja tapi keisengan saya dibekali lensa kamera makro hasil flash sale shoppe 10.10 di tahun 2022.</p><p>Jadi lensa Makro ini berfungsi untuk mengambil foto dengan target yang kecil-kecil. Salah satu contoh targetnya adalah serangga dan benda kecil lainnya (Harapan kecilku untuk dapat pasangan artis tidak termasuk ya).</p>
<p>Berikut ini beberapa foto hasil keisengan saya, yang hasilnya tidak seberapa hehe. </p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX_4PZBvYcmbGA6EKdosTBa3SyYa6TaSSqNpdGdj5fgSoOaOrQaygtav2A0F_r5jLkl0pz2IV_xof7KMMWfmuOBNIdbMEn_v0cELztyepA0m2EfgsnD2xsdxTM3XwY2d0625nqKitZlsx4Z2KGktoBWFCK7my--TICQHXlxwTlJmiMzNPoC1dzT9m5/s504/foto-bunga-jatuh.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Bunga Bougenville Jatuh" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX_4PZBvYcmbGA6EKdosTBa3SyYa6TaSSqNpdGdj5fgSoOaOrQaygtav2A0F_r5jLkl0pz2IV_xof7KMMWfmuOBNIdbMEn_v0cELztyepA0m2EfgsnD2xsdxTM3XwY2d0625nqKitZlsx4Z2KGktoBWFCK7my--TICQHXlxwTlJmiMzNPoC1dzT9m5/w640-h480/foto-bunga-jatuh.webp" title="Foto Bunga Bougenville Jatuh" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Bunga Bougenville Jatuh</td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Foto Bunga Bougenville Jatuh</h3><p>Foto tersebut saya ambil tepat di depan halaman masjid kantor saya. Bunga tersebut adalah bunga <i>bougenville</i> atau di kampung saya namanya bunga kertas, karena tekstur bunganya seperti kertas. </p><p>Bunga <i>bougenville</i> sangat mudah sekali rontok dari tangkainya. Namun, ketika bunga tersebut rontok dan jatuh ke tanah justru si bunga tersebut malah menghiasi tempat di sekitarnya.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgry4S6cTo6VjKZVEhmkCfGSTtz9TWzGWmLHKlZ-iqkHqYuScnmZiWK-u8uPb2swVM3RAZAvKyd6QjZ8fwmtJ5_dEuRI_Ui-ZSvC_89wIc4WPIcuuyaTmxTPGa9y4yylCRlCPVsgAXUEVJ9qR4j-Ka4IEcMiwDpigCQaqw2sWbnWxQKWDTDW7ZcFrGs/s504/Foto-mangga-kecil.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto buah mangga kecil" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgry4S6cTo6VjKZVEhmkCfGSTtz9TWzGWmLHKlZ-iqkHqYuScnmZiWK-u8uPb2swVM3RAZAvKyd6QjZ8fwmtJ5_dEuRI_Ui-ZSvC_89wIc4WPIcuuyaTmxTPGa9y4yylCRlCPVsgAXUEVJ9qR4j-Ka4IEcMiwDpigCQaqw2sWbnWxQKWDTDW7ZcFrGs/w640-h480/Foto-mangga-kecil.webp" title="Foto buah mangga kecil" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Foto buah mangga kecil</span></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Foto buah mangga kecil</h3><p>Saya cukup beruntung bisa mengabadikan sekumpulan mangga kecil tersebut. Karena tak lama lagi pasti mangga tersebut akan rontok. </p><p>Dari banyaknya mangga kecil yang ada di dalam foto tersebut, tidak semua mangga bisa bertahan hingga menjadi mangga yang besar. Angin dan pijakan burung sering kali membuat mangga kecil terjatuh.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtl26aro_nWHXhsto8b58H6tm509BV4x-6GxxqpV5DPJ7MLZYTKzzIimjZwnulK_QhdMG_Xx5RhyyXNMQz21uFZfCnC9nqjXQt65cNhwFMs6Yj9nP7SbgjsORcfCAOvcPQQ7lYNhzkxw5lZvzT0nFjNkAxxtXxr5EGjrQF7WDanARLc3DPgL1R2MTX/s504/foto-lalat-dan-buang-kelengkeng.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Lalat hinggap di buah kelengkeng" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtl26aro_nWHXhsto8b58H6tm509BV4x-6GxxqpV5DPJ7MLZYTKzzIimjZwnulK_QhdMG_Xx5RhyyXNMQz21uFZfCnC9nqjXQt65cNhwFMs6Yj9nP7SbgjsORcfCAOvcPQQ7lYNhzkxw5lZvzT0nFjNkAxxtXxr5EGjrQF7WDanARLc3DPgL1R2MTX/w640-h480/foto-lalat-dan-buang-kelengkeng.webp" title="Lalat hinggap di buah kelengkeng" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Lalat hinggap di buah kelengkeng</span></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Lalat hinggap di buah kelengkeng</h3><p>Saya kurang begitu yakin itu lalat atau bukan. Tapi terlihat dari kepalanya itu adalah lalat. Sekilas buah kelengkeng terlihat berukuran besar tapi sebenarnya buah kelengkeng tersebut berukuran kecil, dan si lalat ukurannya sangat kecil sekali.</p><p> Lalat kecil tersebut hanya diam saat saya foto dan sama sekali tidak takut walaupun lensa saya sudah sangat dekat dengannya.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0TsmQYcoF8zYnbhAldKuIpGsuMA69NwG4e6Lxp3pblrOudwwDe9fZqXp6LshdMe_IMCTVrfTh1PBsPmTes1OjEoa0S6Pdmz8AP3WexJpcTSbGwUIcdX-nlZ1M7nzjdYPg9jo5n0ecdrhFmwACY2WqW-l0saRgh8ItrGmWtJ8BZ-rUB_n8JOMKu9Ux/s504/foto-kuncup-bunga-soka.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto kuncup bunga soka" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0TsmQYcoF8zYnbhAldKuIpGsuMA69NwG4e6Lxp3pblrOudwwDe9fZqXp6LshdMe_IMCTVrfTh1PBsPmTes1OjEoa0S6Pdmz8AP3WexJpcTSbGwUIcdX-nlZ1M7nzjdYPg9jo5n0ecdrhFmwACY2WqW-l0saRgh8ItrGmWtJ8BZ-rUB_n8JOMKu9Ux/w640-h480/foto-kuncup-bunga-soka.webp" title="Foto kuncup bunga soka" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto kuncup bunga soka</td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Foto kuncup bunga soka</h3><div>Saya sering sekali menemukan bunga ini, entah saat di kota ataupun di desa. Walaupun sering menjumpai sebenarnya saya tidak tau nama dari bunga tersebut. Hingga pada akhirnya saya mencari tau karena saya butuh untuk postingan ini.</div><div><br /></div><div>Yap, namanya adalah bunga soka. Pada foto tersebut bunga soka yang masih kuncup memiliki bentuk seperti duri tapi tidak tajam seperti duri. Warna pada pucuk kuncupnya berwarna merah dan berwarna hijau pada pangkal kuncupnya.</div><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFjjYgdUjKCfzdrKqETW1WmcEJaUK0rzlVmxf0AAG-sEut9vg1N-dbxC_llmOmdf6UBvn8nvP6UopsqWI9VHNB_ypvAbxKRY5tXha2Apspx1iEn2VMHa5fpyiCNJHC1tpUj2tybruu_frKDKktMGb1JVNPiruK1DJVoSH1kuqlVlCtMPo5cihtp9qT/s504/foto-lebah-madu.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto lebah madu yang tenang" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFjjYgdUjKCfzdrKqETW1WmcEJaUK0rzlVmxf0AAG-sEut9vg1N-dbxC_llmOmdf6UBvn8nvP6UopsqWI9VHNB_ypvAbxKRY5tXha2Apspx1iEn2VMHa5fpyiCNJHC1tpUj2tybruu_frKDKktMGb1JVNPiruK1DJVoSH1kuqlVlCtMPo5cihtp9qT/w640-h480/foto-lebah-madu.webp" title="Foto lebah madu yang tenang" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto lebah madu yang tenang</td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Foto lebah madu yang tenang</h3><div>Hasil pencarian saya di google, lebah yang ada di foto tersebut adalah lebah madu. Karena memang saya tidak begitu tau tentang jenis-jenis lebah (lagi-lagi cari tau untuk kepentingan postingan).</div><div><br /></div><div>Mari fokus ke fotonya, foto tersebut saya ambil dengan mudahnya karena si lebah sangat tenang dan tidak begitu takut dengan lensa kamera yang sangat dekat dengannya (sekitar 7 cm).</div><div><br /></div><div>Posisi si lebah yang baru saja keluar dari dalam bunga, dengan posisi mundur lalu berputar ke kiri tiba-tiba dia terdiam dan sangat tenang. Saat diam itulah kesempatan saya untuk mengabadikannya.</div><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBt_1uCtPVOEtx-vaJTANXctpwL6kHA6Z2FAY-7RGEM_ktX6-fb3Uj9W6pFPWUMup3HTwJDsbkwuGmbMdFjaw229xiaTAeOoabYqwQw3JFICLgPzRfKWozL0fHjfK8_eZ6SJIFs3E1UaGvQtlZafaTPN9YR069O8UbWh17oRyS_5rY1fEL5Bg8Qzh/s504/foto-lebah-kayu.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto lebah kayu yang sibuk" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBt_1uCtPVOEtx-vaJTANXctpwL6kHA6Z2FAY-7RGEM_ktX6-fb3Uj9W6pFPWUMup3HTwJDsbkwuGmbMdFjaw229xiaTAeOoabYqwQw3JFICLgPzRfKWozL0fHjfK8_eZ6SJIFs3E1UaGvQtlZafaTPN9YR069O8UbWh17oRyS_5rY1fEL5Bg8Qzh/w640-h480/foto-lebah-kayu.webp" title="Foto lebah kayu yang sibuk" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto lebah kayu yang sibuk<br /></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Foto lebah kayu yang sibuk</h3><div>Sama halnya dengan si lebah madu, saya pun mengetahui nama lebah kayu ini dari pencarian di google. Si lebah kayu ini ukuran tubuhnya lebih besar dari si lebah madu dan sayapnya pun cukup lebar.</div><div><br /></div><div>Karena ukuran yang besar, membuat terbangnya si lebah kayu menjadi lambat. Tapi ketika dia sudah hinggap di salah satu bunga, pergerakaannya akan lebih cepat.</div><div><br /></div><div>Begitu hinggap pada bunga langsung saja si lebah kayu masuk ke dalam bunga. Dan posisi pengambilan foto di atas saya ambil ketika si lebah kayu baru saja hinggap pada bunga.</div><div><br /></div><div>Sebenarnya saya masih memiliki banyak foto untuk si lebah kayu, foto ketika dia hinggap di bunga, foto ketika masuk ke dalam bunga, dan foto ketika keluar dari bunga. Tapi tidak saya bagikan karena khawatir loading pada postingan ini menjadi berat.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWPQDbxlBmmAruHugqMb6Ib7_KAVGKxx7_0Uz7QrZRt0QpYLsU8oTlwHT5MLIATOM1DIVfenMefMABE4dwAgOKks32I2jZFe--86wYzmgguFDl5i2ymIf6wrP7E7Yd-U6N3EjNgm3SxXY-_C1QQVXCd9q6BLUdnjRkZ2cXGxdjq-hC0v0P9Wk6UedA/s504/foto-kupu-kupu-kamera-salah-fokus.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto kupu-kupu yang gagal fokus" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWPQDbxlBmmAruHugqMb6Ib7_KAVGKxx7_0Uz7QrZRt0QpYLsU8oTlwHT5MLIATOM1DIVfenMefMABE4dwAgOKks32I2jZFe--86wYzmgguFDl5i2ymIf6wrP7E7Yd-U6N3EjNgm3SxXY-_C1QQVXCd9q6BLUdnjRkZ2cXGxdjq-hC0v0P9Wk6UedA/w640-h480/foto-kupu-kupu-kamera-salah-fokus.webp" title="Foto kupu-kupu yang gagal fokus" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto kupu-kupu yang gagal fokus</td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Foto kupu-kupu yang gagal fokus</h3><div>Untuk mengabadikan seekor kupu-kupu pada sebuah foto adalah hal yang cukup sulit jika menggunakan lensa makro. </div><div><br /></div><div>Untuk menggunakan lensa makro saya harus mendekatkan lensa kamera dengan target foto sekitar 7 cm, sedangkan saat saya mendekat dengan jarak setengah meter saja si kupu-kupu sudah terbang karena takut.</div><div><br /></div><div>Dan foto di atas adalah salah satu dari sekian banyak foto percobaan yang saya lakukan untuk mengabadikan si kupu-kupu. Walaupun foto di atas masih terlihat gagal fokus tapi setalah memilah dengan sangat teliti dari sekian banyak foto si kupu-kupu, foto tersebutlah yang lumayan cakep.</div><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhujnRFoHr43JU_nXO9_pjJq7UH0iX_s2_o0bdoL-I4vL_9OKZmeo54F3Dp6Zf3kLmf8IqiYxcufcRPSJ5fiSVQ6vWP4ZXd40SYe4Ev48iq_PC94uFjxtQyNb7uhh7NFsOlj9txZaP04X9QL79Gk0UYl_JA_dbhmolYRzIqgWo2yAcJGg9CtAihIv9e/s504/foto-bunga-putih.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto bunga putih" border="0" data-original-height="378" data-original-width="504" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhujnRFoHr43JU_nXO9_pjJq7UH0iX_s2_o0bdoL-I4vL_9OKZmeo54F3Dp6Zf3kLmf8IqiYxcufcRPSJ5fiSVQ6vWP4ZXd40SYe4Ev48iq_PC94uFjxtQyNb7uhh7NFsOlj9txZaP04X9QL79Gk0UYl_JA_dbhmolYRzIqgWo2yAcJGg9CtAihIv9e/w640-h480/foto-bunga-putih.webp" title="Foto bunga putih" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bunga putih</td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Foto bunga putih</h3><div>Untuk bunga yang berwarna putih ini saya belum tau namanya dan belum mencoba untuk cari tau di pencarian google. (Yang tau namanya komen ya, sebagai imbalan saya balas komennya 🤭)</div><div><br /></div><div>Foto pohon bunga ini pernah saya bagikan di postingan <a href="https://www.nuhid.com/2023/02/foto-tumbuhan-tangkapan-smartphone.html" target="_blank">kumpulan foto tumbuhan hasil tangkapan foto smartphone pribadi</a>. Bunga putih ini jika sedang mekar, dalam 1 pohon jumlah bunganya sangat banyak sekali (walaupun tak sebanyak harapanku padanya).</div><div><br /></div><div>Saat pengambilan foto bunga putih tersebut, saya sengaja memilih target bunga yang lebih tinggi dari saya. Alasan, karena memang bunganya tinggi-tinggi semua hehe. Saya saja sampai merasa pagal di pundak, karena sekitar 10 menit lebih saya habiskan untuk foto-foto si bunga putih tersebut.</div><div><br /></div><div>Nah, itulah beberapa foto hasil dari keisengan saya di siang hari. Iseng-iseng yang penuh dengan keberuntungan karena waktu dan cuaca sangat mendukung untuk foto. Tidak terlalu panas juga tidak terlalu banyak angin. Pokoknya momennya cocok banget untuk foto-foto. </div><div> </div><div>Kalo begitu cukup sampai di sini dulu ya. Semoga menghibur.</div><div><br /></div><div><br /></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com23tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-8734975699802000162023-02-22T00:00:00.001+07:002023-03-01T10:39:28.234+07:00 Cerita 3 Foto di Stasiun Kereta! Saya Kelihat Ndeso Banget<p>Sebuah perjalanan memang selalu menyisakan sebuah kenangan. Baik kenangan bahagia, sedih, seru, bosan dan kenangan lainnya, kita sendiri yang bebas untuk menentukan kenangan seperti apa yang akan kita abadikan. Seperti saya yang mengabadikan kenangan katrok dan Ndesonya saya ketika berada di Stasiun Kereta.</p><p>Masih berhubungan dengan postingan saya yang sebelumnya yaitu menceritakan perjalanan saya berangkat ke Kota Tangerang Selatan untuk foto-foto. Nah, di postingan ini saya kembali bercerita perjalanan pulang saya dari Kota Tangerang Selatan menuju Tanjung Priok.</p><p>Perjalanan saya mulai dengan berjalan kaki dari rumah om saya menuju ke jalan yang mudah di akses bapak-bapak ojol (ojek online). Jalan kakinya tidak terlalu jauh saya hanya menghabiskan waktu 5 menit.</p><p>Dengan hangatnya sinar matarhari pagi, saya menunggu bapak-bapak ojol, yang sudah saya pesan. Tiga menitan menunggu akhirnya datang Bapak ojolnya, dan terkejutnya saya melihat wajah dan motornya si bapak ojol ini, ternyata si bapak ojol ini tetangga om saya, yang biasa saya sapa.</p><p>Sudah pasti lah ya, saya ngobrol sepanjang perjalanan saat dibonceng si bapak ojol tersebut. Dan perjalanan naik ojol saya pun berakhir di Stasiun Sudimara, stasiun pertama saya menuju ke Tanjung Priok.</p><p>Di stasiun pertama ini saya tidak satu kali pun mengambil foto. Dan itulah salah satu yang saya sesalkan pada perjalanan ini. Saya sempat pindah peron di Stasiun Sudimara, uniknya jalan untuk pindah peron melalui jalan bawah tanah, walaupun bukan jalan yang panjang tapi di mata saya ini adalah wawasan dan pengalaman baru. (bau-bau ndeso sudah tercium).</p><p>Perjalanan di dalam kerata pun dimulai ketika saya masuk kereta dengan kaki kanan melangkah melewati pintu terlebih dahulu. Di luar perkiraan saya (yang jarang naik kereta) ternyata kereta di hari libur (Ahad) berbeda dengan hari Sabtu ketika berangkat ke Tangerang Selatan.</p><p>Setiap gerbong di kereta penuh (tempat duduknya), rata-rata penumpangnya ibu-ibu dan anak-anak. Ternyata meraka semua akan menuju ke Kota Jakarta untuk berekreasi. Sebagai abang-abang yang terlihat sholeh saya pun berdiri selama perjalanan dari Stasiun Sudimara sampai Tanah Abang.</p><p>Posisi berdiri saya tepat di depan pintu dan sambil melihat pemandangan dari jendela kaca. Sebenarnya saya ingin sekali foto-foto tapi saya malu banyak adik-adik melihat saya dikiranya saya abang-abang tentara, kebetulan gaya cukur saya ABCD (Abri Bukan Cepak Doang).</p><p>Karena tidak ada istilah macet dan lampu merah, akhirnya kereta sudah sampai di Stasiun Tanah Abang dengan cukup cepat. Saya pun bergegas keluar dari kereta dan segera mencari peron yang akan menuju ke Kampung Bandan.</p><p>Di sela-sela saya pindah peron yang melalui jalan layang saya akhirnya bisa mangambil sebuah foto. Wes pokoknya saya gak mikirin malu lagi, yang penting saya harus dapet foto di stasiun tanah abang. Sekitar 3 menitan saya foto-foto, hanya satu foto saja yang mantap di hati.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCKrepKl9QT8gN7-nAKF23tOlXchY5r08m2fiLs44xI1urRJyLnM6wfv6b3a-AHV6EVI7kLOkVgVmOpU5LEhGB4igCDVyXwRdvBfadGd9nRqTZZ-zaShR-3_Zjl6FETVoEjsB9oRGZAoHa4GdkZ8UTOtw8DT9g7lBsMdV5s9RNFpeQIBnnnSKTGUlF/s1008/stasiun-tanah-abang.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Rel Kereta di Tanah Abang" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCKrepKl9QT8gN7-nAKF23tOlXchY5r08m2fiLs44xI1urRJyLnM6wfv6b3a-AHV6EVI7kLOkVgVmOpU5LEhGB4igCDVyXwRdvBfadGd9nRqTZZ-zaShR-3_Zjl6FETVoEjsB9oRGZAoHa4GdkZ8UTOtw8DT9g7lBsMdV5s9RNFpeQIBnnnSKTGUlF/w640-h480/stasiun-tanah-abang.jpeg" title="Foto Rel Kereta di Tanah Abang" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Rel Kereta di Tanah Abang</td></tr></tbody></table><p>Setelah selesai foto-foto, sambil berjalan saya pun memilah beberapa foto saya. Hal tak terduga pun ada di hadapan, saya kaget ternyata saya malah berjalan menuju pintu keluar Stasiun Tanah Abang. Paniklah saya, segera saya cari peron tujuan saya, dan ternyata saya cukup jauh terlewat dari peron saya. </p><p>Syukurlah ternyata kereta yang akan saya naiki yaitu kereta arah ke Stasiun Kampung Bandan belum datang. Sambil menunggu kereta datang saya masih memilah beberapa foto saya. Speaker pemberitahuan di stasiun tanah abang berbunyi yang memberitahukan bawah kereta arah kampung bandan mengalami keterlambatan 5 menit.</p><p>Pikir saya dengan santai, menunggu 5 menit bukanlah masalah karena biasanya saya terjebak macet saat naik motor bisa bermenit-menit.</p><p>Selama waktu 5 menit berjalan menunggu kereta datang, tak terasa peron yang saya tempati ternyata sudah ramai sekali. Berdesak-desakan sambil menunggu kereta ternyata salah satu hal yang mungkin sama menjengkelkannya seperti terjebak macet ketika naik motor. Tapi bukan masalah sih karena orang-orang yang berdesakan adalah orang-orang yang kebanyakan akan berlibur jadi baunya wangi-wangi (sebenernya saya nggak mau menulis bagian yang ini).</p><p>Akhirnya kereta yang akan ke arah stasiun kampung bandan tiba. Sesuai aturan, para penumpang yang akan naik harus menunggu terlebih dahulu sampai seluruh penumpang yang baru tiba keluar.</p><p>Jauh berbeda dengan keadaan saat di peron, di dalam kereta menjadi tidak berdesak-desakan karena sebagian ada yang duduk dan ada yang berdiri. Sebagai abang-abang yang terlihat sholeh maka saya pun berdiri karena tak menemukan tempat duduk yang kosoooooong.</p><p>Kereta pun akhirnya memulai perjalanannya kembali. Dari Stasiun Tanah Abang menuju ke Stasiun Kampung Bandan kereta akan melakukan pemberhentian yaitu di Stasiun Duri dan Stasiun Angke. </p><p>Dan di pemberhentian Stasiun Angke akhirnya saya bisa kembali mengambil sebuah foto. Di posisi ini saya sudah duduk karena di pemberhentian Stasiun Duri banyak sekali penumpang yang turun.</p><p>Saat pengambilan foto sebenarnya saya agak malu-malu, soalnya di samping saya ada mbk-mbk berjilbab pink. Yah, namanya sudah kebelet pingin foto akhirnya saya cuek bebek aja. Dengan memaksakan untuk PD saya mengangkat HP saya yang mulai mengincar target foto saya. Cekrrek…(sebenarnya gak ada suaranya soalnya sudah saya silent kameranya)</p><p>Karena saya cukup tinggi mengangkat HP, bapak-bapak berkacamata hitam pun menoleh dan akhirnya terabadikan dengan posisi wajah melihat ke kamera HP saya.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2RHXHXV3vk1bM0smwp7nvwIKWQlXzlweq7xYOMCPyH21QFtxPs-n4A1aNqeSYljkQ3uNe1H_j8uTmmRKsjdNgAKZKTUNiBCsTknEQf8ipSKi4H0B7CZmfqwFRp8mo4YPliFTO1scqmplEHBIqMkZ8IqJ2cmF_k-kQMgvVkBJQYCwz2SWfNCczA7nv/s508/kereta-penumpang.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto di Pemberhentian Stasiun Angke" border="0" data-original-height="406" data-original-width="508" height="512" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2RHXHXV3vk1bM0smwp7nvwIKWQlXzlweq7xYOMCPyH21QFtxPs-n4A1aNqeSYljkQ3uNe1H_j8uTmmRKsjdNgAKZKTUNiBCsTknEQf8ipSKi4H0B7CZmfqwFRp8mo4YPliFTO1scqmplEHBIqMkZ8IqJ2cmF_k-kQMgvVkBJQYCwz2SWfNCczA7nv/w640-h512/kereta-penumpang.jpeg" title="Foto di Pemberhentian Stasiun Angke" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto di Pemberhentian Stasiun Angke</td></tr></tbody></table><br /><p>Kereta pun melanjutkan perjalanan ke Stasiun Kampung Bandan. Perjalanan yang cukup jauh yaitu 4,102 Km, membuat saya agak bosan, dan menyebabkan saya menguap pertama kalinya pada hari itu. (Saya inget banget itu menguap pertama saya di hari itu)</p><p>Akhirnya kereta pun sampai di Stasiun Kampung Bandan dan saya turun dari gerbong kereta. Baru beberapa langkah turun gerbong kereta, terdengar speaker pemberitahuan Stasiun Kampung Bandan bahwa kereta tujuan Stasiun Ancol akan segera berangkat. </p><p>Seperti reflek seorang atlit pelari (atlit kepepet) saya pun mulai lari, baru berapa langkah saya berlari, saya ditegur bapak security. Saya diberi tau untuk tidak lari-lari di stasiun. Saya pun beralih jadi atlit jalan cepat.</p><p>Saya jalan cepat, dan akhirnya saya sampai di pintu keluar Stasiun Kampung Bandan dan itu artinya saya salah jalan lagi. Karena tujuan saya Stasiun Ancol maka saya harus menuju ke Peron 8. (Di deket pintu keluar saya tanya Pak Security peron berapa untuk arah ke Stasiun Ancol)</p><p>Masih dengan mode atlit jalan cepat saya menuju ke Peron 8, kebetulan untuk ke peron 8 harus menaiki tangga, jadi agak memperlambat jalan saya. Saat sedikit lagi selesai menaiki tangga terlihat gerbong kereta arah ke Stasiun Ancol dan seorang Bapak security yang berkata tegas “cepet mas masuk, bentar lagi nutup pintunya”.</p><p>Saya pun hanya berjarak 4 langkah dari pintu gerbong kereta, tapi pintu gerbong sudah tertutup walaupun kereta belum jalan. “Ayo Pak Buka Pak!” ucap abang-abang Sambil pegang pintu keretanya</p><p>“Udah mas, gak bisa! Keretanya sudah mau jalan, minggir ke sini” bentak pak security sambil menghalangi abang-abang ndeso yang dikira pintu kereta bisa ditawar seperti pintu bus.</p><p>Yap betul, siapa lagi abang-abang ndeso itu kalo bukan saya.</p><p>Ya udahlah mau bagaimana lagi kereta sudah jalan. Saya pun memilih menunggu kereta selanjutnya di peron 8 yang lumayan sepi karena sudah naik semua di kereta yang tadi.</p><p>Menunggu dan menunggu, peron 8 pun lama kelaman mulai ramai ibu-ibu dan anak-anak yang akan berekreasi di Taman Ancol. Sebenarnya ada mbk-mbk dan mas-mas juga, tapi saya pura-pura gak lihat soalnya meraka itu seperti orang pacaran (Sebenarnya memang pacaran sih).</p><p>Terdengar oleh telinga saya yang sedari tadi nguping. Salah satu di antara mbk-mbk, ada yang bilang bahwa menurut aplikasi yang ada di HPnya, kereta yang akan ke Stasiun Ancol akan datang dalam waktu 15 menit lagi.</p><p>Sontak saya lemes lunglai, lesu tak bertenaga. Kalau tau begini keadaannya saya mending keluar dari Stasiun Kampung Bandan dan jalan agak jauh sedikit untuk menuju jalan raya dan naik angkot ke arah Tanjung Priok. Tapi pagi itu matahari sudah bersinar cukup terik. Jadi, saya putuskan menunggu kereta selanjutnya.</p><p>Dan di sela-sela 15 menit yang membosankan saya pun mengambil foto, tapi kali ini seperti tidak terlalu bergairah untuk foto karena sudah badmood. </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjLGsavM0VKCRYgkLuqxRsIh1Go2SqJvvtzRPBuUYVRZp_bi24onQijEyBmC8cMu0xe9TocNf5zcU1rDhC1-tyYoN5V2W5LDBqXmxeUVV2Up5PQ48dLVvC0U58xIR7sYCcFsnkzClAnNuFlgpScDu4BQFZJAMU8rr08QkffSBGwZQpPXXtEHrf2AaK/s756/peron-8-stasiun-kampung-bandan.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Peron 8 Stasiun Kampung Bandan." border="0" data-original-height="756" data-original-width="605" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjLGsavM0VKCRYgkLuqxRsIh1Go2SqJvvtzRPBuUYVRZp_bi24onQijEyBmC8cMu0xe9TocNf5zcU1rDhC1-tyYoN5V2W5LDBqXmxeUVV2Up5PQ48dLVvC0U58xIR7sYCcFsnkzClAnNuFlgpScDu4BQFZJAMU8rr08QkffSBGwZQpPXXtEHrf2AaK/w512-h640/peron-8-stasiun-kampung-bandan.jpeg" width="512" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Foto peron 8 Stasiun Kampung Bandan.</span></td></tr></tbody></table><p>Saya yang sedang nyender di tiang-tiang peron 8, sambil memeluk dengkul saya, tiba-tiba tertidur sebentar dan terbangun karena kaget dengan suara kereta yang datang dari jauh untuk mendekat ke peron 8. </p><p>Kagetnya saya ternyata sudah cukup ramai orang yang menenuggu di peron 8. Baru sebentar saya tinggal tidur sudah banyak mbk-mbk yang berpakaian rapi berdiri di samping saya. Dengan wajah bangun tidur agak kusut, saya pura-pura melihat HP saya agar gak malu-malu banget.</p><p>Nah, saya akhiri sudah cerita 3 foto di Stasiun ketika saya jalan pulang dari Kota Tangerang Selatan menuju Kota Tanjung Priok. Dan mohon maaf bila cerita dibalik foto-foto tersebut terlalu panjang. Tapi semoga saja dari teman-teman bisa mendapat sedikit gambaran bagimana rasanya naik kereta dan berada di stasiun kereta. Semoga menghibur </p><br /><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcdZ8W6j6neELIaUO7chKMRADpBIe-JFzgN7NkfYilm8cnwAwacv4aZ3wKm-tg3dOuQHrX0bM2SIPRFMu6_ecw5xEiSBVToNu9uNLpmVjjJtimkFnO52PmaEz0--6h4hCGP9dFRPOmW07zRuhnAeU_lIckF008i5cNZQzzCk4T8RHnlzgp449sVuyr/s3013/B6A0039A-558A-460F-9446-D8E244C4A9CA.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Peta Jalur Kereta Jabodetabek" border="0" data-original-height="3013" data-original-width="2009" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcdZ8W6j6neELIaUO7chKMRADpBIe-JFzgN7NkfYilm8cnwAwacv4aZ3wKm-tg3dOuQHrX0bM2SIPRFMu6_ecw5xEiSBVToNu9uNLpmVjjJtimkFnO52PmaEz0--6h4hCGP9dFRPOmW07zRuhnAeU_lIckF008i5cNZQzzCk4T8RHnlzgp449sVuyr/w426-h640/B6A0039A-558A-460F-9446-D8E244C4A9CA.png" title="Peta Jalur Kereta Jabodetabek" width="426" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peta Jalur Kereta Jabodetabek</td></tr></tbody></table><br />nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com30tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-43620933859810315412023-02-15T22:30:00.011+07:002023-02-19T13:57:11.383+07:00Jalan-jalan di Kota Tangerang Selatan! dapat 21 Foto Unik<p> Kita semua memang tak pernah tahu esok kita akan pergi ke mana, dengan siapa, naik apa. Seperti saya, yang biasanya di hari Sabtu memenuhi waktu saya dengan tidur. Tapi tidak pada tanggal 04 Februari 2023 Sabtu pagi, tiba-tiba hati berkehendak ingin lekas pergi menjauh dari kasur yang hangat nan menggoda, entah karena angin apa, pikiran dan hati saya kekeh ingin jalan-jalan di Kota Tangerang Selatan.</p><p>Berhubung saya ini orangnya cukup sering berfikir “<i>siapa tahu di sana ketemu sama jo*ohnya</i>”. Jadi, saya hanya mengikuti suara hati dan lekas melangkahkan kaki.</p><p>Perjalanan saya mulai dari Kota Priok Jakarta Utara, yaitu tempat saya bekerja. Tujuan pertama saya adalah Stasiun Ancol. Dari awal masuk Stasiun Ancol sampai stasiun tujuan yaitu Stasiun Rawa Buntu. Tak satu pun kata yang saya ucapkan.</p><p>Mau bagaimana lagi, selama perjalanan di dalam kereta semua orang sibuk dengan smartphonenya masing-masing. Saya hanya diam, dan berusaha tidak ikut-ikutan sibuk dengan smartphone saya.</p><p>Bukan karena minder karena smartphone saya jadul, tapi karena saya ingin berhemat baterai untuk foto-foto di Kota Tangerang Selatan.</p><p>Singkat cerita, saya memulai perjalanan saya di Kota TangSel. Dan perjalanan tersebut saya putuskan untuk jalan kaki, agar saya dapat menyusuri secara acak setiap pinggiran jalan. Saya berharap dengan jalan kaki saya bisa melihat dan mendapat target foto yang unik.</p><p>Berikut ini beberapa foto unik yang saya ambil ketika saya jalan-jalan di Kota Tangerang Selatan.</p><h3 style="text-align: left;">21 Foto perjalanan di Tangerang Selatan</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYVN7SrtFfsw24AwMk3SQQcB273ugSbYflrXdzNhqw2_jDYhfZE_FZlRyRbJe8pMjYJIy96IQdRyyUdIe9fohRN9YqZRcUamGJ7_aiCp15ScWopedyyMZt8BShBYQv6sreSmmvP18ECeUyagTHl-S4pioz9-gXFtitW9crjsZmDGWRm6PyEzYzvnF/w480-h640/pohon-sekarat.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pohon kering dan kabel" border="0" data-original-height="695" data-original-width="522" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYVN7SrtFfsw24AwMk3SQQcB273ugSbYflrXdzNhqw2_jDYhfZE_FZlRyRbJe8pMjYJIy96IQdRyyUdIe9fohRN9YqZRcUamGJ7_aiCp15ScWopedyyMZt8BShBYQv6sreSmmvP18ECeUyagTHl-S4pioz9-gXFtitW9crjsZmDGWRm6PyEzYzvnF/w480-h640/pohon-sekarat.jpeg" title="Pohon kering dan kabel" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pohon kering dan kabel</td></tr></tbody></table><div style="text-align: center;"><span></span></div><div>Pohon kering dengan keadaan banyak ditumbuhi tanaman rambat. Karena banyaknya kabel yang masuk di sela-sela pohon tersebut mungkin jadi salah satu sebab mengapa masyarakat setempat tidak segera memotong ataupun sekedar membersihkannya.<p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFUbmivG03LUOnuC7Vzwti7voRE1FH3cYMfAUSKjUYhIazI7DLfizaS3Lcl3cb6ZhB9ktOEBnsvyuT9JNy_5rn_ml-oxAAObp4H2h25I3acxxzBB5kHI-qFqUuRW4ad6YY8DQO8hS1DTa-ZEDZz3AX2ayafyun1Av4ujqSCn7M-b2uImYcqdCSb0sc/w458-h640/akar-pohon-bergelantungan.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Kebun di pinggir jalan yang penuh dengan akar pohon" border="0" data-original-height="588" data-original-width="420" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFUbmivG03LUOnuC7Vzwti7voRE1FH3cYMfAUSKjUYhIazI7DLfizaS3Lcl3cb6ZhB9ktOEBnsvyuT9JNy_5rn_ml-oxAAObp4H2h25I3acxxzBB5kHI-qFqUuRW4ad6YY8DQO8hS1DTa-ZEDZz3AX2ayafyun1Av4ujqSCn7M-b2uImYcqdCSb0sc/w458-h640/akar-pohon-bergelantungan.jpeg" title="Kebun di pinggir jalan yang penuh dengan akar pohon" width="458" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kebun di pinggir jalan yang penuh dengan akar pohon<br /><br /></td></tr></tbody></table><div style="text-align: center;"><span></span></div>Saya sendiri kurang begitu yakin itu akar pohon atau tanaman rambat. Karena saya foto dari jarak yang cukup jauh. Apakah saya takut? tentu iya, karena ada beberapa anjing sedang tidur di dekat pohon tersebut.<p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhioDzU4mzmONBac0RnaaFvv2t08ZREuFQ8PSJkdNKlsvxo4_WZQeE_VPh2JSxCJLRY2I6QPhEff8-MdbBJVlyJAUsy3N0_GtbpH1ZU5495Dpu00kZ7Xkiq49VaHNvvXVkZZ77VtIopZFIcG_X9APBhrlzfO9fNErTaqeUcaZWIyvgahY_ZdSkyBB_M/w640-h463/pedagang-jambu-kristal-di-pinggir-jalan.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Banyak penjual di pinggir jalan ketika akhir pekan" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="463" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhioDzU4mzmONBac0RnaaFvv2t08ZREuFQ8PSJkdNKlsvxo4_WZQeE_VPh2JSxCJLRY2I6QPhEff8-MdbBJVlyJAUsy3N0_GtbpH1ZU5495Dpu00kZ7Xkiq49VaHNvvXVkZZ77VtIopZFIcG_X9APBhrlzfO9fNErTaqeUcaZWIyvgahY_ZdSkyBB_M/w640-h463/pedagang-jambu-kristal-di-pinggir-jalan.jpeg" title="Banyak penjual di pinggir jalan ketika akhir pekan" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Banyak penjual di pinggir jalan ketika akhir pekan</td></tr></tbody></table><div style="text-align: center;"><span></span></div><p>Pinggir jalan yang teduh karena banyak pohon yang rimbun membuat saya memutuskan untuk istirahat dan sambil ngobrol sebentar dengan penjual tahu sumedang yang sedang sibuk main mobile legend. Dan di dekat saya ada penjual jambu kristal dan sebelah kirinya lagi ada penjual ketoprak</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtkxdkDGk6j9CeBXEtVrxd8YySxAFNMUXK2Sa5eqN_wR-yPEBo_vOjNpfQLoR5ntjp2-z2Dm0X2LoOuu50tmuDdIV2z3kfsp1_R-8gH32vLTHWQf9tdKkrbfIPFojdikUVcdUBag25yOQpPmBScE6a6AP6fC7y8XLvlUlWP9EDpoGGgmYMpUh-iVgW/s1008/jalan-pertigaan.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto keadaan di pertigaan jalan yang lega" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtkxdkDGk6j9CeBXEtVrxd8YySxAFNMUXK2Sa5eqN_wR-yPEBo_vOjNpfQLoR5ntjp2-z2Dm0X2LoOuu50tmuDdIV2z3kfsp1_R-8gH32vLTHWQf9tdKkrbfIPFojdikUVcdUBag25yOQpPmBScE6a6AP6fC7y8XLvlUlWP9EDpoGGgmYMpUh-iVgW/w640-h480/jalan-pertigaan.jpeg" title="Foto keadaan di pertigaan jalan yang lega" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto keadaan di pertigaan jalan yang lega</td></tr></tbody></table><p>Sering sekali saya menemui jalan ini dalam keadaan macet. Tapi kali ini jalannya begitu lega dan terlihat ramai lancar. Jadi lebih enak melihatnya.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO-iRg5sQcOHSvkY1eVbgR4YX7ZXmWn1Z7TgCeQYqk4r3u5x8qMUpwmDKz8OHC4PANNoebTV6qeCCg5xYNCtypKjnqDrFwhUHxMcXGQ3oh2we2Cy0YxyaGsNg56uru8AdcZckDte7jmd85rVFR2UUUkj8Gi37fP7GESwchSNTBl2cxbEhJ1YD98rfi/s528/petunjuk-jalan-dan-lampu-merah-tangerang-selatan.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Petunjuk jalan di dekat lampu merah" border="0" data-original-height="528" data-original-width="423" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO-iRg5sQcOHSvkY1eVbgR4YX7ZXmWn1Z7TgCeQYqk4r3u5x8qMUpwmDKz8OHC4PANNoebTV6qeCCg5xYNCtypKjnqDrFwhUHxMcXGQ3oh2we2Cy0YxyaGsNg56uru8AdcZckDte7jmd85rVFR2UUUkj8Gi37fP7GESwchSNTBl2cxbEhJ1YD98rfi/w512-h640/petunjuk-jalan-dan-lampu-merah-tangerang-selatan.jpeg" title="Petunjuk jalan di dekat lampu merah" width="512" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Petunjuk jalan di dekat lampu merah</td></tr></tbody></table><p>Petunjuk jalan satu ini biasanya jadi salah satu tanda saya bahwa Stasiun Rawa Buntu sudah tak jauh lagi.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMmrntXe1QfLOff53iDUwdLTQYbAKDP9BvWnrILXDKA2eMrdPX-hpYAsmnykt_j3SMR-aenyxZrN1G56oK8dJcFd4pslhnHoZ5j5tr1Xp2x1zFgJbeZm4nt3bGPbek27PJROCPQ9J_kiPKT2x5nYttOPdt5zcvBCxI32sAxO9CRRDqqa1fzUPC0hQC/s756/masakan-padang-dan-bakery.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Kincir angin khas Holland Bakery" border="0" data-original-height="605" data-original-width="756" height="512" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMmrntXe1QfLOff53iDUwdLTQYbAKDP9BvWnrILXDKA2eMrdPX-hpYAsmnykt_j3SMR-aenyxZrN1G56oK8dJcFd4pslhnHoZ5j5tr1Xp2x1zFgJbeZm4nt3bGPbek27PJROCPQ9J_kiPKT2x5nYttOPdt5zcvBCxI32sAxO9CRRDqqa1fzUPC0hQC/w640-h512/masakan-padang-dan-bakery.jpeg" title="Kincir angin khas Holland Bakery" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kincir angin khas Holland Bakery</td></tr></tbody></table><p>Di mana pun saya berada bila melihat kincir angin tersebut hampir bisa saya pastikan itu adalah toko roti Holland Bakery. Terlihat juga pada foto tersebut ada warung makan padang Payakumbuah. Berhubung di seberang jalan jadi saya tidak mampir. Lain kali mampir, iya mampir aja</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-QCGcU0IuTf81YJO2WA4pyFWKB4KSixFoZlzr7fC4ExzKK_vmv4VUnPK7nJyiuF6b7XBXTjQwBeMKBrxZ5klXFeUBFrlzof3QtubFeI_9dlA5T6ir607p5oMyInm8IrGQWHu3xDeZ6Vlnf3LZdklVnxskxspJILKRg_HoPSfrw6A50ZOFHbXyKFoB/s848/lampoh-dan-tugu-jalan-tangerang-selatan.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Lampoh semacam kedai kopi khas Aceh" border="0" data-original-height="565" data-original-width="848" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-QCGcU0IuTf81YJO2WA4pyFWKB4KSixFoZlzr7fC4ExzKK_vmv4VUnPK7nJyiuF6b7XBXTjQwBeMKBrxZ5klXFeUBFrlzof3QtubFeI_9dlA5T6ir607p5oMyInm8IrGQWHu3xDeZ6Vlnf3LZdklVnxskxspJILKRg_HoPSfrw6A50ZOFHbXyKFoB/w640-h426/lampoh-dan-tugu-jalan-tangerang-selatan.jpeg" title="Lampoh semacam kedai kopi khas Aceh" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lampoh semacam kedai kopi khas Aceh</td></tr></tbody></table><p>Lampoh semacam kedai kopi khas Aceh atau enaknya ngomong cafe Aceh. Saya kurang begitu tau karena saya sendiri belum pernah mampir. Siapa tau kawan-kawan dari Aceh ada yang mau ajak saya di Cafe Lampoh.</p><p>Di foto tersebut juga ada Tugu Kota Tangerang Selatan. Posisi tugunya berada di taman pemisah jalan antar jalur kanan dan kiri. Sepertinya hampir setiap jarak 100 meter ada Tugu yang sama.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO7s4JGlFn3vPRk3zvQRWAnzVv1vJF6KaVx8KveXyKIkjZlYfQ7TGeKI5HUa6xwgvjXq31m3MMPuvFM2kkP72ei63VTsAL9DK0w7jAZLUBkndnKGuKJ1AX7_aj_UCVR-6CYNVG982luxUGROuNOuraLqJzDOcCi5Q4aWV2sSXQcQ3o6RIcF8os2WSV/s717/patung-penari-dan-kuda-suryana-rasa.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Patung penari dan patung kuda kayu" border="0" data-original-height="717" data-original-width="538" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO7s4JGlFn3vPRk3zvQRWAnzVv1vJF6KaVx8KveXyKIkjZlYfQ7TGeKI5HUa6xwgvjXq31m3MMPuvFM2kkP72ei63VTsAL9DK0w7jAZLUBkndnKGuKJ1AX7_aj_UCVR-6CYNVG982luxUGROuNOuraLqJzDOcCi5Q4aWV2sSXQcQ3o6RIcF8os2WSV/w480-h640/patung-penari-dan-kuda-suryana-rasa.jpeg" title="Patung penari dan patung kuda kayu" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Patung penari dan patung kuda kayu</span></td></tr></tbody></table><p>Kedua patung tersebut sangat unik terutama si patung kuda yang terbuat dari potongan kayu yang sangat banyak dan tersusun rapi hingga membentuk kuda yang gagah. Kedua patung tersebut berada di depan pintu gerbang rumah makan atau semacam restoran yang bernama Suryana Rasa.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrJ5m23iICi-0nEECcImLcthywnFW8AiA5lEoNE7Vo72OyE7UIqTyw6RFw-BJx0mNsNrnHZBHAM7Fj_YY46N3BFhdb-IcEc4UmL76yOjLPLGDdU7JRkTuKeMWSKhi5ywJGCvqO1WX7OJ2yQ2Nc6VXnyrauzmCouLHzCqT3mwGsGVEPnApjTo5v8Bz6/s506/taman-satu-petak.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Taman sepetak" border="0" data-original-height="361" data-original-width="506" height="456" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrJ5m23iICi-0nEECcImLcthywnFW8AiA5lEoNE7Vo72OyE7UIqTyw6RFw-BJx0mNsNrnHZBHAM7Fj_YY46N3BFhdb-IcEc4UmL76yOjLPLGDdU7JRkTuKeMWSKhi5ywJGCvqO1WX7OJ2yQ2Nc6VXnyrauzmCouLHzCqT3mwGsGVEPnApjTo5v8Bz6/w640-h456/taman-satu-petak.jpeg" title="Taman sepetak" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Taman sepetak. </span></td></tr></tbody></table><p>Sebenarnya itu bukan nama tamannya. Kenapa saya beri nama taman sepetak karena tamannya berukuran tidak luas dan hanya sepetak saja.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYH1b59kGBi0GRpebEdZhM_OscQRWHQgMmjv88m0tEG3URMMMnnBxZ5VRIXbxIN13EOaAXlUU4_6fymCfmSxb7p1BuBbPRCBBY0DPZq1zHf2A0EaB8yct8lVvyfNkLJnu_7V2Fvt6vqg4Mk8aC2s7KMlw9-IdsHhmKPjgFVeKKfcWiU0vc5eqH0O8w/s869/gerbang-utama-delations.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Gerbang Utama De Latinos" border="0" data-original-height="696" data-original-width="869" height="512" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYH1b59kGBi0GRpebEdZhM_OscQRWHQgMmjv88m0tEG3URMMMnnBxZ5VRIXbxIN13EOaAXlUU4_6fymCfmSxb7p1BuBbPRCBBY0DPZq1zHf2A0EaB8yct8lVvyfNkLJnu_7V2Fvt6vqg4Mk8aC2s7KMlw9-IdsHhmKPjgFVeKKfcWiU0vc5eqH0O8w/w640-h512/gerbang-utama-delations.jpeg" title="Gerbang Utama De Latinos" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Gerbang Utama De Latinos.</span></td></tr></tbody></table><p>De Latinos adalah area atau lingkungan perumahan cluster. Lingkungan tersebut bisa juga disebut kawasan elite. Untuk yang terdapat di foto adalah bagian gerbang utama dari De latinos, dan samping kiri pada foto, tak sengaja ada pesepeda yang ikut terfoto, yang membuat fotonya semakin unik.</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9m5V0OwPlLF2RZcbC2LpwUtGVEXHbbVekoUR50I93gqwWdQXMMWgRQB1zQC2QXMYyxAZFPzBRrJfiviHH-VQp2r0wDWyVhzLiFCb9rH5GQ-Mc7g1iRIIr4VCDTOs8oQKcKQpgF1ubZBBfXYxR6-6zERdkphaqYNpwJ8BzXWwg5vqQFRwlmsurH5c4/s1008/toko-bunga-dekat-stasiun-rawa-buntu.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Toko bunga sebelum stasiun rawa buntu" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9m5V0OwPlLF2RZcbC2LpwUtGVEXHbbVekoUR50I93gqwWdQXMMWgRQB1zQC2QXMYyxAZFPzBRrJfiviHH-VQp2r0wDWyVhzLiFCb9rH5GQ-Mc7g1iRIIr4VCDTOs8oQKcKQpgF1ubZBBfXYxR6-6zERdkphaqYNpwJ8BzXWwg5vqQFRwlmsurH5c4/w640-h480/toko-bunga-dekat-stasiun-rawa-buntu.jpeg" title="Toko bunga sebelum stasiun rawa buntu" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Toko bunga sebelum stasiun rawa buntu. </span></td></tr></tbody></table><p>Ada banyak macam bunga di toko tersebut. Ya, tentu saja namanya juga toko bunga. Jarak toko bunga dengan stasiun menurut perkiraan saya sekitar 300 meter.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzv_hFY4gVfs5isA84XyVYJvWompCPRftJ-7_Ln5_6T5oPnIE7V15DKJ0Dxi4parwNOHkaz5AjY_a-6exktq41-sePK9c3Iq3alsUWYRURpp4eygtTXM4sDWZp5aVfAbb-0j1RB2DoYXAuWEB6-Jo8cnIBt7dPOHOV6d3g1wGcH4ge826-fw1z_y81/s1008/taman-dekat-pintu%20keluar-tol.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pintu keluar tol BSD" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzv_hFY4gVfs5isA84XyVYJvWompCPRftJ-7_Ln5_6T5oPnIE7V15DKJ0Dxi4parwNOHkaz5AjY_a-6exktq41-sePK9c3Iq3alsUWYRURpp4eygtTXM4sDWZp5aVfAbb-0j1RB2DoYXAuWEB6-Jo8cnIBt7dPOHOV6d3g1wGcH4ge826-fw1z_y81/w640-h480/taman-dekat-pintu%20keluar-tol.jpeg" title="Pintu keluar tol BSD" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="text-align: left;">Pintu keluar tol BSD.</span></td></tr></tbody></table><p>Posisi saya saat mengambil foto yaitu berdiri di pinggir jalan keluarnya mobil-mobil dari jalan tol. Dan samping jalan tersebut terdapat taman yang penuh dengan pohon-pohon. Dan gedung tinggi yang terlihat pada foto tersebut, tepat di bawahnya adalah stasiun rawa buntu.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjujK9ah451q0GNvIMGoueryQ7cycuSQvKdNqPsYdMAQmNtt3Ei4FZnQZoAGTwWmRnHntc0ZOXJbA7Ljr5lxZ-KrVKlmtbeE7sOQPUHJMdhCK68N2J6YQSMtp4jahW5C_zWerlVPXdsPTDwB7ibXLnSYH3mHI-dl1TG_GU2ripMMXIS1DwEpwQ6PCZQ/s1008/taman-dekat-pintu%20masuk-tol.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Taman yang terdapat pada pintu masuk dan pintu keluar tol BSD" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjujK9ah451q0GNvIMGoueryQ7cycuSQvKdNqPsYdMAQmNtt3Ei4FZnQZoAGTwWmRnHntc0ZOXJbA7Ljr5lxZ-KrVKlmtbeE7sOQPUHJMdhCK68N2J6YQSMtp4jahW5C_zWerlVPXdsPTDwB7ibXLnSYH3mHI-dl1TG_GU2ripMMXIS1DwEpwQ6PCZQ/w640-h480/taman-dekat-pintu%20masuk-tol.jpeg" title="Taman yang terdapat pada pintu masuk dan pintu keluar tol BSD" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Taman yang terdapat pada pintu masuk dan pintu keluar tol BSD</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz3UBnej7M-kot4sEihZhjNBUGfkpLiWMwer-jW9hp2CkREYjSDVIkbDmMLUAX4MXB48aOwua5iHpDUs8FUHxGFGrXf8zxVTmGO2SdIhGKXf0Dgwiw6Al1VBUitu9yoBmEt7dDH8iHRaasVm4LvBZ_XoOSpdaFHoggteEpd1a7Br3Jy8coAbJzZQox/s1008/jalan-tol-BSD.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Jalan Tol BSD" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz3UBnej7M-kot4sEihZhjNBUGfkpLiWMwer-jW9hp2CkREYjSDVIkbDmMLUAX4MXB48aOwua5iHpDUs8FUHxGFGrXf8zxVTmGO2SdIhGKXf0Dgwiw6Al1VBUitu9yoBmEt7dDH8iHRaasVm4LvBZ_XoOSpdaFHoggteEpd1a7Br3Jy8coAbJzZQox/w640-h480/jalan-tol-BSD.jpeg" title="Jalan Tol BSD" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jalan Tol BSD</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzRwPZpqMekFcqGnVDSP-o1npMG7_pS7KevGTO0cdqkozW7kyblaORYds4uXGfYeb7p4clBxo2POYu6hGMlo7E81exkeamLqEh3BqAuZtXuAeBL1psFuoMgruCokX9tHqMQ9UI1g1mCPxOVnhIXpWWt46J0n2xbx3zALxmt_QAf6BoMwz9TUT87oik/s1008/petunjuk-ke-arah-masjid-baitussalam.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Petunjuk jalan ke Masjid Baitussalam" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzRwPZpqMekFcqGnVDSP-o1npMG7_pS7KevGTO0cdqkozW7kyblaORYds4uXGfYeb7p4clBxo2POYu6hGMlo7E81exkeamLqEh3BqAuZtXuAeBL1psFuoMgruCokX9tHqMQ9UI1g1mCPxOVnhIXpWWt46J0n2xbx3zALxmt_QAf6BoMwz9TUT87oik/w640-h480/petunjuk-ke-arah-masjid-baitussalam.jpeg" title="Petunjuk jalan ke Masjid Baitussalam" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Petunjuk jalan ke Masjid Baitussalam</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQkceGK8KNi7amMbdkgz0XzgsaKJ3WCuXZ7v2XSH0lW9pLpe0fJCCXd0yZlvfA-dnaZbIFixjD9QMNz-111zLRjkW740TPYjWW1JurWOdltvAZo7fZvGmSO207ncFM5KIVFbHDaiTPoS6yh-kzwaihXglx-6BR_Upv6EFqpa5TFsrauIy2BnbNSJ21/s810/taman-the-green.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Taman The Green dan seorang ibu membonceng anaknya dengan motor berwarna merah" border="0" data-original-height="621" data-original-width="810" height="490" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQkceGK8KNi7amMbdkgz0XzgsaKJ3WCuXZ7v2XSH0lW9pLpe0fJCCXd0yZlvfA-dnaZbIFixjD9QMNz-111zLRjkW740TPYjWW1JurWOdltvAZo7fZvGmSO207ncFM5KIVFbHDaiTPoS6yh-kzwaihXglx-6BR_Upv6EFqpa5TFsrauIy2BnbNSJ21/w640-h490/taman-the-green.jpeg" title="Taman The Green dan seorang ibu membonceng anaknya dengan motor berwarna merah" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Taman The Green dan seorang ibu membonceng anaknya dengan motor berwarna merah</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqpdrxGXDzKhOSr0200-QP-mcKmlgG7tgNM29YqDGtuQxvy7CKZ1RtSpEDFtLpqfIt7lLFBwpO6Bd2Lf8UNKMWTvRsOfvPdnZ6e35n0GhId1woibjrGwiiNSPEtWZGyMSED2GecnSoh-bW2wov4ql516EoPiBS-P1DII0PU7HJTHQtFxdz5PCZKi5E/s1008/daerah-perumahan-melati-mas.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Keadaan jalan raya dekat perumahan Melati Mas" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqpdrxGXDzKhOSr0200-QP-mcKmlgG7tgNM29YqDGtuQxvy7CKZ1RtSpEDFtLpqfIt7lLFBwpO6Bd2Lf8UNKMWTvRsOfvPdnZ6e35n0GhId1woibjrGwiiNSPEtWZGyMSED2GecnSoh-bW2wov4ql516EoPiBS-P1DII0PU7HJTHQtFxdz5PCZKi5E/w640-h480/daerah-perumahan-melati-mas.jpeg" title="Keadaan jalan raya dekat perumahan Melati Mas" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Keadaan jalan raya dekat perumahan Melati Mas</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfaHV3ScPmPB5KoL4YK4llJG4InhOeqNXGty9Hj_sRnQPSBSjWdIsj1wVbubYZ48-QsKylqbtru4CGWN__6IgFJ2s5Id62-zwwdQqm9J9VSWNUsEmK5TOgwvKaQyBd8bPY3_fX5b1Gwk9MzNpI7KMwGbBKlYVKv6uIjrEbSzYDp7ItA2fmoTm7UMES/s1008/toko-bunga-mepet-jalan-raya.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Toko bunga mempet dengan jalan raya" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfaHV3ScPmPB5KoL4YK4llJG4InhOeqNXGty9Hj_sRnQPSBSjWdIsj1wVbubYZ48-QsKylqbtru4CGWN__6IgFJ2s5Id62-zwwdQqm9J9VSWNUsEmK5TOgwvKaQyBd8bPY3_fX5b1Gwk9MzNpI7KMwGbBKlYVKv6uIjrEbSzYDp7ItA2fmoTm7UMES/w640-h480/toko-bunga-mepet-jalan-raya.jpeg" title="Toko bunga mempet dengan jalan raya" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Toko bunga mempet dengan jalan raya</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdVegxJce0-tNpWqeYINp6pTm6Uusx8MgJWWLVCLElJxVP-fxICO69h0aJX8b9xBLFZK3H0njyaHSAnMSyLWvYyvxpktdkbyGQLV75i9ktt6yvctuBwmOmH5k5_uCSWHJO5Q2yZwxpCipmYYzy9j8edPqdfbdtN1oc3XfTlcuD1KWB3C5-iHo-lHdw/s1008/taman-melati-mas.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Jalan masuk ke perumahan Melati Mas" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdVegxJce0-tNpWqeYINp6pTm6Uusx8MgJWWLVCLElJxVP-fxICO69h0aJX8b9xBLFZK3H0njyaHSAnMSyLWvYyvxpktdkbyGQLV75i9ktt6yvctuBwmOmH5k5_uCSWHJO5Q2yZwxpCipmYYzy9j8edPqdfbdtN1oc3XfTlcuD1KWB3C5-iHo-lHdw/w640-h480/taman-melati-mas.jpeg" title="Jalan masuk ke perumahan Melati Mas" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jalan masuk ke perumahan Melati Mas</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNR4dL4A3Oo4FK0kPMpzyMrdft-wcnjWUDHE2flEqTIbl50u2brYs6ZkcVPKRb9wTbEWokn3srnARXBXwtw80e1EFhArJ8Tt1yB5L_Hv9Ye7pofvdd4vNMt60HVegpOu-KnMQGEFvLr1VCnSrsBxTrM5PXHxtUaas7LQVhcZhRGUy2oR_ALJQVF06p/s683/pohon-beringin-bonsai-di-melati-mas.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pohon beringin bonsai di depan rumah elit Melati Mas" border="0" data-original-height="683" data-original-width="547" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNR4dL4A3Oo4FK0kPMpzyMrdft-wcnjWUDHE2flEqTIbl50u2brYs6ZkcVPKRb9wTbEWokn3srnARXBXwtw80e1EFhArJ8Tt1yB5L_Hv9Ye7pofvdd4vNMt60HVegpOu-KnMQGEFvLr1VCnSrsBxTrM5PXHxtUaas7LQVhcZhRGUy2oR_ALJQVF06p/w512-h640/pohon-beringin-bonsai-di-melati-mas.jpeg" title="Pohon beringin bonsai di depan rumah elit Melati Mas" width="512" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pohon beringin bonsai di depan rumah elit Melati Mas</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxoiYfOPPhWT1CQVe8YNMjgiMWuJWlP6H87KrNjn-G4UX5MJ3ySVp_A1_ot47ntr-GjXRRN1VqunUBZSTFKbG-x-2PXWVJvEdfqKYNaU7p-suVoDkq9TThHFnM5OBZa49nnRwQq7jcoHz5lRSQFRanNtu_obeq3ZggWQiDISq9yyPJGrGF8pIi2OW_/s1008/jembatan-di-atas-tol.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto jalan tol SERPONG" border="0" data-original-height="756" data-original-width="1008" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxoiYfOPPhWT1CQVe8YNMjgiMWuJWlP6H87KrNjn-G4UX5MJ3ySVp_A1_ot47ntr-GjXRRN1VqunUBZSTFKbG-x-2PXWVJvEdfqKYNaU7p-suVoDkq9TThHFnM5OBZa49nnRwQq7jcoHz5lRSQFRanNtu_obeq3ZggWQiDISq9yyPJGrGF8pIi2OW_/w640-h480/jembatan-di-atas-tol.jpeg" title="Foto jalan tol SERPONG" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto jalan tol SERPONG</td></tr></tbody></table><p>Yap, itulah 21 foto yang saya ambil ketika jalan-jalan di <a href="https://tempatwisataseru.com/liburan-ke-tempat-wisata-di-tangerang-selatan/" target="_blank">kota Tangerang Selatan</a>. Mohon maaf karena tidak semua foto yang saya bagikan terdapat deskripsinya. saya sudah ngantuk sekali saat akan menerbitkan postingan ini.</p><p>Semoga postingan ini menghibur, terima kasih</p></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com30tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-63652799837599756792023-02-12T08:00:00.000+07:002023-02-19T11:06:11.216+07:003 Perbaikan Blog Tercinta<p>Yap, di postingan ini saya akan sedikit membahas perbaikan yang saya lakukan untuk blog tercinta ini.</p><p>Tiga tahun belakangan ini saya sama sekali tidak serius mengurusi blog nuhid.com. Saya tidak menulis postingan blog, tidak update tema blog, tidak mempromisikan blog. Intinya blog terlantar.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-aFqeMdTshMq_mOr3Y1au4hdyz2UWch2emEjb5_wnUcGSxvx-1OvRqcvNFoiAeIKPePxVabwZTooWY18GWg1rz8472s2VG0H7FLvX-9288kf1a3ODXIbdAhcopKQp_a0lqAhAYgOKeMQnv33fbCNGB59ddsMi-f6hGFnxOv76l67ZVI4gj5Y1Rfhs/s600/perbaikan-blog.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Gambar perbaikan blog" border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-aFqeMdTshMq_mOr3Y1au4hdyz2UWch2emEjb5_wnUcGSxvx-1OvRqcvNFoiAeIKPePxVabwZTooWY18GWg1rz8472s2VG0H7FLvX-9288kf1a3ODXIbdAhcopKQp_a0lqAhAYgOKeMQnv33fbCNGB59ddsMi-f6hGFnxOv76l67ZVI4gj5Y1Rfhs/w640-h426/perbaikan-blog.jpeg" title="Gambar perbaikan blog" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perbaikan blog</td></tr></tbody></table><p>Dan berapa bulan belakangan ini, tepatnya dari bulan November 2022 saya mulai membuka blog ini lagi. Kembali melihat Dasbor, mengupadate plugin, menghapus komentar spam dan tentunya membaca postingan-postingan lama saya.</p><p>Membaca kembali postingan lama memberikan suasana nostalgia di mana saat-saat semangat sekali menulis. Menulis hingga berjam-jam untuk menghasilkan tulisan yang layak untuk dinikmati minimal untuk diri sendiri.</p><p>Karena hal itulah, muncul niat baik untuk memperbaiki blog agar nanti bisa kembali semangat untuk menulis dan mengisi blog tercinta ini.</p><p>Apa saja perbaikannya?</p><h3>1. Perbaikan postingan</h3><p>Cukup lama saya mengisi blog ini dengan foto-foto tanpa ada tulisan. Iya, cuma foto saja tanpa deskripsi karena terlalu males untuk menulis.</p><p>Menulis 1 paragraf untuk satu foto saja saya sangat berat sekali. Dari bulan November 2022 saya hanya upload postingan gambar tanpa deskripsi. Dan di bulan Februari 2023 ini dengan berat hati saya hapus postingan gambar saya.</p><p>Kenapa saya hapus? Karena saya pikir sudah saatnya saya kembali menyajikan postingan yang layak. Tidak hanya sekedar posting, tapi memberikan bacaan yang informatif dan juga menghibur.</p><h3>2. Berbenah tujuan blog</h3><p>Bila berbicara soal tujuan blog maka tidak jauh beda dengan tujuan ngeblog. Tujuan pertama saya ngeblog dulu hanya untuk berbagi tips dan trik untuk edit aplikasi java. </p><p>Lalu tujuan tersebut berkembang seiring bertambahnya teman ngeblog. Banyaknya teman ngeblog memberi alasan lain untuk saya lebih giat dalam ngeblog.</p><p>Yang awalnya membuat postingan dari hasil copas blog lain, lalu terus berkembang membuat postingan sendiri yang asli buatan diri sendiri.</p><p>Karena tujuan ngeblog saya dulu belum jelas dan hanya ikut-ikutan, pada akhirnya semua pudar dengan sendirinya. Ketika teman-teman ngeblog mulai menghilang karena pensi, semangat ngeblog saya pun mulai menghilang juga.</p><p>Dan sekarang saya kembali, masih dengan rasa bimbang menentukan tujuan ngeblog setalah sekian lama menghilang.</p><p>Kembalinya saya dengan banyak motivasi. Setelah membaca berbagai <a href="https://www.niagahoster.co.id/blog/manfaat-blog/" rel="noreferrer noopener" target="_blank">artikel tentang tujuan ngeblog</a>, dan membaca <a href="https://www.niagahoster.co.id/blog/blogger-indonesia/" rel="noreferrer noopener" target="_blank">beberapa blog inspiratif</a>. Akhirnya saya sudah menetapkan tujuan ngeblog saya.</p><p>Menjadikan blog sebagai catatan pribadi. Dengan target audiens diri saya sendiri. Dengan harapan setiap tulisan saya dapat saya baca kembali di masa depan nanti.</p><h3>3. Berbenah tampilan blog</h3><p>Tampilan blog adalah suatu hal yang sangat penting. Bagian yang membuat orang lain terkesan ketika melihat blog kita.</p><p>Menurut saya tampilan blog hal kedua yang harus diutamakan setelah konten blognya. Oleh karena itu, saya memutuskan salah satu langkah perbaikan blog saya adalah memperbaiki tampilan blog.</p><p>Tapi memperbaiki tampilan blog tidak sepenuhnya akan menjadi hal baik. Karena sudah 1 pekan saya habiskan hanya untuk memikirkan tampilan yang pas untuk blog saya.</p><p>Serupa dengan hal tersebut, dulu saya juga sering melakukan hal itu, menghabiskan waktu hanya untuk otak atik tema blog yang gak ada ujungnya. Dan justru membuang-buang waktu yang seharusnya bisa untuk membuat banyak konten.</p><p>Karena itulah saya tak akan muluk-muluk untuk tampilan blog ini. Cukup tema yang ringan dan mudah untuk dibaca kontennya.</p><p>Nah, dari sini dapat saya simpulkan, bawah perbaikan blog yang saya lakukan sebenarnya adalah hal dasar dari blog ini. Jadi postingan ini tidak penting-penting sekali. Tujuannya untuk mengasah penulisan saya saja. </p><p>Semoga menghibur dan sampai jumpa pada postingan selanjutnya.</p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-64994685320639468622022-07-18T21:55:00.005+07:002023-02-19T13:44:22.768+07:00Kumpulan Foto Tumbuhan Hasil Tangkapan Smartphone Pribadi<p>Sudah sangat lama saya tidak membagikan foto hasil tangkapan smartphone di blog pribadi saya ini. Karena selama ini saya selalu membagikan foto tumbuhan atau foto lain hasil tangkapan saya ke media sosial. </p><p>Memang membagikan foto di <em><a href="http://nuhid.com/facebook" rel="noreferrer noopener nofollow" target="_blank">facebook</a></em> dan <em><a href="http://nuhid.com/instagram" rel="noreferrer noopener nofollow" target="_blank">instagram</a></em> pribadi lebih banyak yang melihat, dibandingkan membagikannya di blog pribadi ini, jarang sekali yang melihat bahkan tidak ada yang melihatnya. </p><p>Namun, untuk blog pribadi sendiri, mendatangkan pengunjung bukanlah hal yang mudah. Apalagi saya jarang sekali melakukan <em>blogwalking,</em> membagikan postingan ke media sosial dan usaha lain untuk mendatangkan pengunjung, karena semua butuh proses yang terlalu rumit bagi saya.</p><p>Sementara itu, sudah lebih dari satu minggu, saya berhenti main media sosial seperti<em> facebook</em>, <em>instagram</em> dan<a href="http://nuhid.com/youtube" rel="noreferrer noopener nofollow" target="_blank"> <em>youtube</em></a>. Alasan saya berhenti bermain media sosial yaitu untuk menghentikan kebiasaan <em>scroling reel</em> yang tidak ada habisnya dan membuang waktu saya.</p><p>Oleh karena itu, menulis postingan di blog pribadi ini adalah salah satu langkah mengganti kebiasaan tersebut. Meski begitu, saya harus belajar lagi menulis postingan karena saya sudah lama tidak menulis postingan. </p><p>Dan di postingan kali ini saya akan membagikan beberapa foto hasil tangkapan saya sendiri. Foto yang akan saya bagikan ini sebelumnya sudah pernah saya unggah di akun media sosial saya. Bagi yang sudah mengikuti saya di media sosial, mungkin sudah tidak terlalu asing dengan foto yang akan saya bagikan kali ini.</p><p></p><p></p><div class="wp-block-media-text alignwide is-stacked-on-mobile gb-slate-section-media-and-text gb-slate-section-media-text has-background" style="background-color: white; grid-template-columns: 42% auto;"><figure class="wp-block-media-text__media"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyKbwNSWBzCGJ0u1n2fLrJ8hbr7SQ8jCziemxBUC_dBpUV7YZpmAr6PkM6JBhRZgt8yiBbtA59wWzSJpXWvrn9LSXRFctZG5PP6ttipYbvM64Df-rWRZANP7OBdE8lw2OFFfAsh5u1s91hkJOypbrY8YAW9aVv0tBEoQGQgunEzxDxWg3rP3xzRxPS/s1024/FOTO-POHON-PENUH-DENGAN-BUNGA-PUTIH.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="FOTO POHON PENUH DENGAN BUNGA PUTIH" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="819" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyKbwNSWBzCGJ0u1n2fLrJ8hbr7SQ8jCziemxBUC_dBpUV7YZpmAr6PkM6JBhRZgt8yiBbtA59wWzSJpXWvrn9LSXRFctZG5PP6ttipYbvM64Df-rWRZANP7OBdE8lw2OFFfAsh5u1s91hkJOypbrY8YAW9aVv0tBEoQGQgunEzxDxWg3rP3xzRxPS/w512-h640/FOTO-POHON-PENUH-DENGAN-BUNGA-PUTIH.jpeg" title="FOTO POHON PENUH DENGAN BUNGA PUTIH" width="512" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto pohon penuh dengan bunga putih</td></tr></tbody></table></figure><div class="wp-block-media-text__content"><h3 style="color: #1f1f1f; text-align: left;">1. FOTO POHON PENUH DENGAN BUNGA PUTIH</h3><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Foto tumbuhan yang pertama yaitu foto sebuah pohon yang tumbuh di depan sebuah mess punggahan. Saya sendiri tidak tahu apa nama pohon ini. </p><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Namun, pohon ini sedang musim berbunga dan menurut saya bunga dari pohon ini sangat lebat. Warna putih dari bunga pohon ini sangat menawan. Foto pohon ini saya ambil ketika saya mau absen jam pulang kerja.</p><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;"><br /></p><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;"><br /></p></div></div><div class="wp-block-media-text alignwide has-media-on-the-right is-stacked-on-mobile gb-slate-section-media-and-text gb-slate-section-media-text has-background" style="background-color: white; grid-template-columns: auto 42%;"><div class="wp-block-media-text__content"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtQecrBGPpiPyb_emVuaiPN2ciY7mlgab2VwqWXMdhVP_ebbCpT_clZFTl7hxJcrU9_jxI0e_YR5ypuYMNoIJv01v2Be1h5EzOHhSkLVIRSK0JzRxKAdpiCYJScVSiN_cTiw9P3cf97_YngUC2dkQIOgwujcHm0aFJCzsQRMdiikoPisUip7zUk51y/s1024/FOTO-RUMPUT-SELOKAN-SAWAH.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto rumput selokan sawah" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="819" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtQecrBGPpiPyb_emVuaiPN2ciY7mlgab2VwqWXMdhVP_ebbCpT_clZFTl7hxJcrU9_jxI0e_YR5ypuYMNoIJv01v2Be1h5EzOHhSkLVIRSK0JzRxKAdpiCYJScVSiN_cTiw9P3cf97_YngUC2dkQIOgwujcHm0aFJCzsQRMdiikoPisUip7zUk51y/w512-h640/FOTO-RUMPUT-SELOKAN-SAWAH.jpeg" title="Foto rumput selokan sawah" width="512" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto rumput selokan sawah</td></tr></tbody></table><h3 style="color: #1f1f1f; text-align: left;">2. FOTO RUMPUT SELOKAN SAWAH</h3><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Foto tumbuhan kedua, yaitu foto sebuah selokan sawah yang dipenuhi rumput liar dan terdapat air mengalir di selokan tersebut.</p><p>Waktu pengambilan foto tersebut dilakukan ketika sore hari. Sedangkan posisi saat menangkap fotonya, <em>smartphone</em> saya dalam posisi terbalik, dan posisi kamera di bagian bawah. Jadi hasil fotonya terlihat sangat dekat dengan air yang mengalir.</p></div><figure class="wp-block-media-text__media"><br /></figure></div><div class="wp-block-media-text alignwide is-stacked-on-mobile gb-slate-section-media-and-text gb-slate-section-media-text has-background" style="background-color: white; grid-template-columns: 42% auto;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbvb-hS-nI5Av6SjnJkQ41gg8-IakeIoSa_sc8taH69z8trDcTZ5aEdArcAU81kdsjJnKXZ9G53-5XA_EnknOZR9MO1OiGzdUMYVTp7Wfrdn7j4WDLBodTetu39VnHnKir0Iy28YnLhqp1b_2YRoqM0VpdeSz-90YBMtD-rf6Svk8c6fGQabWUT3d_/s1024/FOTO-BUNGA-MERAH-MUDA-DI%20-KEBUN-TETANGGA.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto bunga merah muda di kebun tetangga" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="819" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbvb-hS-nI5Av6SjnJkQ41gg8-IakeIoSa_sc8taH69z8trDcTZ5aEdArcAU81kdsjJnKXZ9G53-5XA_EnknOZR9MO1OiGzdUMYVTp7Wfrdn7j4WDLBodTetu39VnHnKir0Iy28YnLhqp1b_2YRoqM0VpdeSz-90YBMtD-rf6Svk8c6fGQabWUT3d_/w512-h640/FOTO-BUNGA-MERAH-MUDA-DI%20-KEBUN-TETANGGA.jpeg" title="Foto bunga merah muda di kebun tetangga" width="512" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bunga merah muda di kebun tetangga</td></tr></tbody></table><div class="wp-block-media-text__content"><div aria-hidden="true" class="wp-block-spacer" style="height: 20px;"></div><h3 style="color: #1f1f1f; text-align: left;">3. FOTO BUNGA MERAH MUDA DI KEBUN TETANGGA</h3><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Foto tumbuhan yang ketiga, yaitu tanaman yang berbunga dan berwarna merah muda yang tumbuh di kebun tetangga nenek saya. Saya tidak tahu apa nama tanaman tersebut. Yang jelas tanaman ini menjalar di pagar bambu.</p><p>Waktu pengambilan foto ini saya lakukan ketika Idhul Fitri hari kedua, tepatnya saat saya sedang silaturahmi ke tetangga nenek saya. </p></div></div><div class="wp-block-media-text alignwide has-media-on-the-right is-stacked-on-mobile gb-slate-section-media-and-text gb-slate-section-media-text has-background" style="background-color: white; grid-template-columns: auto 42%;"><div class="wp-block-media-text__content"><div aria-hidden="true" class="wp-block-spacer" style="height: 20px;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3htxy9MzS0gKP6qnrxs38Wx7VmT6esZatWeW6iJuG7Bl7mF1y04d-5imIU2oRm3vqXy3habqRDSr3xD9wXj7TdT4ie7D04OftVnHoak5EkUq3VKoKeUaBfMQAiZY5azufjYyvepYbN2aCGnyM0Uwk397ZZRH_qAAGTKyXiICeT7-N11J4DzEJeIlY/s1024/FOTO-RUMPUT-LIAR-BEREMBUN.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto rumput liar berembun" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="821" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3htxy9MzS0gKP6qnrxs38Wx7VmT6esZatWeW6iJuG7Bl7mF1y04d-5imIU2oRm3vqXy3habqRDSr3xD9wXj7TdT4ie7D04OftVnHoak5EkUq3VKoKeUaBfMQAiZY5azufjYyvepYbN2aCGnyM0Uwk397ZZRH_qAAGTKyXiICeT7-N11J4DzEJeIlY/w514-h640/FOTO-RUMPUT-LIAR-BEREMBUN.jpeg" title="Foto rumput liar berembun" width="514" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto rumput liar berembun</td></tr></tbody></table><h3 style="color: #1f1f1f; text-align: left;">4. FOTO RUMPUT LIAR BEREMBUN</h3><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Foto tumbuhan keempat, yaitu rumput liar yang basah karena embun pagi. Lokasinya di lapangan bola voli depan rumah nenek saya.</p><p>Pagi itu sebenarnya saya mendapat banyak sekali tangkapan foto, tapi karena saya bingung mana yang harus saya unggah, jadi saya meminta saran pada adik saya, dan dipilihlah gambar ini oleh adik saya. </p></div><figure class="wp-block-media-text__media"><br /></figure><figure class="wp-block-media-text__media"><br /></figure></div><div class="wp-block-media-text alignwide is-stacked-on-mobile gb-slate-section-media-and-text gb-slate-section-media-text has-background" style="background-color: white; grid-template-columns: 42% auto;"><figure class="wp-block-media-text__media"><br /></figure><div class="wp-block-media-text__content"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPunotLvogCdNmy7-a5XrW6rvXYwN-bs0wwbQHcwpS438TO1Bvu2RMD1i8bQSjsFdlF-w6bO-_z9n654cn4CijIOntVl4FexIny7k0AKyhqEcb-nQlCY-aTy8birhsCtyC_2nHWKrvUcdmDwD27MC2mdDkDA7SLnmnUW4OthU5VPmcrNdxHOqtzGM_/s1024/FOTO-DAUN-HIJAU-BEREMBUN.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto rumput liar berembun" border="0" data-original-height="769" data-original-width="1024" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPunotLvogCdNmy7-a5XrW6rvXYwN-bs0wwbQHcwpS438TO1Bvu2RMD1i8bQSjsFdlF-w6bO-_z9n654cn4CijIOntVl4FexIny7k0AKyhqEcb-nQlCY-aTy8birhsCtyC_2nHWKrvUcdmDwD27MC2mdDkDA7SLnmnUW4OthU5VPmcrNdxHOqtzGM_/w640-h480/FOTO-DAUN-HIJAU-BEREMBUN.jpeg" title="Foto rumput liar berembun" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto daun hijau berembun</td></tr></tbody></table><h3 style="color: #1f1f1f; text-align: left;">5. FOTO DAUN HIJAU BEREMBUN</h3><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Foto tumbuhan kelima yaitu daun berwarna hijau yang basah di pagi hari dan terkena sinar matahari. Segar untuk dipandang tentunya, sinar mataharinya juga cerah.</p><p>Foto ini saya ambil di taman kantor tempat saya bekerja. Dan yang jelas saya belum sarapan saat menangkap foto ini. HAHAH </p></div></div><div class="wp-block-media-text alignwide has-media-on-the-right is-stacked-on-mobile gb-slate-section-media-and-text gb-slate-section-media-text has-background" style="background-color: white; grid-template-columns: auto 42%;"><div class="wp-block-media-text__content"><div aria-hidden="true" class="wp-block-spacer" style="height: 20px;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJVry0uZFpeKYQpq69VHvUPo48lljbvPzO0AUydqYXQwrHyyo19eJBeyDCc7tel6KeRoDi2r0lwJEBOGUhl3bvMctreINiCfyibeqfwGvipQfXc6zIRPTtuOZQV6StwpsaUbCWvWlL4GF6JJzqBycpevChbmVVpW2KW_PmHpOfKEDACbcqN7UbCHkf/s1024/FOTO-BUNGA-MERAH-MENYAMBUT-PAGI.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto bunga merah menyambut pagi" border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJVry0uZFpeKYQpq69VHvUPo48lljbvPzO0AUydqYXQwrHyyo19eJBeyDCc7tel6KeRoDi2r0lwJEBOGUhl3bvMctreINiCfyibeqfwGvipQfXc6zIRPTtuOZQV6StwpsaUbCWvWlL4GF6JJzqBycpevChbmVVpW2KW_PmHpOfKEDACbcqN7UbCHkf/w640-h480/FOTO-BUNGA-MERAH-MENYAMBUT-PAGI.jpeg" title="Foto bunga merah menyambut pagi" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bunga merah menyambut pagi</td></tr></tbody></table><h3 style="color: #1f1f1f; text-align: left;">6. FOTO BUNGA MERAH MENYAMBUT PAGI</h3><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Foto tumbuhan yang keenam, yaitu tanaman bunga kertas berwarna merah yang terkena sinar matahari pagi. Dan matahari yang bersembunyi dibalik gedung kantor.</p><p>Posisi bunga kertas ini berada di depan masjid. Saya menangkap foto ini ketika hari libur. Kantor dalam keadaan sepi, dan udara minim polusi.</p></div><figure class="wp-block-media-text__media"><br /></figure></div><div class="wp-block-media-text alignwide is-stacked-on-mobile gb-slate-section-media-and-text gb-slate-section-media-text has-background" style="background-color: white; grid-template-columns: 42% auto;"><figure class="wp-block-media-text__media"><br /></figure><div class="wp-block-media-text__content"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC2asg7C1m7LCvU9g7XDpNG7I-s2dl-O7S3QqT5wEnnAWGxN_nBLKHyo6i0u37KAiD-LYuNnQYBFb5kxwQvMcpw33Y6kO-gHF5k5PFZ0_dCE_ErZJiqRmyI8qyfu6dboax6EdaLA28Z9AX1Hc8r035zKYgqGryDRhy0KyiJ4ZhLsGEG0rMS2CE-X8s/s1024/FOTO-BUNGA-MERAH-MUDA-PENYEJUK-MATA.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto bunga merah muda penyejuk mata" border="0" data-original-height="772" data-original-width="1024" height="482" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC2asg7C1m7LCvU9g7XDpNG7I-s2dl-O7S3QqT5wEnnAWGxN_nBLKHyo6i0u37KAiD-LYuNnQYBFb5kxwQvMcpw33Y6kO-gHF5k5PFZ0_dCE_ErZJiqRmyI8qyfu6dboax6EdaLA28Z9AX1Hc8r035zKYgqGryDRhy0KyiJ4ZhLsGEG0rMS2CE-X8s/w640-h482/FOTO-BUNGA-MERAH-MUDA-PENYEJUK-MATA.jpeg" title="Foto bunga merah muda penyejuk mata" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bunga merah muda penyejuk mata</td></tr></tbody></table><h3 style="color: #1f1f1f; text-align: left;">7. FOTO BUNGA MERAH MUDA PENYEJUK MATA</h3><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Foto tumbuhan ketujuh yaitu tanaman bunga kertas berwarna merah muda, yang mekar menghadap langit, menyambut pagi. </p><p>Warna alami yang sangat menawan memanjakan mata di pagi hari. Foto bunga merah muda ini lokasinya berdampingan dengan bunga berwarna merah sebelumnya.</p></div></div><div class="wp-block-media-text alignwide has-media-on-the-right is-stacked-on-mobile gb-slate-section-media-and-text gb-slate-section-media-text has-background" style="background-color: white; grid-template-columns: auto 42%;"><div class="wp-block-media-text__content"><div aria-hidden="true" class="wp-block-spacer" style="height: 20px;"></div><div aria-hidden="true" class="wp-block-spacer" style="height: 20px;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1DGBnoFny4qQg5Tg02a4wsB759yCZCeSaRgZgPn8MHcsDkFisd5EVY--_voHrm-Hyg3m1WWZADn35y4MMuk4-vpQqkPOCVhN7bBULX07qQirYM54GmhtaAzNTgB-Ge2C35OqSDn66vmJc24A_jBHjwt-WT3g5n9H9-963syt3D2TNefEs_CDrn8NW/s1024/FOTO-BUNGA-KECIL-PUTIH-BERDAUN-HIJAU.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto bunga kecil putih berdaun hijau" border="0" data-original-height="770" data-original-width="1024" height="482" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1DGBnoFny4qQg5Tg02a4wsB759yCZCeSaRgZgPn8MHcsDkFisd5EVY--_voHrm-Hyg3m1WWZADn35y4MMuk4-vpQqkPOCVhN7bBULX07qQirYM54GmhtaAzNTgB-Ge2C35OqSDn66vmJc24A_jBHjwt-WT3g5n9H9-963syt3D2TNefEs_CDrn8NW/w640-h482/FOTO-BUNGA-KECIL-PUTIH-BERDAUN-HIJAU.jpeg" title="Foto bunga kecil putih berdaun hijau" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bunga kecil putih berdaun hijau</td></tr></tbody></table><h3 style="color: #1f1f1f; text-align: left;">8. FOTO BUNGA KECIL PUTIH BERDAUN HIJAU</h3><p class="has-text-color" style="color: #1f1f1f;">Foto tumbuhan kedelapan, yaitu tanaman yang berbunga kecil, berwarna putih dan di tengah bunganya terdapat warna kuning. Daunnya hijau terlihat mengkilat karena pantulan sinar mata hari.</p><p>Sedangkan, lokasi tanaman ini berada di pot yang menempel di lantai masjid. Dan waktu pengambilan foto dilakukan ketika pagi hari.</p><p><br /></p></div></div><p></p><p>Sebenarnya, masih ada beberapa foto yang belum saya masukan pada postingan ini. Mungkin, di lain kesempatan akan saya bagikan lagi foto tumbuhannya.</p><p>Sejujurnya, saya sendiri tidak percaya diri jika foto saya disandingkan dengan-foto yang ada di situs foto seperti <a href="https://pixabay.com/id/images/search/foto%20tumbuhan/"><em>pixabay</em></a>, <em><a href="https://www.pexels.com/id-id/pencarian/tumbuhan/" rel="noreferrer noopener" target="_blank">pexels</a></em>, dan <em><a href="https://www.shutterstock.com/id/search/ilmu-tumbuh-tumbuhan">shutterstock</a></em>. Karena di situs tersebut foto fotonya sangat keren, dan kebanyakan foto hasil dari kamera mahal.</p><p>Karena kita tahu, foto hasil tangkapan <em>smartphone</em> tidak akan sebagus kamera mahal. Tapi itu bukan masalah, justru itu adalah tantangan bagi kita khususnya saya untuk terus belajar tentang fotografi menggunakan <em>smartphone</em>.</p><p>Demikian postingan kali ini, untuk postingan selanjutnya masih dalam proses pengerjaan. Sambil menunggu postingan selanjutnya, silakan membaca postingan sebelumnya seperti postingan “<em>Ketika kamu sarapan terlalu pagi</em>” atau postingan <em>“11 Foto Hasil Jepretan Si Tukang Foto Gadungan</em>“. </p><p>Dan jangan lupa untuk selalu memberikan komentar pada setiap postingan blog ini, agar saya sebagai penulis bisa lebih semangat dalam menulis postingan. Terima kasih dan sampai jumpa di postingan selanjutnya.</p><p></p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-61654166794356017332019-08-29T00:05:00.005+07:002023-02-19T13:33:11.118+07:0011 Foto Hasil Jepretan Amatir Si Tukang Foto Gadungan<p>Assalamu’alaikum </p><p>Akhirnya… telah teribt juga postingan ini. </p><p>Perlu sobat ketahui, membuat sebuah postingan yang benar-benar menarik bagi pengunjung dan untuk diri sendiri itu adalah hal sangat sulit, sesulit memulai chat dengannya.</p><a name='more'></a><p>Entahlah, lupakan saja…</p><p>Hai sobat, kali ini saya mau sedikit berbagi sesuatu nih… </p><p>Sesuai judul postingan ini, saya mau menampilkan beberapa foto hasil jepretan liar saya yang sebenernya nggak begitu penting tapi ini perlu sobat ketahui.</p><p>Kenapa? </p><p>Karena foto-foto yang akan saya bagikan ini lumayan keren sih.</p><p>Walaupun masih kalah jauh dari <a href="http://jasafotojakarta.com/photographer-indonesia-terkenal/" rel="noreferrer noopener" target="_blank">photograper profesional</a>. </p><p>Selain itu, alasan saya membagikan foto-foto ini karena di hp saya sudah banyak sekali foto hasil jepretan asal saya. </p><p>Daripada numpuk memenuhi penyimpanan, kan lebih baik saya bagikan di blog yang sepi ini.</p><p>Foto yang akan saya bagikan kali ini sebagian adalah foto lama saya.</p><p>Jadi mohon maaf nih kalau saya nggak bisa mendeskripsikannya dengan detail, karena saya sendiri juga lupa dengan riwayat dari foto-foto yang akan saya bagikan ini.</p><p>Okelah jangan banyak bacot lagi, langsung saja dipandang-pandang.</p><p></p><h3>1. Pemandangan Langit Di Atas Masjid</h3><div class="is-layout-flex wp-container-3 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Foto pertama ini saya ambil ketika sore hari. Dan lokasi saya mengambil jepretan liar ini tepat di depan masjid. </p><p>Sobat bisa baca sendiri nama masjidnya.</p><p>Foto ini adalah foto terbaik dari beberapa foto yang saya ambil saat itu.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSzmricmwrTx6r0YgEzrumNiLNrTzlJenk08Ao8Ks4BLCMU_DqEHNldNWwX70adNy5Zwswnq2iDq39kASG9ZRaUzlD6-zOnnJk8ROgREYpIqFAQuLOrBUBSd6xIJv37r0jM5pLBWdy5pN6DbOaT8GC__kyvIJyxcPrQz7ALQw_HXCY_y6Kk9rU_8YY/s1024/Pemandangan-Langit-Di-Atas-Masjid.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Pemandangan Langit Di Atas Masjid" border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSzmricmwrTx6r0YgEzrumNiLNrTzlJenk08Ao8Ks4BLCMU_DqEHNldNWwX70adNy5Zwswnq2iDq39kASG9ZRaUzlD6-zOnnJk8ROgREYpIqFAQuLOrBUBSd6xIJv37r0jM5pLBWdy5pN6DbOaT8GC__kyvIJyxcPrQz7ALQw_HXCY_y6Kk9rU_8YY/w640-h480/Pemandangan-Langit-Di-Atas-Masjid.jpeg" title="Foto Pemandangan Langit Di Atas Masjid" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Pemandangan Langit Di Atas Masjid</td></tr></tbody></table></div></div><p>Dari foto tersebut kita bisa melihat, warna biru langit yang berpadu dengan awan putih yang indah. </p><p>Seperti sebuah lukisan…</p><p>Sebenarnya, ini memang sebuah lukisan yang Diciptakan Oleh Yang Maha Pencipta untuk kita nikmati.</p><h3>2. Rumput Basah</h3><div class="is-layout-flex wp-container-6 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Foto kedua ini saya mengambilnya dengan sedikit perjuangan.</p><p>Bisa sobat lihat foto rumput basah ini saya ambil sambil jongkok nungging ala ala photografer profesional.</p><p>Bukan bermaksud lebay, karena memang saya ingin mendapat posisi yang benar benar pas dengan target foto saya yaitu rumput basah agar hasil fotonya maksimal.</p></div></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXs05rUAgGehICm_8A8JxbGiDRCPm3v_L8npMPGTuP7Y9zD7dGjlWDmxHzbJJn653MiY3K27U2nKGlEHAPPcfD3fqbdjwGMAEZP6MkcJygiONU8BbB5dmXzIo7Uu8aaxP0x5TO5iAKEta3fW0tdABBzV4KSduf2eIDw2lAi6Q0x_Fz4lD5m4oPvtTt/s1024/Rumput-Basah.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Rumput Basah" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXs05rUAgGehICm_8A8JxbGiDRCPm3v_L8npMPGTuP7Y9zD7dGjlWDmxHzbJJn653MiY3K27U2nKGlEHAPPcfD3fqbdjwGMAEZP6MkcJygiONU8BbB5dmXzIo7Uu8aaxP0x5TO5iAKEta3fW0tdABBzV4KSduf2eIDw2lAi6Q0x_Fz4lD5m4oPvtTt/w480-h640/Rumput-Basah.jpeg" title="Foto Rumput Basah" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Rumput Basah</td></tr></tbody></table><p>Sebenarnya rumput basah ini bukan karena hujan atau berembun tapi karena saya memang sedang menyirami tanaman.</p><p>Alasan saya mengambil foto ini karena saya ingin mendapatkan momen air yang menetes dan jatuh dari tanaman.</p><p>Menurut saya sih, ini momen yang keren. Kalau menurut sobat bagaimana tuh?</p><p></p><h3>3. Daun Basah</h3><div class="is-layout-flex wp-container-9 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column is-vertically-aligned-center"><p>Nggak jauh berbeda dengan foto kedua, foto ketiga ini masih bertema basah-basahan.</p><p>Lokasinya juga hanya berjarak 2 meter dari foto kedua.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQAGteRTZg0zcyRHXi2EOU0AgDM16-khn6IifjGFMzRd6TpM5g5gUUlRCHygp9mbAUy9dHf0uZ-wo9eW4LuDKmIEJEfcjYWMcw3atv5TZvphu_7ZiUHWl-sgFohtEmRd1Xyxok5p1li8V6OwSTNvMfT8iQjmnaVnEpIYyaX4TnRoyHWsCnMyF_bpSQ/s1024/Daun-Basah.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Daun Basah" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQAGteRTZg0zcyRHXi2EOU0AgDM16-khn6IifjGFMzRd6TpM5g5gUUlRCHygp9mbAUy9dHf0uZ-wo9eW4LuDKmIEJEfcjYWMcw3atv5TZvphu_7ZiUHWl-sgFohtEmRd1Xyxok5p1li8V6OwSTNvMfT8iQjmnaVnEpIYyaX4TnRoyHWsCnMyF_bpSQ/w480-h640/Daun-Basah.jpeg" title="Foto Daun Basah" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Daun Basah</td></tr></tbody></table><p>Bedanya dengan foto kedua, alasan saya mengabadikan daun basah ini yaitu karena daun basahnya mengkilat-kilat (entahlah apa bahasa bakunya) seperti mutiara terkena <br /> cahaya.</p><p>Nah, hal itulah yang membuat saya jadi iseng buat foto-foto. hahaha</p><p></p></div><div class="is-layout-flow wp-block-column"><figure class="wp-block-image"><br /></figure></div></div><h3>4. Orang Mancing</h3><div class="is-layout-flex wp-container-12 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Foto keempat ini saya ambil di sebuah kolam, atau tepatnya bekas kolam di pinggiran sawah. </p><p>Yang menarik foto ini saya ambil ketika hari pemilu 2019.</p><p>Jadi ceritanya saya berangkat mancing karena saya putus asa untuk nyoblos karena penyoblosan di tempat saya sangat ramai dan antriannya sangat panjang.</p></div></div><p>Jadi saya putuskan untuk memancing terlebih dahulu.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6MdMmnsTQknAarPMFPrRsJxnJoD1_FXk5T52wl69Cp_2s0yALKfQu4j4Pfg6OwHh9JNgA1_aJKgz4kvDLPdpkRckzjbVoA4_Z-V-_jR-ns79rtWPJ7nzv-4TgTC5pI0pni2lTgbXViTPBQzrOB304UFPh10XLWSSAU-6J37WUaCCAYwBlW1IgCQTj/s1024/Orang-Mancing.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Orang Mancing" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="647" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6MdMmnsTQknAarPMFPrRsJxnJoD1_FXk5T52wl69Cp_2s0yALKfQu4j4Pfg6OwHh9JNgA1_aJKgz4kvDLPdpkRckzjbVoA4_Z-V-_jR-ns79rtWPJ7nzv-4TgTC5pI0pni2lTgbXViTPBQzrOB304UFPh10XLWSSAU-6J37WUaCCAYwBlW1IgCQTj/w480-h647/Orang-Mancing.jpeg" title="Foto Orang Mancing" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Orang Mancing</td></tr></tbody></table><p>Saat memancing saya sebenarnya sangat banyak sekali melepaskan jepret-jepretan liar saya, namun dari banyak foto yang saya ambil, foto tersebutlah yang menurut saya paling menarik.</p><p>Kita bisa lihat di hamparan sawah terdapat 1 pohon berdiri di dekat kolam. Di atasnya terdapat langit cerah membantang. dan duduk di bawah pohon seorang anak sedang memancing.</p><p>Jadi menurut saya ini adalah momen terbaik, kalau menurut sobat bagaimana?</p><p></p><h3>5. Hamparan Padi Siap Panen</h3><div class="is-layout-flex wp-container-15 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Foto ini masih satu cerita nih dengan foto keempat.</p><p>Jadi foto kelima ini saya ambil ketika pulang memancing.</p><p>Sambil berjalan, dan tengak tengok mencari pemandangan yang menarik. </p></div><div class="is-layout-flow wp-block-column"><figure class="wp-block-image"><img alt="" class="wp-image-1395" decoding="async" src="https://nuhid.com/wp-content/uploads/2019/08/EBE139BE-CDEE-44E8-986E-58FDF7978089-1024x768.jpeg" /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnhUHUJrOjpx07kJuat3vgqQ6O6IMzo4_SMQTNKdLd4sUfa_dBAFSotif4_2RmYWJg3rjJF6QXAfjlm8-854ktL9WEkGKOoJWfAujtsa6vDEDZdsSsFSwb_bmv1yc0WEN13S7lWL4jiADpgKOhp0c2STPjCrKo0BCrMizRfFkQ4FjmwF0MThsy9l2g/s1024/Hamparan-Padi-Siap-Panen.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Hamparan Padi Siap Panen" border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnhUHUJrOjpx07kJuat3vgqQ6O6IMzo4_SMQTNKdLd4sUfa_dBAFSotif4_2RmYWJg3rjJF6QXAfjlm8-854ktL9WEkGKOoJWfAujtsa6vDEDZdsSsFSwb_bmv1yc0WEN13S7lWL4jiADpgKOhp0c2STPjCrKo0BCrMizRfFkQ4FjmwF0MThsy9l2g/w640-h480/Hamparan-Padi-Siap-Panen.jpeg" title="Foto Hamparan Padi Siap Panen" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Hamparan Padi Siap Panen</td></tr></tbody></table></figure></div></div><p>Akhirnya saya melepaskan jepretan saya dan mendapatkan pemandangan yang bisa sobat lihat di foto kelima tersebut.</p><p>Hamparan padi kuning yang merunduk, membentang langit cerah dan pohon-pohon berdaun hijau dari kejauhan.</p><p>Membuat mata menjadi tenang dan nyaman.</p><p>Tapi saat saya mengambil foto ini, jam menunjukan pukul 11 dan matahari sedang panas-panasnya di hari itu.</p><p></p><h3>6. Bunga Jatuh Di Aspal</h3><div class="is-layout-flex wp-container-18 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Foto ini saya ambil di jalan depan rumah tetangga om saya.</p><p>Saya ambil ketika berangkat jogging pagi hari.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif2XXeQmkv4FlVsCYnRmtJ29yTRoV0kFdupAG5IZzQK1gHTfoIdaKdmFIEClXKUgyOhEKjdM40xk5YSkirdY061yUAC0nmU-OtK4qfWKnixYIViWr4yK3k1Dax-i5FNireCL_mwktouVpJZpIDtquq1TIhSmMc4PPBPicM4e7_pXVwufK7vjoGV3ub/s1024/Bunga-Jatuh-Di-Aspal.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Bunga Jatuh Di Aspal" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif2XXeQmkv4FlVsCYnRmtJ29yTRoV0kFdupAG5IZzQK1gHTfoIdaKdmFIEClXKUgyOhEKjdM40xk5YSkirdY061yUAC0nmU-OtK4qfWKnixYIViWr4yK3k1Dax-i5FNireCL_mwktouVpJZpIDtquq1TIhSmMc4PPBPicM4e7_pXVwufK7vjoGV3ub/w480-h640/Bunga-Jatuh-Di-Aspal.jpeg" title="Foto Bunga Jatuh Di Aspal" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Bunga Jatuh Di Aspal</td></tr></tbody></table><p>Bunga bunga imut ini sebenarnya hampir saya ijak, mungkin karena di dalam diri saya ada bakat bakat menemukan target foto jadi kaki saya reflek aja nggak jadi ngijek <br /> bunga tersebut hahaha</p><p>Untuk posisi bunganya juga nggak saya pindah pindah, begitu adanya tanpa rekayasa.</p><p>Beruntung banget dah pokoknya saya dapat target sekeren itu.</p><p></p></div></div><h3>7. Matahari Pagi Di Situ Pondok Jagung</h3><div class="is-layout-flex wp-container-21 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Foto ini saya ambil ketika jogging pagi, tepatnya meneruskan jogging pagi pada gambar keenam.</p><p>Nggak tau kenapa foto ini adalah foto paling kerenlah dari foto-foto yang pernah saya ambil, menurut saya.</p><p>Bisa kita lihat, ada sebuah sampan kecil, air yang tenang, pohon-pohon, langit bersih dan matahari yang bersinar dengan indahnya.</p></div><div class="is-layout-flow wp-block-column"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1-TMscZBJncvp1SpgvqAfptiBESv2jCRBRe238yn0LsF1dGF2IvgfcFc2zWwq_s1ANi_dItfnRSqkTywqhYQCqjz_rGlxee20x64-taWTd_tv7zwgbyz32rf-O-C01gGgKuIFcPgIY4BDrjswlaZuv8ONEmHzOk4EEEFpNGVWSZEQlQ-XWxDT1LTj/s1024/Matahari-Pagi-Di-Situ-Pondok-Jagung.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Matahari Pagi Di Situ Pondok Jagung" border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1-TMscZBJncvp1SpgvqAfptiBESv2jCRBRe238yn0LsF1dGF2IvgfcFc2zWwq_s1ANi_dItfnRSqkTywqhYQCqjz_rGlxee20x64-taWTd_tv7zwgbyz32rf-O-C01gGgKuIFcPgIY4BDrjswlaZuv8ONEmHzOk4EEEFpNGVWSZEQlQ-XWxDT1LTj/w640-h480/Matahari-Pagi-Di-Situ-Pondok-Jagung.jpeg" title="Foto Matahari Pagi Di Situ Pondok Jagung" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Matahari Pagi Di Situ Pondok Jagung</td></tr></tbody></table><br /><figure class="wp-block-image"><br /></figure></div></div><p>Di foto ini saya nggak bisa menulis banyak karena saya juga lupa momennya.</p><p>Foto lain yang saya ambil bersama foto tersebut sangat banyak sekali, tapi foto inilah yang menurut saya paling pas buat saya bagikan untuk sobat semua.</p><p>Pokoknya kalau ada yang setuju foto ini keren, harus komen di bawah…</p><p></p><h3>8. Pohon Mangga Basah Di Sore Hari</h3><div class="is-layout-flex wp-container-24 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Foto kedelapan ini saya ambil ketika sore hari saat saya sedang siram-siram tanaman, lagi.</p><p>Sebenarnya ini adalah sebuh keisengan yang sangat sangat aneh . </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnzWvkTipAhvIjmzjW3BumvC1OyenOGqBvxksKEXMExnKsJYV3bnJLfDPKshrjOewZ9oDHfZ_KReNTS5Ospf5caEHi3RDVG1MqPLfN4znfIramDxcMvX2Kc0IHHpmJXxPn_DVUb8bD_QgZ744c3erKmpZyl91pIGoG3jqY2-FUH0m9A89IOGRkTDgU/s1024/Pohon-Mangga-Basah-Di-Sore-Hari.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Pohon Mangga Basah Di Sore Hari" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnzWvkTipAhvIjmzjW3BumvC1OyenOGqBvxksKEXMExnKsJYV3bnJLfDPKshrjOewZ9oDHfZ_KReNTS5Ospf5caEHi3RDVG1MqPLfN4znfIramDxcMvX2Kc0IHHpmJXxPn_DVUb8bD_QgZ744c3erKmpZyl91pIGoG3jqY2-FUH0m9A89IOGRkTDgU/w480-h640/Pohon-Mangga-Basah-Di-Sore-Hari.jpeg" title="Foto Pohon Mangga Basah Di Sore Hari" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Pohon Mangga Basah Di Sore Hari</td></tr></tbody></table><p>Saya siram pohonnya sampai basah kuyup baru deh saya poto dan hasilnya, menurut saya sih lumayan banget.</p><p>Dengan hp yang sejadul ini bisa menghasilkan foto yang sekeren itu.</p><p></p></div></div><h3>9. Matahari Tenggelam</h3><div class="is-layout-flex wp-container-27 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Foto ini juga saya ambil ketika sore hari. Sebenernya saat saya mengambil foto ini saya sedang ada kesibukan. </p><p>Tapi mau bagaimana lagi momen seperti ini kan jarang sekali saya temui.</p><p>Jadi saya putuskan untuk tinggalkan sejenak kesibukan untuk satu atau dua kali melepaskan jepretan liar </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji0b2GZHHd-hGl4tm4drub-LObTHzciqSShx4RIiXdBpQwMqzDF1esqKtUdIqXWYdRiNw8LSPb_MXuZhhn1f9EbwnHOJqWInxgNK4mQhAFl7InIh8H5hunzt5sPKhUkVHbJeYTvmfBkFPcw_AwHND9io__CTuD9Zsw0vEozutDT8V2rKUQuvmjXwi8/s1024/Matahari-Tenggelam.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Matahari Tenggelam" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji0b2GZHHd-hGl4tm4drub-LObTHzciqSShx4RIiXdBpQwMqzDF1esqKtUdIqXWYdRiNw8LSPb_MXuZhhn1f9EbwnHOJqWInxgNK4mQhAFl7InIh8H5hunzt5sPKhUkVHbJeYTvmfBkFPcw_AwHND9io__CTuD9Zsw0vEozutDT8V2rKUQuvmjXwi8/w480-h640/Matahari-Tenggelam.jpeg" title="Foto Matahari Tenggelam" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Matahari Tenggelam</td></tr></tbody></table><br /><p><br /></p></div></div><p>Setelah saya jepret jepret, ternyata hasilnya memang nggak mengecewakan, nggak rugi saya meninggalkan kesibukan demi memfoto matahari tenggelam.</p><p>Matahari tenggelam dengan pohon di sisi kiri dan kanannya, warna jingganya yang khas menandakan sore dan akan datangnya malam.</p><p></p><h3>10. Pantulan Matahari Sore</h3><div class="is-layout-flex wp-container-30 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Sama seperti dua foto sebelumnya foto ini adalah foto di sore hari lagi.</p><p>Kali ini yang saya foto hanyalah pantulan matahari yang mengenai kramik lantai kamar mandi.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Ax0FIscDIksx2lAcZqix8ISxaxhTbJM5tOIksxv-mZ_xqm-_YEMhYh-Utmjwd-kHuW7huqIjDB3-G2UkqwT5NtZ4upvzDACF0AlYqaOteh95u9Fn17p1uryw3a4Om8QQ1MgCCN0rvn0jCVIzQ1jZ8f3l7q9DJxkvGqOcA055TkGRAEvFjon3geG6/s1024/Pantulan-Matahari-Sore.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Pantulan Matahari Sore" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Ax0FIscDIksx2lAcZqix8ISxaxhTbJM5tOIksxv-mZ_xqm-_YEMhYh-Utmjwd-kHuW7huqIjDB3-G2UkqwT5NtZ4upvzDACF0AlYqaOteh95u9Fn17p1uryw3a4Om8QQ1MgCCN0rvn0jCVIzQ1jZ8f3l7q9DJxkvGqOcA055TkGRAEvFjon3geG6/w480-h640/Pantulan-Matahari-Sore.jpeg" title="Foto Pantulan Matahari Sore" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Pantulan Matahari Sore</td></tr></tbody></table><p>Mungkin menurut sobat biasa saja tapi kalau menurut saya ini sangat keren sih.</p><p>Sinarnya seperti kekuatan yang menerobos dan akan menghancurkan apapun di depannya, kaya di film-film gitu… ahahah</p></div><div class="is-layout-flow wp-block-column"><figure class="wp-block-image"><br /></figure></div></div><p></p><h3>11. Matahari Di Pagi Hari</h3><div class="is-layout-flex wp-container-33 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><p>Jadi ceritanya saya ambil foto ini ketika jogging di kantor.</p><p>Saya mengambilnya asal, nggak bisa fokus karena nafasnya gak stabil dan memang sebelumya tidak ada niat untuk melepaskan jepretan liar.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAzClJD-pv1XvynmlgeHpjJoIUsBbHXcU3MG_bICSkE8WZA5CIFGzx-kIYCqmbBHXWTXhcpAs5eB5JQEYvd2sVlmgDZMVG8oCdzyXIYt8lGXtNaeeyqhTzwTdCpVOGw5wCL52AXcIFxdDbbvoT5zsFglTT8FNNe8lO6UfKVARolC7V1sYGQlzvXydU/s1024/Matahari-Di-Pagi-Hari.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Foto Matahari Di Pagi Hari" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAzClJD-pv1XvynmlgeHpjJoIUsBbHXcU3MG_bICSkE8WZA5CIFGzx-kIYCqmbBHXWTXhcpAs5eB5JQEYvd2sVlmgDZMVG8oCdzyXIYt8lGXtNaeeyqhTzwTdCpVOGw5wCL52AXcIFxdDbbvoT5zsFglTT8FNNe8lO6UfKVARolC7V1sYGQlzvXydU/w480-h640/Matahari-Di-Pagi-Hari.jpeg" title="Foto Matahari Di Pagi Hari" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Matahari Di Pagi Hari</td></tr></tbody></table><p>Berhubung saya juga jarang jogging di kantor dan jarang tau matahari pagi di kantor, keisengan saya pun muncul dan mulai jepret-jepret dengan sangat liarnya hahah (mohon jangan dibayangkan betapa gilanya saya)</p></div></div><p></p><p></p><p>Akhirnya selesai juga pembahasan satu persatu foto yang saya bagikan kali ini.</p><p>Bagaimana menurut sobat tentang jepretan amtir saya.</p><p>Kira kira saya ada bakat nggak tuh jadi photograper.</p><p>Jadi malu nih saya, kayanya saya kelewat percaya diri hahaha</p><p>Saya kira cukup sampai di sini untuk postingan kali ini, buat sobat yang mau memberi saran, kritik, candaan, puisi, gombal, kata-kata cinta, bisa di sampaikan di kolom <br />komentar.</p><p>Atau sobat males untuk menulis komentar?</p><p>Ya udah nggak apa apa….</p><p>Sobat membaca sampai kalimat ini saja saya sudah sangat berterima kasih sekali.</p><p>Ok sampai jumpa di postingan selanjutnya…</p><p>Wassalamu’alaikum…</p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-34745790128021586832018-05-02T00:23:00.000+07:002023-02-19T13:20:30.332+07:00Kebencian Gadis Beranak Satu<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjplfggmkGGrnK8lokpCg1-YGvSxlutki1AH33P-DvijBAiRhpUtKU_cI457BXlis_JRaCGiPEZCMSXolLiFJaVdev-_1wBbTKgiQAMbOYcf-BmOO60Sg8mQfzPVd_Tn0Fh2HVYhkM8isrg1vQWYH_SRtzZWFno-DW13SjPN4cYp2OuKoBLsKJMaKC_/s768/cerpen-kebencian-gadis-beranak-satu.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Kebencian Gadis Beranak Satu" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjplfggmkGGrnK8lokpCg1-YGvSxlutki1AH33P-DvijBAiRhpUtKU_cI457BXlis_JRaCGiPEZCMSXolLiFJaVdev-_1wBbTKgiQAMbOYcf-BmOO60Sg8mQfzPVd_Tn0Fh2HVYhkM8isrg1vQWYH_SRtzZWFno-DW13SjPN4cYp2OuKoBLsKJMaKC_/w400-h225/cerpen-kebencian-gadis-beranak-satu.png" title="Cover Cerpen Kebencian Gadis Beranak Satu" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Kebencian Gadis Beranak Satu</td></tr></tbody></table><blockquote><p>Ini adalah cerpen kelanjutan dari <a href="http://nuhid.com/bukti-janji-yang-menyesatkan/" rel="nofollow noopener noreferrer" target="_blank"><span style="color: red;">cerpen bukti janji yang menyesatkan</span></a>. Jadi silakan sobat baca terlebih dahulu cerpen tersebut.</p></blockquote><p>Di pagi hari yang masih berembun, terlihat Layla sedang berjalan dan menikmati pagi di pinggiran kampung yang terletak tak jauh dari kota kecil. Perempuan tersebut menggunakan hijab lebar berwarna merah dan memakai rok panjang berwarna hitam, selayaknya muslimah yang taat.</p><p>Layla berjalan di sebelah kiri jalan dan ia terus berjalan melewati setiap rumah di kampung itu, yang rata-rata masih tertutup pintunya. Di sebuah jalan yang lumayan sempit Layla menemukan suatu hal yang sangat menarik dan menurutnya itu adalah sesuatu yang sangat indah.</p><p>Layla melihat bunga yang sangat indah di sebelah kanan jalan. Ia pun berusaha mendekat dan mengamati bunga tersebut.</p><p>Ketika ia mendekat, aroma bunga itu sangat wangi. Tak perlu berpikir panjang, Layla pun segera memetik bunga indah nan wangi itu.</p><p>Tapi tiba-tiba dari arah berlawanan, datang seorang yang mengendarai motor jadul dengan sangat kencang. Dan Layla yang berdiri di bagian kanan jalan pun akhirnya tertabrak oleh motor jadul yang melaju kencang itu karena Layla tepat berdiri di jalur milik motor itu.</p><p>Kecelakaan yang tak bisa dihindari itupun membuat Layla terkapar di jalan dengan luka di bagian betis kiri dan kedua lengannya. Terlihat betis dan lengannya berdarah, raut wajah Layla pun meringis kesakitan, dan di sertai tetesan air mata yang membasahi pipinya.</p><p>Layla pun berusaha bangkit dari posisinya yang terkapar itu. Namun ia hanya mampu untuk duduk dan ia belum mampu untuk berdiri. Layla masih merasa kaget dan tegang karena ditabrak oleh motor yang melaju kecang itu.</p><p>Sedangkan motor jadul bernama astrea yang menabrak Layla pun terjatuh namun pengendara motornya terlihat baik-baik saja. Lelaki yang mengendarai motor jadul itu pun berusaha membangkitkan motornya. Sebenarnya lelaki itu ingin menolong Layla namun ia terlihat sedang buru-buru karena ia selalu memperhatikan jam tangannya.</p><p>Saat mendengar rintihan korban yang ia tabrak, lelaki itu semakin tak tega meninggalkannya begitu saja tapi di sisi lain ia juga sedang terburu-buru. Tak ada yang bisa lelaki itu lakukan selain meminta maaf. Dan ia pun kembali menaiki motornya dan sambil terus meminta maaf.</p><p>Layla yang mendengar permintaan maaf berkali-kali itu pun hanya cuek saja, dia tak menggubris lelaki itu. Layla pun berusaha untuk berdiri lagi namun Layla tetap tak mampu berdiri. Usahanya untuk berdiri yang gagal justru membuat luka di betisnya terlihat.</p><p>Lelaki itu pun melihat luka di betis Layla. Darah segar dari luka itu mengalir ke kaki Layla yang putih. Lelaki itu panik, ia pun seger menyalakan motor jadulnya. Lelaki yang sedang terburu-buru itu justru berbalik arah dan tidak melanjutkan perjalanannya.</p><p>Tiga menit kemudian lelaki itu datang kembali menemui korbannya yaitu Layla. Tapi lelaki itu tidak hanya sendirian, ia bersama seorang perempuan yang umurnya sudah tak muda lagi. Perempuan tua itu berpenampilan khas ibu-ibu rumah tangga ala kampung. Ia berpakaian daster, memakai kerudung dan memakai sendal jepit.</p><p>Saat tiba di tempat Layla terduduk, perempuan tua itu segera mengevakuasi Layla ke pinggir jalan yang sebelumnya terduduk di tengah jalan dengan luka berlumuran darah . Sedangkan lelaki yang menabrak Layla buru-buru menyalakan kembali motornya.</p><p>“<i>Mak, saya langsung berangkat ya?</i>” ujar lelaki itu kepada perempuan tua yang sedang membersihkan luka Layla.</p><p>“<i>Loh!! kamu ini gimana sih, mbknya ini dibawa ke rumah kita dulu, obat-obatnya kan ada dirumah semua!</i>” ucap perempuan tua itu dengan nada membentak.</p><p>“<i>Haduhhh…mak, ini lagi buru-buru, kalau nggak buru-buru udah saya anterin langsung kerumahnnya mak!</i>” Jawab lelaki itu dengan nada cepat. “<i>Lagian rumah kita kan deket mak dari sini, Assalamualikum!!</i>” ucap lelaki itu sambil mengegas motor jadulnya dan dia kembali melanjutkan perjalanannya berangkat ke tempat kerja.</p><p>Perempuan tua itupun bingung bagaimana cara membawa Layla kerumahnya. Walaupun rumahnya memang dekat tapi membawa orang yang tak mampu berdiri tetep akan sulit.</p><p>Layla yang melihat perempuan tua itu bingung cara membawa dirinya, akhirnya ia dengan sekuat tenaganya bangkit dari posisi duduknya.</p><p>“<i>Eeee…mbk jangan berdiri dulu nanti darahnya keluar lagi!</i>” ujar perempuan tua itu sambil memegang lengan Layla.</p><p>“<i>Nggak apa-apa Bu, saya masih kuat jalan juga kok.</i>” Ucap Layla sambil meringis kesakitan.</p><p>“<i>Beneran kamu masih kuat buat jalan?</i>” Tanya perempuan tua itu dengan memperhatikan wajah Layla.</p><p>Layla pun hanya bisa menjawab pertanyaan perempuan tua itu dengan menganggukan kepalanya, sambil menahan rasa sakit.</p><p>“<i>Kalau begitu langsung kerumah ibu aja, biar sekalian diobatin.</i>” Ucap perempuan tua itu sambil memegang lengan kiri Layla dan menaruhnya di pundak.</p><p>Mereka berdua akhirnya berjalan dengan pelan dan tertatih-tatih menuju rumah perempuan tua itu.</p><p>Sesampainya di depan rumah perempuan tua itu, Layla terdiam dan terheran-heran sambil merasakan sakit pada lukanya.</p><p>“<i>Apakah ini rumah ibu?</i>” tanya Layla sambil melihat wajah perempuan tua itu.</p><p>“<i>Iya mbk, ini rumah saya. Ya…seperti inilah halamannya, selalu berantakan.</i>” Ucap perempuan tua itu malu-malu sambil melepaskan lengan kiri Layla dan berusaha mendudukan Layla di kursi yang berada di teras rumahnya. “<i>Mbk tunggu di sini dulu ya, saya mau ambil obatnya dulu.</i>” ujar perempuan tua itu sambil masuk kerumahnya.</p><p>Layla yang duduk di kursi, hanya bisa merasakan sakit dan merasa terkagum-kagum dengan halaman rumah perempuan tua itu yang di penuhi oleh berbagai macam tanaman hias. Dari tiap sudut halaman rumah itu dipenuhi warna-warni bunga yang membuat Layla merasa sedikit terhibur, karena Layla sendiri sangatlah menyukai bunga.</p><p>“<i>Halaman rumah saya memang berantakan mbk kalau pagi begini, belum sempet nyapu sayanya.</i>” Ujar perempuan tua itu sambil keluar dari rumahnya dan membawa obat untuk luka Layla.</p><p>“<i>Oh…tapi kalau halamannya dipenuhi bunga seperti ini tetep indah kok, Bu.</i>” Ucap Layla sambil tersenyum kepada perempuan tua itu.</p><p>“<i>Maaf mbk ya, saya lihat lukanya lagi, biar saya obati.</i>” Minta perempuan tua itu pada Layla sambil duduk di lantai tepat di depan Layla.</p><p>Layla merasa tak enak hati melihat orang yang lebih tua berada di bawahnya, ia segera berusaha turun dari kursi yang ia duduki.</p><p>“<i>Loh! Loh! Mbknya kok malah turun?</i>” tanya perempuan tua itu pada Layla dan memasang wajah kaget.</p><p>“<i>Hehe nggak apa-apa, Bu. Enak di bawah, lagian ibukan lebih tua, jadi nggak sopan kalau saya di atas kursi.</i>” Jawab Layla sambil duduk dan menahan sakit.</p><p>“<i>Heealah, gitu aja kok jadi masalah mbk…mbk.</i>” ujar perempuan tua itu sambil tersenyum malu.</p><p>Perempuan itu pun mulai mengobati luka-luka Layla. Terlihat wajah manis Layla mengkerut-kerut karena menahan sakit. Dan perempuan tua itu pun merasa kasihan terhadap Layla.</p><p>“<i>Oh iya nama mbk ini siapa ya? sampai lupa kenalan nih.</i>” Tanya perempuan tua itu untuk mengalihkan perhatian Layla agar tidak terlalu merasakan sakit.</p><p>“<i>Nama saya Layla, Bu</i>” jawab Layla dengan tersenyum dan masih terlihat menahan sakit. “<i>Saya keponakan pak Heri dan Neli. Sudah hampir seminggu saya di sini.</i>” Ucap Layla dengan senyuman masam.</p><p>Mendengar jawaban Layla Perempuan tua itu agak sedikit kaget.</p><p>“<i>Layla ya…saya sendiri biasa di panggil Mak Rani di kampung ini, kalau nama aslinya sih Raniem.</i>” Ucap perempuan itu memperkenalkan dirinya kepada Layla dengan senyuman.</p><p>“<i>Apakah…ibu sudah pernah mendengar nama saya?</i>” tanya Layla kepada Mak Rani dengan sedikit ragu.</p><p>“<i>Kalau pernah dengar namanya sih enggak, tapi kalau dengar tentang kamu sih pernah, La. Biasa lah ibu-ibu kampung serba tahu hehehe</i>” Ucap Mak Rani sambil membalut luka Layla dengan kain perban. “<i>Saya yakin kamu pasti orang yang kuat, La. Karena saya sendiri mengalami bagaimana hidup sendiri dan menjadi janda.</i>” Ucap perempuan tua itu sambil menatap mata Layla dengan optimis.</p><p>“<i>Tapi Bu, sebenarnya saya ini bukan janda Bu, saya belum pernah menikah, Bu</i>.” Dengan berat hati Layla mengucapkan kebanaran tentangnya.</p><p>“<i>Jadi kamu gadis beranak satu, La.</i>” Ucap Mak Rani dengan sedikit perihatin. “<i>Saya nggak bisa bayangin La, penderitaan kamu dan anakmu selama ini seperti apa.</i>” Ucap Mak Rani menatap Layla dengan melas.</p><p>“<i>Mungkin itu semua adalah hukuman dan konsekuensi atas perbuatan saya dulu, Bu.</i>” Ucap Layla dengan tertunduk dan tersenyum masam.</p><p>“<i>Tapi melihat kamu seperti saat ini, saya yakin kamu sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjadi lebih baik</i>.” ucap Mak Rani dengan optimis. “<i>Ngomong-ngomong anak kamu laki apa perempuan dan berapa umurnya?</i>” tanya Mak Rani mengubah topik pembicaraan.</p><p>“<i>Anak saya laki-laki Bu, umurnya 2 tahun.</i>” Jawab Layla dengan sedikit tersenyum.</p><p>“<i>Akhirnya rumah pak Heri dan bu Neli ada anak kecilnya…kalau ada anak mbk Layla rumahnya bakal ramai ya</i>.” ujar mak Rani dengan nada bahagia.</p><p>“<i>Ibu Rani sendiri tinggal bersama siapa saja di rumah ini?</i>” tanya Layla yang ingin lebih mengenal Mak Rani.</p><p>“<i>Kalau saya sih cuman berdua dengan anak laki-laki saya, saya sendiri sudah menjanda sejak anak saya masih SMP. Suami saya meninggal karena penyakit. Sejak ditinggal saya kerja keras buat anak saya satu satunya orang yang saya miliki.</i>” Ucapnya dengan nada agak bersedih. “<i>Tapi sekarang anak saya sudah bekerja. Saya malah dilarang untuk bekerja lagi oleh anak saya.</i>” Ucap Mak Rani sambil membersihkan sisa-sisa kain perban.</p><p>“<i>Memang anak ibu, kerja di mana?</i>” tanya Layla sambil mengecek perban yang ada di lengannya.</p><p>“<i>Dia bekerja di toko bunga…Oh iya mbk, saya juga mau minta maaf karena anak saya sudah nabrak mbk Layla. Anak saya kalau lagi buru-buru memang sering kehilangan kontrol.</i>” Jelas Mak Rani sambil meminta maaf.</p><p>“<i>Sebenernya itu juga bukan sepenuhnya kesalahan anak ibu. Saya juga salah, karena saya berdiri di jalan orang lain, gara-gara saya pingin memetik bunga.</i>” Ucap Layla dengan menyesal.</p><p>“<i>Apakah kamu juga suka bunga, La?</i>” tanya Mak Rani sambil memandang bunga-bunga dihalaman yang terkena sinar matahari pagi. “<i>Anak saya juga suka bunga, semua bunga yang ada di halaman ini yang menanamnya adalah dia. Setiap di toko ada jenis bunga baru ia selalu meminta satu dari toko tempat ia bekerja.</i>” Jelas Mak Rani sambil membuang sampah sisa-sisa kain perban.</p><p>“<i>Sejak kecil saya suka bunga, Bu.</i>” Ucap Layla sambil tersenyum melihat Mak Rani yang berdiri di sampingnya. “<i>Lalu siapa nama anak ibu?</i>” Tanya Layla sambil tersenyum kepada Mak Rani.</p><p>“<i>Anak ibu bernama Reno, sebenarnya dia anak yang baik. Tapi semenjak ditinggal ayahnya, ia sangat sulit di atur dan selalu melakukan sesuatu dengan sesukanya.</i>” Jawab Mak Rani sambil mengeluhkan sifat anaknya.</p><p>“<i>Re..re..reno!!!</i>” ucap Layla dengan wajah kaget, dan mengingatkannya dengan seseorang yang sangat ia benci.</p><p>“<i>Iya, maafkan anak saya ya, La? karena sudah membuat kamu jadi luka-luka seperti ini.</i>” Ujar Mak Rani kembali meminta maaf pada Layla.</p><p>Layla pun hanya menganggukan kepalanya dan ia masih membayangkan masa-masa suramnya saat bersama seseorang yang namanya sama dengan anak Mak Rani.</p><p>“<i>Kenapa ada orang yang namanya sama dengan orang keji seperti dia.</i>”</p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-32116871775339189702018-04-03T16:27:00.000+07:002023-02-19T13:19:36.238+07:00Kakak Sang Perancang Masa Depan<div dir="ltr" style="text-align: left;"><div dir="ltr" style="text-align: left;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipT5wNJbZGEsbeALKEI-RLjsSGycN5iZ9_JbRsfrp7VD7LKYdH6W5V2_ClQ0s7Tq_iAPxTjkjqQmfGgeiaWUCn0PnHkeB3vD0YOqQCCJA7UORbPU5swElvvxCVGlmi6cagi1-8wqyBIgYBv2Rh1VZkkwXktFaf-Ho_LMjTakVA2rMgYtGjkeeMpSo_/s768/cerpen-kakak-sang-perancang-masa-depan.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Kakak Sang Perancang Masa Depan" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipT5wNJbZGEsbeALKEI-RLjsSGycN5iZ9_JbRsfrp7VD7LKYdH6W5V2_ClQ0s7Tq_iAPxTjkjqQmfGgeiaWUCn0PnHkeB3vD0YOqQCCJA7UORbPU5swElvvxCVGlmi6cagi1-8wqyBIgYBv2Rh1VZkkwXktFaf-Ho_LMjTakVA2rMgYtGjkeeMpSo_/w400-h225/cerpen-kakak-sang-perancang-masa-depan.png" title="Cover Cerpen Kakak Sang Perancang Masa Depan" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Kakak Sang Perancang Masa Depan</td></tr></tbody></table><p>“<i>Niva, apakah kamu tahu, kalau tumbuhan putri malu itu mengkuncup saat malam hari?</i>” Tanya seorang laki-laki yang berumur 21 tahun kepada adiknya sambil terlentang di kasur yang bermotif bunga-bunga. “<i>Benarkah, apakah tumbuhan itu juga tidur saat malam hari, Kak?</i>” Tanya adiknya menyambung pembahasan tersebut. “<i>Apakah tumbuhan itu juga sikat gigi sebelum tidur?</i>” tambah adik yang bertanya lagi kepada sang kakak sambil memeluk sebuah boneka kecil dan memandang kakaknya.</p></div><h3 style="text-align: center;"><span style="color: red;"> EPISODE 1 “OBROLAN MALAM”</span></h3><p>“<i>Hemmm…mungkin</i>” jawab sang kakak pada adik perempuannya yang berumur 5 tahun.</p><p>“<i>Apakah duri-duri itu gigi mereka, kak?</i>” tanya adiknya lagi.</p><p>“<i>Tidak Niva, gigi bunga putri malu adalah akarnya.</i>” jelas sang kakak.</p><p>“<i>Ooo…benarkah?</i>” jawab sang adik dengan wajah polosnya yang sangat imut.</p><p>“<i>Niva, kamu belum mengantuk?</i>” Tanya sang kakak pada adiknya agak berbisik.</p><p>“<i>Belum!</i>” Jawab sang adik dengan singkat.</p><p>“<i>Kakak kan sudah bercerita dari 2 jam yang lalu, kenapa kamu belum mengantuk?</i>” Tanya sang kakak dengan nada putus asa untuk menidurkan sang adik.</p><p>“<i>Cerita kakak bagus!</i>” Ujar sang adik dengan tersenyum lebar. “<i>Ayo kak cerita lagi!</i>” pinta sang adik pada sang kakak.</p><p>“<i>Biasanya ibu bercerita apa kalau kamu mau tidur?</i>” tanya sang kakak penasaran. “<i>Apakah cerita ibu lebih bagus dari cerita kakak?</i>” tambahnya lagi bertanya.</p><p>“<i>Cerita ibu juga bagus, ibu selalu bercerita kelinci-kelinci yang ibu miliki dulu, waktu ibu masih kecil. Tapi ibu selalu saja menyuruhku menghitung kelinci-kelinci yang ibu miliki.</i>” Ujar sang adik yang memberi tahu sang kakak.</p><p>“<i>Apakah kelinci-kelinci yang ibu ceritakan ada yang sakit, lalu kelinci itu disuntik oleh dokter?</i>” Tanya sang kakak pada adiknya.</p><p>“<i>Benar!!, kelinci itu langsung sehat setelah disuntik oleh dokter, Kak. Kata ibu, dokter itu sangat baik.</i>” Ujar sang adik dengan raut wajah yang semangat.</p><p>“<i>Benarkah?</i>” tanya sang kakak dengan muka masam dan menelan ludah.</p><p>“<i>Iya Kak, besok kalau Niva sudah besar, Niva mau jadi dokter biar bisa sembuhin orang sakit.</i>” Ujar sang adik dengan wajah sangat gembira.</p><p>“<i>Kenapa kamu nggak sembuhin kelinci-kelinci yang sakit?</i>” Tanya sang kakak.</p><p>“<i>Kata ibu, sembuhin orang sakit lebih baik.</i>” Ujar sang adik. “<i>Tapi kak, kenapa kak bisa tahu cerita ibu?</i>” Tanya sang adik.</p><p>“<i>Dulu waktu kakak masih kecil sepertimu, ibu juga sering bercerita kepada kakak.</i>” Ujar sang kakak sambil tersenyum pada sang adik.</p><p>“<i>Benarkah, apakah kakak juga selalu mengantuk jika menghitung kelinci-kelinci yang ibu miliki dulu?</i>” tanya sang adik sambil menatap sang kakak.</p><p>“<i>Benar Niva, kakak selalu bosan saat menghitung kelinci yang ibu miliki?</i>” Jawab sang kakak sambil menguap, sampai membuat matanya berair.</p><p>“<i>Kak!</i>” panggil sang adik.</p><p>“<i>Ya, Niva?</i>” jawab sang kakak sambil melihat adiknya.</p><p>“<i>Ternyata kakak juga bisa bercerita seperti ibu ya. Kirain Niva, kakak cuma bisa duduk di depan komputer dan membaca buku yang bertumpuk–tumpuk di meja kakak.</i>” Ujar sang adik yang kagum pada kakaknya.</p><p>“<i>Oh ya, apakah kamu sering melihatku sedang membaca buku?</i>” Tanya sang kakak dengan bahagia.</p><p>“<i>Ya!</i>” jawab sang adik. “<i>Tapi kak, apakah Niva bisa bercerita seperti kakak dan ibu?</i>” tanya sang adik dengan memandang kakaknya serius.</p><p>“<i>Ya, tentu saja. Kamu pasti bisa bercerita seperti kakak dan ibu.</i>” Ucap sang kakak sambil memberi semangat pada sang adik.</p><p>“<i>Tapi aku mau bercerita apa kak?</i>” tanya sang adik memperlihatkan wajah bingung yang sangat polos dangan menempelkan telunjuknya di dagu.</p><p>“<i>Hemm… kamu bisa bercerita, siapa saja yang kamu temui hari ini.</i>” Ucap sang kakak.</p><p>“<i>Aku…hari ini bertemu banyak orang kak. Di rumah mbok Imah banyak sekali orang yang aku temui.</i>” Jawab sang adik dengan semangat.</p><p>“<i>Oh…mbok imah ya.</i>” ucap sang kak sambil memikirkan suatu hal. “<i>Bisakah kamu ceritakan berapa orang yang kamu temui di rumah mbok imah.</i>” Ucap sang kakak menyuruh adiknya.</p><p>Perlahan tapi pasti, gadis kecil itupun mulai tertidur dengan suara yang sedang menghitung, dan perlahan suaranya menghilang. Sang kakak pun memandangi adiknya dengan wajah yang bahagia, namun air mata sang kakak juga menetes. Tapi yang jelas itu adalah air mata kebahagiaan.</p><p>Hari pun mulai mendekati tengah malam. Terdengar pintu rumah ada yang mengetuk dari luar. Lalu pintu itu pun terbuka karena pintu rumah itu tidak dikunci. Masuklah seorang perempuan berjaket memakai jilbab dan menyangklong sebuah tas.</p><p>“<i>Revan</i>” ucap perempuan berjilbab itu memanggil anaknya.</p><p>Lalu keluar seorang laki-laki dari kamar dan menutup pintu kamar dengan sangat pelan.</p><p>“<i>Iya bu, ada apa?</i>” tanya laki-laki itu pada ibunya sambil menuju ke ruang makan.</p><p>“<i>Apakah adikmu sudah tidur?</i>” tanya ibu sambil meletakan jaket dan tasnya di atas meja.</p><p>“<i>Sudah bu, baru saja Niva tidur.</i>” ujar Revan kepada ibunya. “<i>Lalu bagaimana dengan keadaan mbok imah bu, apakah beliau sudah membaik?</i>” tanya Revan dengan membawakan segelas air minum hangat untuk ibunya.</p><p>“<i>Ya, mbok imah membaik setelah anaknya sudah berkumpul semua.</i>” Jawab sang ibu sambil menerima air hangat yang Revan bawakan.</p><p>“<i>Heh… sudah kuduga, dokter-dokter itu hanya berbual saja menentukan umur manusia.</i>” Ujar Revan menunjukan bahwa ia tidak suka terhadap dokter.</p><p>Sang ibu pun memandang Revan dengan wajah melas sambil duduk di sofa.</p><p>“<i>Oh iya, bagaimana Niva bisa tidur?</i>” Tanya sang ibu mengganti topik pembicaraan. “<i>Biasanya dia tidak akan bisa tidur jika bukan ibu yang bercerita untuknya.</i>”</p><p>“<i>Sudah 2 jam lebih aku bercerita bu, bukannya mengantuk dia malah minta diceritakan lagi.</i>” Ujar Revan terheran-heran.</p><p>“<i>Haha.. seperti dirimu dulu, Niva juga sangat suka mendengarkan cerita.</i>” Ujar sang ibu sambil tersenyum dan meletakan gelasnya. “<i>Sepertinya Niva akan hobi membaca seperti dirimu, van.</i>” Ucap sang ibu sambil memandang Revan dengan optimis.</p><p>“<i>Benarkah?</i>” tanya Revan yang duduk di samping ibunya.</p><p>“<i>Tentu.</i>” jawab sang ibu dengan yakin.</p><p>“<i>Kalau begitu, apakah ibu bisa melakukan sesuatu untukku?</i>” tanya Revan dengan tersenyum.</p><p>“<i>Untuk apa, Revan?</i>” ucap sang ibu balik bertanya dan memandang Revan dengan penasaran.</p><p>“<i>Bisakah ibu menjaga Niva untukku?</i>” minta Revan pada sang ibu.</p><p>“<i>Tanpa kamu minta pun, ibu akan menjaganya Revannn!!!</i>” ucap sang ibu sambil memegang kepala Revan dan mengacak-acak rambutnya yang tipis.</p><p>Revan dan ibunya pun mengobrol hingga benar-benar larut malam. Tak terasa, obrolan mereka di malam itu juga mengundang air mata yang membasahi pipi mereka. Yang pasti air mata itu adalah air mata bahagia walaupun hati mereka tak ikhlas.</p><h3 style="text-align: center;"><span style="color: red;">EPISODE 2 “RASA INGIN TAHU NIVA”</span></h3><p>Pagi yang cerah bagi seorang Niva. Gadis berjilbab sederhana dan menggunakan kacamata yang seolah membuktikan bahwa dirinya adalah gadis paling cantik diantara gadis-gadis di sekolahnya. Gadis berumur 17 tahun itu adalah siswi SMA kelas 2.</p><p>Sebuah kebiasaan yang tak pernah ia tinggalkan saat jam istirahat yaitu membaca sebuah buku. Di temani satu botol air minum dan duduk di antara teman-temannya yang mengobrol dengan asiknya. Ia tak sedikit pun merasa terganggu. Karena dia dan buku seperti sudah terhubung secara batin.</p><p>Ya, hobi gadis itu adalah membaca. Sudah tak terhitung berapa buku yang pernah ia baca. Dari sekian banyak buku yang ia baca ada beberapa buku yang sangat spesial bagi dirinya.</p><p>Yaitu ada 5 buku yang menurutnya spesial. Kelima buku tersebut Niva miliki ketika ia berumur 10 tahun. Dan buku-buku tersebut tidak lain adalah buku milik kakaknya.</p><p>Niva sangat mengistimewakan kelima buku tersebut karena kelima buku tersebut pernah dibaca dan sangat disukai oleh kakaknya. Selain itu, buku-buku tersebut adalah satu-satunya warisan dari kakak Niva yang bernama Revan.</p><p>Revan meninggal tepat 2 hari setelah mengobrol dengan Niva saat Niva masih berusia 5 tahun. Saat itu Niva belum mengerti apa arti dari sebuah kematian. Yang ia tahu dulu kakaknya yang pergi dan ditutupi rapat dengan kain putih, lalu kakaknya dibawa oleh banyak orang menuju kesuatu tempat yang Niva tidak ketahui.</p><p>Tapi kini Niva sudah menjadi seorang remaja yang sangat cerdas, bahkan melebihi kakaknya.</p><p>Di usianya yang sudah 17 tahun bahkan akan menginjak usia 18 tahun, Niva belum mengetahui apa sebab kakaknya meninggal.</p><p>Dan hal itulah yang membuat Niva mempunyai banyak pertanyan tentang kakaknya. Tapi ibu Niva selalu saja mengelak ketika Niva bertanya tentang kakaknya terutama tentang kamar kakaknya yang sama sekali belum pernah Niva masuki.</p><p>Tapi dari semua keanehan yang ia dapati itu, ada satu hal yang sangat mengganggu dirinya yaitu tentang kelima buku kakaknya itu.</p><p>Dari bnayak buku yang Niva baca, setiap buku selalu menyertakan biografi atau cuplikan tentang penulis bukunya. Tapi di kelima buku milik almarhum kakaknya itu, tidak ada satu kalimat pun tentang sang penulis.</p><p>Di buku itu hanya tertulis nama dari penulis kelima buku tersebut yaitu Art Naver. Saat Niva berusaha mencari tahu tentang penulis tersebut di internet tak satupun Niva menemukan profil dari penulis itu.</p><p>Niva sudah beberapa kali ingin menanyakan pada ibunya tentang siapakah penulis kelima buku itu, tapi Niva tidak berani. Karena ia takut ibu tidak mau memberitahunya dan malah mengelak lagi.</p><p>Tapi pada suatu malam tepatnya setelah makan malam bersama keluarga yang terdiri dari Niva, ibu dan ayah. Niva berusaha memberanikan diri untuk bertanya pada ibu dan ayahnya.</p><p>“Ibu…” ucap Niva memanggil ibunya dengan suaranya yang sangat lembut.</p><p>“<i>Iya Niva, ada apa?</i>” jawab sang ibu semabari membereskan meja makan. “<i>Katakanlah!</i>” tambah sang ibu yang membuat Niva sedikit kaget dan memandang ibunya.</p><p>“<i>Apakah ibu tahu apa yang akan aku tanyakan?</i>” tanya Niva lagi-lagi dengan suara lembutnya sambil melihat sang ibu dengan heran.</p><p>“<i>Tidak!</i>” jawab sang ibu dengan tersenyum. “<i>Cepatlah bertanya sebelum ibu tertidur karena mendengar suaramu yang lembut itu.</i>” ujar sang ibu meledek Niva yang membuat sang ayah tertawa.</p><p>“<i>Kamu sudah besar Niva, bahkan besok pagi kamu sudah berumur 18 tahun. Jadi kamu tak perlu takut untuk bertanya, yakinlah dengan pertanyaanmu.</i>” Ucap sang ayah kepada Niva sambil tersenyum.</p><p>Mendengar ucapan ayahnya Niva pun segera bertanya tentang siapa Art Naver.</p><p>“<i>Apakah ayah dan ibu tahu siapakah Art Naver?</i>” tanya Niva dengan terbata-bata. “<i>Maksudku orang yang menulis kelima buku yang kakak wariskan padaku.</i>” Ucap Niva memperjelas pertanyaannya.</p><p>Mendengar pertanyaan itu dari anak gadis mereka, ayah dan ibu hanya saling memandang. Ibu yang akan berjalan menuju dapur pun berhenti lalu kembali kemeja makan dan duduk di kursi tepat di samping Niva.</p><p>“<i>Niva, ibu tidak begitu banyak tahu tentang apa yang dibaca oleh kakak mu dulu.</i>” Ucap sang ibu dengan memandang mata Niva yang tertutupi oleh kacamata. “<i>Apalagi tentang siapa itu Art Naver.</i>” Ujar sang ibu sambil tersenyum dan memandang sang ayah.</p><p>“<i>Apakah kamu sudah mencoba mencarinya di internet?</i>” Tanya sang ayah pada Niva.</p><p>“<i>Sudah ayah, tapi aku tak menemukan apapun tentang penulis itu.</i>” Jawab Niva dengan nada kecewa. “<i>Apakah mungkin kakak juga tidak tahu tentang penulis buku-buku itu.</i>” Ucapnya dengan nada bingung.</p><p>“<i>Niva, sebenarnya kakak mu, tidak hanya memberikan 5 buku itu saja.</i>” Ujar sang ibu sambil menuju ke kamar kakak untuk mengambil sesuatu.</p><p>Saat keluar dari kamar sang kakak, ibu membawa sesuatu.</p><p>“<i>Sebenarnya ini adalah kado ulang tahun mu ke 18 tahun dari kakakmu. Bahkan ia telah menyiapkanya khusus untukmu.</i>” Ucap sang ibu sambil memberikan bingkisan yang berbentuk seperti buku. “<i>Karena malam ini kamu masih berumur 17 tahun, ibu harap kamu membuka kado ini besok pagi, ketika kamu sudah berumur 18 tahun, Niva.</i>” Ujar sang ibu sambil mencubit dagu Niva.</p><p>“<i>Tapi bu, bagaimana mana mungkin kakak menyiapkan kado ini, kenapa seolah dia tahu bahwa dia akan pergi. Apakah kakak meninggal karena suatu penyakit?</i>” Tanya Niva sambil meneteskan air.</p><p>“<i>Dia hanya berpesan padaku, bahwa kamu akan mengetahuinya setelah membaca buku keenam yang ia miliki.</i>” Ucap sang ibu yang berurai air mata.</p><p>“<i>Kenapa ibu tidak mengataknya saja padaku sekarang?</i>” tanya Niva sambil menangis tersedu-sedu.</p><p>“<i>Tidak Niva, tidak! Itu semua permintaan kakakmu!</i>” Jawab sang ibu sambil mengingat saat-saat Revan menitipkan kado untuk ulang tahun adiknya di masa depan.</p><p>Niva pun hanya memandangi kado dari kakaknya itu dan membasahinya dengan air mata.</p><p>Sang ayah yang melihat kedua perempuan itu menagis, lalu memeluk keduanya dengan sangat erat. Terlihat mata sang ayah memerah, namun sang ayah tak mampu untuk ikut menagis.</p><h3 style="text-align: center;"><span style="color: red;">EPISODE TERAKHIR “BUKU TERAKHIR”</span></h3><p>Pagi itu jam menunjukan pukul 4, seperti biasa Niva sudah pergi melangkahkan kaki bersiap untuk segera melaksanakan solat subuh.</p><p>Tak ada yang bisa menghalangi ataupun menggoda Niva saat akan melaksanakan sholat subuh. Bahkan rasa penasarannya terhadap kado dari almarhum kakaknya itu tidak dapat menggoyahkan niatnya untuk segera sholat subuh.</p><p>Setelah selesai sholat subuh biasanya Niva akan bergabung dengan ibunya di dapur. Tapi tidak untuk pagi itu. Memang Niva mampu menahan rasa penasaran tentang isi kado itu demi sholat. Tapi ia tidak mampu untuk menahan penasarannya hanya karena membantu ibu memasak. Karena ibu juga pasti akan memaklumi Niva.</p><p>Di kamarnya, Niva baru saja selesai bersih-bersih. Terlihat matanya selalu memandang ke bingkisan yang berwarna hijau itu. Dia pun mengambil bingkisan tersebut yang berada di dekat bantal tidurnya. Tangan yang lembut itu akhirnya memegang kado yang sejak semalam di basahi oleh air mata, dan sebentar lagi kado itu akan segera di buka.</p><p>Setelah memandangi kado itu cukup lama sambil menebak-nebak isinya, Niva pun segera membukanya, tapi membukanya pun ia tidak sembarangan. Niva tak ingin merusak sedikit pun kado dari kakaknya itu. Perlahan tapi pasti kado itupun terbuka dengan sempurna tanpa sebuah sobekan sedikit pun, walaupun ada itu hanya bekas menggunting saja.</p><p>Setelah terbuka, ternyata Niva justru tidak begitu kaget dengan isi kado itu karena Niva sudah menduga bahwa kado dari kakaknya itu adalah buku. Dan buku itu adalah buku ke-6 yang kakaknya berikan. Walaupun Niva sudah menduganya bahwa isinya buku tapi Niva tetap penasaran buku tentang apa itu.</p><p>Buku itu berjudul “Duri Kecil” dan tertulis juga nama penulis buku itu yang lagi-lagi penulisnya adalah Art Naver. Tanpa berpikir panjang Niva pun segera membaca buku itu.</p><p>Buku itu tidak jauh berbeda dari buku-buku sebelumnya. Tentu saja karena penulisnya masih sama. Di buku hadiah ulang tahun ke-18 Niva itu mengkisahkan seorang anak laki-laki yang bahagia bersama keluarganya. Namun kebahagian itu mulai pudar ketika anak kecil itu mengidap penyakit. Semua keluarganya hanya bisa pasrah. Anak kecil itu merasa bahwa dirinya adalah duri kecil yang hanya merepotkan keluarganya.</p><p>Setelah selesai membaca buku yang tak terlalu tebal itu tiba-tiba Niva menemukan sesuatau yang sebelumnya belum pernah ia temukan di 5 buku warisan kakak. Apakah itu? Tentu saja itu adalah tentang riwayat penulis. Di buku itu terdapat informasi tentang Art Naver.</p><blockquote><p>Art Naver adalah julukanku sebagai penulis. Dari nama julukanku cukup kamu balik kata kedua, lalu tambahkan huruf “a” pada kata pertama maka itulah nama asliku. Hanya dari kamarku kamu akan tahu tentang diriku.</p></blockquote><p>Setelah Niva membaca sedikit tentang Art Naver, Niva sadar selama ini buku yang ia baca, buku yang ia istimewakan dan buku warisan dari kakaknya itu tidak lain adalah karya dari kakaknya juga yaitu Revan yang bernama lengkap Arta Revan .</p><p>Niva terkejut dan tak pernah berpikir bahwa nama itu akan menjadi nama kakaknya jika di balik. Ia merasa dirinya terlalu terkecoh oleh karya kakaknya. Memang sebelumnya Niva hanya fokus mencari informasi tentang Art Navar tanpa berpikir ada sebuah teka-teki pada nama itu.</p><p>Karena teka-teki itu Niva benar-benar penasaran tentang kakaknya yang sudah menulis ke-6 buku itu. Ia ingin segera melihat kamar Revan dan ingin lebih tahu banyak tentang kakaknya itu.</p><p>Gadis itu tahu, kepada siapa dia harus bertanya kunci kamar kakaknya dan meminta izin untuk memasukinya. Ya, tentu saja kepada sang ibu.</p><p>“<i>Ibu! Ibu!</i>” kata yang terucap dari mulut Niva sambil berlari mencari ibunya.</p><p>Setelah menemukan ibunya yang sedang menjemur pakaian. Niva segera berlari dan memeluk sang ibu sambil membawa buku ke-6 milik kakaknya.</p><p>“<i>Aku mohon bu! Izinkan aku masuk ke kamar kakak.</i>” Ucap Niva sambil meneteskan air matanya, dan terdengar suara Niva yang lembut sambil menahan tangisnya.</p><p>“<i>Apakah kamu sudah selesai membaca buku itu?</i>” tanya sang ibu sambil melepas pelukan Niva dengan lembut dan memandang kacamata Niva yang basah karena air mata.</p><p>Niva pun hanya menganggukan kepalanya saja sambil tetep menahan tangis.</p><p>“<i>Bawalah kunci ini dan jaga baik-baik!</i>” ucap ibu sambil memberikan kunci kamar Revan. “<i>Perlu kamu tahu Niva, ibu selalu membawa dan menjaga kunci ini kemana pun ibu pergi karena ibu tak mau mengecewakan kakakmu. Aku selalu melarangmu masuk ke kamar itu karena itu permintan Revan. Ia meminta agar kamu masuk setelah umur 18 tahun dan kamar itu juga adalah warisan darinya untukmu.</i>” Ujar ibu sambil membayangkan Revan saat menitipkan kunci kamarnya.</p><p>“<i>Satu lagi Niva, kamu boleh menggunakan apapun yang ada di kamar itu, tapi tolong…kamu harus mengembalikannya seperti posisi semula. Karena selama ini ibu hanya membersihkan kamar itu tanpa merubah posisi satu benda pun. Jadi biarkanlah kamar itu tetap seperti saat terakhir Revan meninggalkannya.</i>” Ucap sang ibu sambil menahan tangisnya.</p><p>Niva yang mendengarkan penjelasan sang ibu langsung memeluk ibunya lagi.</p><p>“<i>Mulai sekarang biarkan Niva yang merawat kamar kakak Revan bu.</i>” Ujar Niva dengan tetap memeluk sang ibu dan sudah berhenti dari tangisannya.</p><p>Setelah itu Niva pun segera menuju ke kamar kakaknya. Kamar yang selama ini hanya pintu saja yang dapat ia lihat, tapi kini ia akan memasuki dan mengetahui segala isinya. Ia berharap akan mengenal kakaknya lebih jauh lagi setelah mengamati kamar itu.</p><p>Kini Niva sudah di depan pintu. Perasaannya campur aduk, dan ia bingung untuk mengekspresikannya. Kali ini Niva sudah berhasil membuka pintu kamar itu. Saat membuka pintu itu Niva mendengarkan suara.</p><p>Suara itu adalah suara pintu yang sudah tua. Walaupun pintu itu sebenarnya masih terlihat bagus.</p><p>Saat Niva mengalihkan perhatiannya dari pintu yang bersuara itu, ia benar-benar dikagetkan dengan kamar kakaknya walaupun ia belum menyalakan lampu di kamar itu. Dalam kegelapan kamar itu Niva dapat melihat lemari besar yang terbuat dari kayu dan pintu lemari itu terbuat dari kaca. Niva menduga itu adalah tempat untuk menempatkan buku-buku milik kakaknya.</p><p>Setelah Niva menyalakan lampu kamar kakaknya. Niva tahu dugaannya itu benar, tapi jumlah buku di lemari itu benar-benar di luar dugaan Niva karena di lemari besar itu banyak sekali buku dan lebih banyak dari yang pernah ia baca. Niva pun segera mengamati lemari berisi buku tersebut.</p><p>Setelah mengamati lemari itu, tiba-tiba Niva penasaran dengan bagian pojok dari kamar kakaknya yang tepat bersebelahan dengan lemari buku. Ya, di pojok kamar itu terdapat komputer jadul yang tidak lain adalah komputer yang dulu digunakan oleh kakak Niva. Niva pun menuju ke komputer itu.</p><p>Saat mengamati komputer itu, tiba-tiba Niva melihat hal yang lebih menarik lagi. Terlihat ada peralatan menulis yang sangat lengkap yang di tempatkan di keranjang kecil. Di samping keranjang peralatan menulis itu terdapat sebuah buku. Di sampul buku tersebut terdapat tulisan “Buku terakhir”.</p><p>Dengan ragu-ragu Niva berniat membuka buku itu. Saat ia menyentuh buku itu tiba-tiba Niva teringat pesan ibunya bahwa ia harus mengembalikan posisi benda apapun yang digunakan olehnya ke posisi semula. Karena hal itu, Niva pun mengamati dan berusaha mengingat-ingat posisi buku itu sebelum ia membukanya.</p><p>Setelah itu ia segera membuka sampul buku berwarna putih tersebut. Terdapat tulisan tangan di balik sampulnya.</p><blockquote><div style="text-align: center;">Assalamualaikum</div><p>Hai Niva, kakak harap kamu membaca tulisan ini saat kamu berusia 18 tahun. Aku yakin di usiamu yang ke-18 tahun kamu adalah seorang gadis yang sangat cantik dan aku juga yakin kamu pasti paling cantik dia antara teman-temanmu. Karena aku tahu dari kecil kamu memang cantik Niva.</p><p>Ibu berkata padaku bahwa kamu mirip denganku, dan kamu akan suka membaca sepertiku. Aku sangat senang saat ibu berkata seperti itu. Dan aku berharap kamu juga bisa menjadi dokter seperti yang kamu inginkan. Walaupun aku sendiri sangat tidak menyukai dokter. Tapi setelah kamu mengatakan ingin menjadi dokter, mulai saat itu aku berusaha menyukai dokter, Niva.</p><p>Maafkan aku Niva, aku tak bisa mendampingi masa pertumbuhanmu. Aku menderita kanker otak stadium akhir. Dan aku divonis akan segera meninggalkan dunia oleh dokter yang seenaknya sendiri menentukan hidupku.</p><p>Aku benar-benar tak percaya lagi pada dokter ketika mbok Imah sembuh selayaknya ketika beliau sehat setalah anak-anaknya menjengung beliau. Padahal mbok Imah sudah diperkirakan akan meninggal dalam jangka waktu 8 jam oleh dokter.</p><p>Tapi perkiraan dokter-dokter itu juga tidak sepenuhnya salah karena ketika mbok Imah selesai membagi harta warisan kepada anak-anaknya beliau akhirnya meninggal dunia. Dan saat itu juga aku tak lagi menganggap remeh vonis dari dokter untuk diriku.</p><p>Belajar dari mbok Imah, aku pun memanfaatkan sisa hidupku untuk menyiapkan kado ulang tahun ke-18 mu. Dan maaf, aku hanya bisa memberikanmu ke-6 buku dan kamarku itu sebagai kado atau bisa juga kamu sebut sebagai warisan. Dan buku ini adalah buku ketujuku atau buku terakhirku yang aku wariskan padamu juga. Karena ketuju buku karyaku adalah salah satu hartaku yang sangat berharga setelah dirimu, ayah dan ibu.</p><p>Dan titip salamku untuk ayah dan ibu, terima kasih telah memenuhi permintaan-permintaan terakhirku.</p><p>Selamat ulang tahun ke 18 Arta Niva, aku akan selalu menyayangimu sama seperti saat kamu masih kecil.</p><div style="text-align: center;">Wassalamualaikum.</div><div style="text-align: right;"></div><div style="text-align: right;">Salam terakhir</div><div style="text-align: right;"><b>Arta Revan</b></div></blockquote><p>Tak ada yang bisa dilakukan oleh Niva selain menagis dan menagis. Dia hanya terduduk lemas di kasur sang kakak dan tak pernah menyangka sang kakak akan meninggalkan pesan yang jauh-jauh hari di siapkan khusus untuk dirinya.</p><p>Niva pun berusaha untuk membaca buku terakhir kakaknya itu. Dengan menangis tersedu-sedu ia tetap membacanya dan membasahi tiap halaman buku itu dengan air mata.</p><p>Buku terakhir yang ditulis kakaknya itu bercerita tentang hari-hari terakhir sang kakak bersama Niva yang masih kecil.</p><p>Sejak saat itu Niva menganggap kakaknya sebagai penulis terhebat karena mampu merancang sebuah masa depan.</p><p><span style="color: #38761d;">SELESAI</span></p></div><p></p><a name='more'></a><p></p><p></p><!--more--><p></p><p></p><!--more--><p></p><p></p><!--more--><p></p><p></p><!--more--><p></p><p></p><!--more--><p></p><p></p><!--more--><p></p><p></p><!--more--><p></p><p></p><!--more--><p></p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-67185803358284629982018-03-26T22:44:00.000+07:002023-02-19T13:18:28.992+07:00Kebenaran Sang Gadis Desa<div dir="ltr" style="text-align: left;"><div><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></div></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg11GvXrHd0PT9ofkOQ0GUBgghjHPfzC4wAkvzNtoMNW_B9kW3UhGCsygzcA3Cs8IM60lDLywuQDm_uHYmPi-IDIQiQVsjoQY253dlk4hlOxIssNIJY1-kgYRK29MAlkxwGf9dcSFmwWd3lC6WJRwiIZ360-n5LNIZSBhdYCScW1O-Tuu4IQEm_JkEL/s768/cerpen-kebenaran-sang-gadis-desa.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Kebenaran Sang Gadis Desa" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg11GvXrHd0PT9ofkOQ0GUBgghjHPfzC4wAkvzNtoMNW_B9kW3UhGCsygzcA3Cs8IM60lDLywuQDm_uHYmPi-IDIQiQVsjoQY253dlk4hlOxIssNIJY1-kgYRK29MAlkxwGf9dcSFmwWd3lC6WJRwiIZ360-n5LNIZSBhdYCScW1O-Tuu4IQEm_JkEL/w400-h225/cerpen-kebenaran-sang-gadis-desa.png" title="Cover Cerpen Kebenaran Sang Gadis Desa" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Kebenaran Sang Gadis Desa</td></tr></tbody></table><p><a name="more"></a>Terlihat seorang pemuda yang berusaha nyaman untuk tidur di sebuah sofa. Pemuda tampan berkumis tipis itu sedang bermalas-malasan. Karena ia baru saja melakukan perjalanan jauh dari kota ke desa. Bersama rombongan keluarga kecilnya. Ia berlibur ke kediaman bibinya yaitu adik perempuan dari ayahnya.</p><p>Merasa lelah adalah hal pasti, karena perjalanan dari kota ke desa membutuhkan banyak energi. Ya, walaupun menaiki mobil tetep saja sangat melelahkan.</p><h3 style="text-align: center;"><span style="color: red;">EPISODE 1 “ITUKAH GADIS DESA”</span></h3><p>Di sebuah desa yang sangat jauh dari hingar bingar suasana bising kota. Edo hanya berdiam diri dan menunjukan wajah kusutnya yang menandakan perasaanya sadang kesal di pagi yang cerah itu.</p><p>Entah hal apa yang membuatnya menjadi kesal jika pergi ke desa, tapi satu hal yang jelas menjadi masalah bagi Edo yaitu tidak adanya sinyal di desa.</p><p>Ya, itulah satu-satunya masalah besar yang sedang dihadapi Edo. Ia terlihat seperti orang bingung jika tiada sinyal untuk hp ataupun laptop miliknya.</p><p>Tentu saja menjadi masalah besar bagi Edo karena ia adalah pemuda yang sangat aktif di media sosial. Dia akan merasa tertinggal jika ia tak membuka akun media sosialnya.</p><p>Dirumah bibinya Edo hanya duduk dan tiduran saja tanpa ada kegiatan yang bisa ia lakukan.</p><p>“<i>Edo, kamu nggak mau jalan-jalan keliling desa.</i>” Tawar sang bibi sambil tersenyum.</p><p>“<i>Emang di desa ada apaan Bi?</i>” Tanya Edo sambil memajukan bibir bawahnya. “<i>Palingan cuman pemandangan doangkan. Kalau cuma pemandangan, di taman kotaku juga bagus tamannya. Malah lebih indah dengan gadis-gadis cantiknya.</i>” Ujar Edo.</p><p>“<i>Masa sih?</i>” tanya bibi sambil menurunkan satu alisnya. “<i>Kalau di sini, soal gadis cantik nggak kalah loh, Do.</i>” Ujar bibi dengan nada menggoda.</p><p>“<i>Tetep kalah cantiklah sama yang di kota, gadis kota jelas lebih pinter make upnya.</i>” Tegas Edo menyakinkan sang bibi bahwa gadis kota lebih cantik dari gadis desa.</p><p>“<i>Aduhh… aduh… gadis kota musti make up dulu buat cantik. Kalah dong sama gadis desa yang cantik tanpa harus pake makup.</i>” Jelas sang bibi.</p><p>“<i>…</i>” Edo hanya terdiam mendengar pendapat sang bibi.</p><p>Edo pun berusaha bangkit dari posisi duduknya. Dan dia keluar menuju halaman rumah sang bibi yang penuh dengan bunga.</p><p>“<i>Edo mau ke mana?</i>” Tanya bibi dengan nada agak bertriak dan kepo.</p><p>“<i>Mau lihat-lihat bunga di sekeliling desa!</i>”. Ucap Edo balas bertriak kepada bibinya dari kejauhan.</p><p>“<i>Ngapain keliling desa, lagian bibi sudah koleksi semua bunga yang ada di desa ini.</i>” Ucap bibi yang menyusul ke depan pintu rumah dan melihat Edo mulai berjalan ke jalan desa.</p><p>“<i>Di tempat bibi sempit tamannya.</i>” Jawab Edo sambil tersenyum dan berjalan santai.</p><p>“<i>Terserahlah, hati-hati ya!. Nanti kalau kesasar tanya saja ke orang, di mana rumah bi sopiah!</i>” Jelas sang bibi dengan nada agak khawatir.</p><p>Edo pun berjalan santai dan berniat untuk keliling desa. Tapi bukan untuk melihat atau mencari tanaman bunga melainkan mencari bunga desa.</p><p>Setelah beberapa kali bertemu orang di jalan namun dia sama sekali tidak menemukan satu gadis pun di desa itu.</p><p>Edo terheran-heran karena di pagi secerah itu ia tak menemukan seorang gadis pun. Berbeda dengan di kota. Jangankan pagi, malam pun gadis-gadis banyak yang berkeliaran. Edo merasa kecewa dan menyesal tak bisa menemui satu gadis pun di desa itu.</p><p>“<i>Tau begini mending tidur saja tadi. Buang-buang waktu banget.</i>”. Ujar Edo kecewa berat.</p><p>Edo akhirnya berbalik arah untuk pulang. Saat berbalik, Edo berpapasan dengan motor besar yang dikendarai oleh seorang laki-laki bertubuh tegap dan membonceng seorang gadis cantik dibalut jilbab coklat. Mata gadis itu terlihat indah dengan hidungnya yang sedikit pesek namun kulitnya begitu putih dan bersih tanpa make up, dan benar-benar khas seorang gadis desa.</p><p>Gadis desa itu pun tak sengaja melihat Edo berdiri di jalan, dan gadis itu memandang Edo dengan tatapan lembut lalu sedikit menganggukkan kepalanya, menandakan sedang menyapa Edo.</p><p>Saat melihat gadis itu menyapa, Edo hanya memikirkan satu hal. Yaitu betapa cantik sekali gadis berjilbab coklat itu. Edo pun hanya menga-nga melihat gadis desa yang pertama ia lihat di desa itu . Namun pandangan Edo terhenti ketika laki-laki yang membonceng gadis itu menoleh ke arah Edo.</p><p>“<i>Apakah itu suaminya?</i>” Tanya Edo dalam hati. Dan tampak ia masih penasaran pada perempuan cantik itu.</p><p>Ia pun segera pulang untuk bertanya banyak hal kepada bibinya. Sambil berjalan pulang Edo terheran-haran dan tak pernah menyangka ia akan bertemu dengan gadis secantik itu. Tapi Edo juga penasaran siapakah laki-laki yang memboceng sang gadis cantik itu. Apakah laki-laki itu sumainya?</p><h3 style="text-align: center;"><span style="color: red;">EPISODE 2 “PEMALUNYA SEORANG BUNGA DESA”</span></h3><p>Sesampainya di depan rumah, Edo segera mencari sang bibi. Namun, belum juga mulai mencari, Edo malah dipanggil oleh bibinya yang berada di taman sekaligus kebun sayur di depan rumah bibi.</p><p>“<i>Edo, puas nggak lihat bunga di sekitar desa?</i>” tanya sang bibi sambil memetik cabe.</p><p>“<i>Nggak puas bi, justru sangat mengecewakan!</i>” jawab Edo sambil menghampiri sang bibi.</p><p>“<i>Loh kok mengecewakan sih, bukannya di desa bunganya bagus-bagus.</i>” Ujar bibi sambil menatap Edo dengan wajah bingung.</p><p>“<i>Kalau soal bunga memang bagus, bi. Tapi kenapa, di desa ini nggak ada gadis sama sekali ya?</i>” tanya Edo kepada bibinya</p><p>“<i>Loh sebenernya kamu mau lihat bunga atau mau melihat gadis desa?</i>” Ujar bibi balik bertanya pada Edo. “<i>Lagian kalau di desa, jam pagi seperti ini mah nggak bakal ada gadis main atau keluar rumah. Karena mereka sedang sibuk beres-beres rumah. Jadi gadis desa jangan kamu samain dengan gadis kota.</i>” Jelas bibi pada Edo.</p><p>“<i>Tapi bi, aku tadi sempet di sapa sama gadis cantik di jalan! Cantikkk sekali gadis itu pakai jilbab, bibi tahu nggak namanya?</i>” tanya Edo pada bibi dengan nada kepo.</p><p>“<i>Gimana bibi bisa tau namanya, di desa ini hampir semua gadis pake jilbab Edo, gadis berjilbab mana yang kamu maksud?”</i> Tanya bibi sambil memasukan cabe yang baru dipetik ke dalam bungkusan yang terbuat dari koran bekas.</p><p>“<i>Gadis itu dibonceng laki-laki tegap pake motor gede, bi. Gak tahu deh, laki-laki itu kakak atau suaminya.</i>” Ujar Edo dengan nada ragu.</p><p>“<i>Ooh, kalau gadis itu bibi tahu.</i>” Ujar bibi sambil menganggukan kepalanya. “<i>Laki-laki itu kakaknya, bukan suaminya. Memang gadis itu selalu dikawal terus oleh kakaknya.</i>” Ucap bibi memberitahu Edo. “<i>Terus kenapa kamu tanya soal bunga desa itu? Atau kamu naksir ya sama gadis itu.</i>” tanya bibi dengan nada menggoda.</p><p>“<i>Apaan sih bi, ngada-ngada aja.</i>” Ujar Edo dengan malu-malu. “<i>Tapi bi, memang beneran dia bunga desa di desa ini.</i>” Tanya Edo dengan semangat.</p><p>“<i>Iya, dia gadis yang sangat baik, pintar, patuh pada orang tua, sholehah dan dia gadis paling cantik di antara gadis-gadis cantik di desa ini. Jadi pantas gelar itu diberikan kepadanya</i>” Jelas bibi pada Edo yang mendengarkan dengan seksama dan seperti sedang menghayalkan sesuatu.</p><p>“<i>Tapi lebih baik kamu nggak usah mengharap gadis itu deh.</i>” Saran bibi kepada Edo yang sedang melamun dan tak mendengar saran tersebut. “<i>Heh, dibilangin malah ngelamun?</i>” tegur sang bibi sambil tersenyum dan memecah lamunan Edo.</p><p>“<i>Bibi minta tolong, antarin cabe ini ke warung, kamu bisakan?</i>” ucap sang bibi meminta tolong kepada Edo.</p><p>“<i>Oh… bisa bi!</i>” jawab Edo dengan semangat.</p><p>“<i>Lokasi warungnya deket kok, kamu tinggal ikutin aja jalan yang kamu lewatin tadi. Ntar juga ketemu warungnya.</i>” Ucap bibi memberi petunjuk kepada Edo sambil memberikan cabe yang sudah dibungkus rapi dan dimasukan dalam kantong plastik.</p><p>Edo pun mulai berjalan menuju ke warung, tapi berhenti dan menoleh ke arah sang bibi.</p><p>“<i>Boleh tahu nggak bi, rumah gadis itu dimana ya?</i>” tanya Edo kepada sang bibi sambil menaik turunkan alisnya.</p><p>“<i>Entar setelah nganter cabenya bibi kasih tau.</i>” Jawab bibi dengan santai sambil berjalan masuk ke rumah.</p><p>Edo akhirnya pergi menuju warung untuk mengantarkan cabe milik bibinya. Sesampainya di warung, terlihat tak ada satu orang pun di warung itu. Edo pun berusaha memanggil-manggil pemilik warung, namun tetap tak ada jawaban.</p><p>Edo pun menuju kerumah sang pemilik warung yang berada tepat di belakang warung. Saat Edo berdiri di depan teras terlihat di dalam rumah itu terdapat gadis yang bergelar bunga desa.</p><p>Ya, gadis itu adalah gadis yang sama yang ia temui tadi pagi. Terlihat gadis itu berpakaian rapi seperti seorang santri dari pesanten. Gadis itu sedang membaca sebuah buku dengan serius dan duduk di lantai.</p><p>Dari kejauhan Edo membaca cover buku yang sedang gadis itu baca. Buku itu berjudul “<i>ISTRI YANG BAIK DAN SHOLEHAH</i>”.</p><p>Setelah membaca judul buku itu Edo hanya menga-nga dan Edo terkagum-kagum melihat gadis itu, yang sudah belajar hal seperti itu. Berbeda sekali dengan gadis kota yang masih asik memikirkan kesenang.</p><p>“<i>Mas, nyari siapa ya?</i>” tanya seorang lelaki yang berada di samping Edo dan mengalihkan perhatian Edo dari gadis itu.</p><p>“<i>Ooh.. mas, i..ini saya mengantar cabe dari Bu Sopiah.</i>” Jawab Edo terbata-bata sambil memberikan bungkusan cabe kepada lelaki itu, yang tidak lain adalah kakak dari gadis cantik yang ia pandangi dari tadi.</p><p>“<i>Ow, Bu Sopiah ya, tunggu bentar ya mas. Saya timbang dulu cabenya, mas tunggu di depan warung saja!</i>” ujar lelaki tegap itu sambil berjalan menuju warung.</p><p>Edo pun berjalan menuju ke depan warung dan meninggalkan gadis cantik itu. Saat Edo berjalan menuju warung, gadis itu berhenti membaca dan menaruh bukunya itu dilantai lalu meminum segelas teh hangat yang ada di sampingnya sambil melirik memperhatikan Edo.</p><p>Tak sengaja Edo menoleh ke arah gadis yang sedang memperhatikannya itu. Gadis itu pun malu, karena ketahuan sedang curi-curi pandang. Pipi gadis itu pun memerah menandakan ia benar-benar sedang merasa malu.</p><p>Gadis itu langsung meletakan gelasnya dan segera mengambil buku untuk melanjutkan membaca sekaligus untuk menutupi wajahnya yang memerah. Edo hanya tersenyum melihat tingkah gadis desa itu.</p><p>Edo pun pulang setelah menerima sejumlah uang dari kakak gadis cantik itu. Saat pulang dengan berjalan kaki, Edo tersenyum-senyum sendiri karena teringat tingkah gadis desa itu. Tapi ada satu hal yang menganggu pikiran Edo.</p><p>Ya, Edo belum mengetahui siapa nama gadis itu. Oleh karena itu Edo bergegas menuju rumah dan ingin segara menanyakan sesuatu hal lagi.</p><p>Tentu saja bukan bertanya tentang dimana rumah gadis itu, melainkan dia akan bertanya tentang siapa nama gadis desa itu.</p><p>Dan Edo juga berencana untuk mencari tahu tentang profil gadis itu di media sosial.</p><h3 style="text-align: center;"><span style="color: red;">EPISODE TERAKHIR “KIRIMAN SANG GADIS DESA”</span></h3><p>Sang bibi terlihat sedang memotong kacang panjang yang akan dijadikan menu makan nanti sore. Dengan memandang ke arah luar rumah, terlihat bibi sedang memperhatikan Edo berjalan masuk kehalaman rumah dengan wajah berseri-seri. Sang bibi pun hanya tersenyum dan sambil menggelengkan kepalanya.</p><p>“<i>Dasar anak muda.</i>” Ucap sang bibi dalam hati.</p><p>“<i>Bagaimana do, warungnya ketemukan?</i>” Tanya bibi pada Edo yang memasuki rumah.</p><p>“<i>Ah bibi bisa aja nih, bukannya ngasi tahu dari awal kalau gadis itu yang punya warung.</i>” Ujar Edo sambil menahan senyumnya.</p><p>“<i>Nah, tapi sekarang sudah tahukan rumah gadis itu</i>.” Ujar bibi dengan nada menggoda dan sambil menerima uang dari Edo.</p><p>Setelah Edo memberikan uang dari hasil jual cabe, Edo langsung duduk di dekat sang bibi untuk menanyankan sesuatu.</p><p>“<i>Bi, nama gadis itu siapa?</i>” Tanya Edo dengan nada pelan seperti orang berbisik.</p><p>“<i>Loh, kenapa tadi nggak tanya sekalaian?</i>” Ujar bibi balik bertanya.</p><p>“<i>Tadi yang nerima cabe kakaknya, jadi mana mungkin aku bertanya kepada kakaknya.</i>” Ujar Edo dengan nada melas.</p><p>“<i>Berarti kamu gak ketemu dong dengan gadis itu?</i>” Tanya bibi kepada Edo dengan ekspresi kaget.</p><p>“<i>Aku sih sempet lihat dia lagi baca buku di dalam rumah.” Jawab Edo sambil tersenyum. “Eh, terus siapa dong namanya?</i>” Tanya Edo dengan nada mengoda dan sambil menggoyangkan alisnya.</p><p>“<i>Namanya…siapa ya, kok bibi lupa ya.</i>” Ujar sang bibi menggoda Edo.</p><p>“<i>Ayolah bi, jangan bikin penasaran?</i>” ucap Edo yang sangat penasaran.</p><p>“<i>Udah lah lupain aja, ngapin sih nanyain nama di mulu.</i>” Ujar bibi yang tersenyum kepada Edo.</p><p>“<i>Ayolah bi, plisss. Aku cuma ingin kenal doang!</i>” Ujar Edo memohon pada sang bibi dengan muka melas dan terlihat imut dengan kumisnya yang tipis.</p><p>“<i>Namanya, Siti Auliya Safitri</i>.” Jawab sang bibi dengan lembut. “<i>Tapi kamu beneran cuma ingin kenal kan?</i>” Tanya sang bibi pada Edo, namun Edo hanya mematung dan tak mendengar pertanyaan bibinya itu.</p><p>Setelah mendengar nama tersebut Edo hanya terdiam, dan ia merasa sangat damai mendengar nama itu.</p><p>“<i>ahh, kebiasaan nih Edo, kalau dibilangin malah ngelamun!</i>” ujar sang bibi sambil meninggalkan Edo yang terdiam dan tersenyum aneh.</p><p>Nama tersebut terus berkeliaran dipikiran Edo tapi walaupun begitu Edo tetap mencatat nama tersebut. Karena nanti dia akan membutuhkannya untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sang bunga desa.</p><p>Satu minggu Edo berlibur di rumah sang bibi. Dan selama satu minggu itu setelah ia kenal dengan sang bunga desa dia selalu lari pagi dan melewati rumah gadis cantik itu hanya untuk sekedar melihat sang gadis desa itu.</p><p>Dan sampai akhirnya Edo harus menyudahi liburannya dan kembali ke kota.</p><p>Sinyal adalah hal yang sangat ia rindukan. Selain ingin bisa kembali aktif bermedia sosial ia juga ingin segera mencari tahu tentang profil dari sang gadis desa di media sosial.</p><p>Di perjalanan pulang dan di dalam mobil Edo tertidur pulas. Saat ia sudah memasuki wilayah perkotaan, hp Edo bergetar terus menerus karena pemberitahuan dari media sosialnya yang datang secara bersamaan.</p><p>Edo pun terbagun dari tidurnya karena hpnya yang terus bergetar. Ia pun segera membuka hpnya itu, tapi dia tidak langsung membuka semua pemberitahuan dari media sosialnya. Melainkan ia segera mencari profil tentang sang bunga desa.</p><p>Di media sosial facebook ia mencari profil gadis itu. Edo sedikit khawatir jika gadis itu tak mempunyai akun facebook karena di desa itu sangat sulit sekali mendapatkan sinyal.</p><p>Beruntung sang Edo, ia berhasil menemukan profil sang gadis itu. Terlihat foto profil gadis itu hanyalah gambar kartun muslimah. Namun foto sampul dari akun facebook itu adalah foto keluarga dari gadis desa itu yang meyakinkan bahwa itu benar-benar akun dari sang gadis desa.</p><p>Edo pun segera melanjutkan pemeriksaan terhadap akun gadis cantik itu. Di halaman about, Edo mendapati hobi sang gadis yaitu membaca buku, Edo tak heran karena dia mengtahui sendiri saat gadis itu sedang melakukan hobinya.</p><p>Di halaman foto, Edo hanya menemukan beberapa foto saja. Tak ada foto selfi dari gadis itu. Yang ada hanya foto-foto waktu perpisahan sekolah gadis itu dari saat SD, SMP dan sampai SMA.</p><p>Tampaknya akun facebook itu hanya untuk menyimpan kenangan-kenangan saja.</p><p>Lanjut di halaman kronologi.</p><p>Di halaman ini, Edo benar-benar dibuat menga-nga. Dan dia benar-benar kaget saat membaca halam kronologi sang bunga desa.</p><p>Saat Edo membaca kiriman terbaru dari gadis itu, Edo seperti terjatuh dan terlepas dari harapannya. Terlihat kiriman itu baru diterbitkan 3 hari yang lalu. Di kiriman tersebut terdapat sebuah foto yang seolah menjelaskan dan memberitahukan kepada Edo untuk segera melupakan sang bunga desa.</p><p>Ya, kiriman tersebut terdapat sebuah foto yaitu foto undangan yang tertulis lengkap nama sang gadis desa. Tentu saja itu adalah uandangan pernikahan.</p><p>Karena di kiriman tersebut tertulis penjelasan dari sang gadis cantik itu.</p><blockquote><p>“Mohon doanya teman-teman. Semoga pernikahan kami diberi keberkahan. Dan mohon doanya agar saya bisa menjadi istri yang baik dan sholehah”</p></blockquote><p>Dari tulisan yang terdapat di kiriman tersebut, ada tulisan yang tak asing bagi Edo.</p><p>Tentu saja tulisan itu sama persis dengan yang ia baca di cover buku yang gadis desa itu baca.</p><p>Edo pun hanya menghela nafas dengan perasaan kecewa. Dan ia kembali menutup hpnya lalu lebih memilih kembali tidur. Walaupun perasaannya tersebut sangat mengganjal dihatinya.</p><p><span style="color: #741b47;">Selesai</span></p></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-53508629385457093992018-03-17T08:10:00.000+07:002023-02-19T13:17:44.302+07:00Matahari Itulah yang Pantas Diperjuangkan<div dir="ltr" style="text-align: left;"><div></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFFDKj4JMB4yflcK3zfOPhCpTXiBLoLDGPxksxhljaKO-pCG1sRjTVUPisYeKA8ekyCWcATyRK2dsNm46wd2rr4YDmrkuScYvh9Wl_lpJk-SsktyO1pIR6-XSS8PW_mF19xFYlrd0EMq0qh2btW-r9Y9yakYJiKgIUxXC2FnQxKZHXa7od6pxcJOsY/s768/cerpen-matahari-itulah-yang-pantas-diperjuangkan.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Matahari Itulah yang Pantas Diperjuangkan" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFFDKj4JMB4yflcK3zfOPhCpTXiBLoLDGPxksxhljaKO-pCG1sRjTVUPisYeKA8ekyCWcATyRK2dsNm46wd2rr4YDmrkuScYvh9Wl_lpJk-SsktyO1pIR6-XSS8PW_mF19xFYlrd0EMq0qh2btW-r9Y9yakYJiKgIUxXC2FnQxKZHXa7od6pxcJOsY/w400-h225/cerpen-matahari-itulah-yang-pantas-diperjuangkan.png" title="Cover Cerpen Matahari Itulah yang Pantas Diperjuangkan" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Matahari Itulah yang Pantas Diperjuangkan</td></tr></tbody></table><p><a name="more"></a>Mentari menyala dan menampakan cahayanya di pagi yang sangat indah bagi seorang Lisna, gadis cantik jelita berambut panjang dan berwarna hitam mengkilat.</p><p>Terlihat gadis itu sedang membersihkan kamar di kosannya.</p><p>“<i>Kring…kring…kring..</i>.” Terdengar suara dari hp yang berdering keras di atas meja. Yang membuat Lisna seorang mahasiswi matematika terusik untuk segera mengangkatnya.</p><p>“<i>Ya.. halloo.</i>” Sahut Lisna yang mengangkat telepon itu.</p><p>“<i>Lisna, bagimana kabar kamu, nak?</i>” terdengar sebuah pertanyaan dari seorang wanita yang berbicara di dalam telepon itu, yang tidak lain adalah ibunya Lisna.</p><p>“<i>Kabar Lisna baik bu, kabar ibu sendiri bagimana?</i>” jawab Lisna dengan nada senang dan balas bertanya kepada ibunya.</p><p>“<i>Kabar ibu baik juga nak</i>” jawab sang ibu. “<i>Kamu kenapa minggu kemarin tidak menelpon ibu sama sekali? ibu khawatir, terjadi sesuatu padamu</i>.” Ujar ibu Lisna dengan suara melas.</p><p>“<i>Gak ada apa-apa bu, Lisna hanya istirahat saja, soalnya minggu kemarin Lisna juga baru selesai mengikuti lomba matematika antar kelas jurusan matematika</i>.” Jawab Lisna sambil berdiri dengan mengambil sebuah foto yang dibingkai berwarna merah muda di atas meja.</p><p>“<i>Jadi bener kata Susi, kamu dapat juara lomba matematika?</i>” tanya ibu dengan nada senang.</p><p>“<i>Iya bu, timku jadi juara antar kelas matematika.</i>” Jawab Lisna dengan tersenyum bahagia dengan memandang foto yang dia pegang itu.</p><p>“<i>Tapi kata Susi setelah lomba itu kamu kurang fokus belajarnya, apa kamu kelelahan atau sakit?</i>” tanya ibu semakin mendetail.</p><p>“<i>Nggak bu, Lisna sehat kok.</i>” Jawab Lisna sambil duduk di kasur lalu merebahkan tubuhnya dan tetep melihat foto yang ia pegang.</p><p>“<i>Ya sudah deh, kalau begitu ibu mau lanjutin masak. Belajar yang bener ya nak, jaga kesehatanmu baik-baik.</i>” Nasihat sang ibu yang terburu-buru. “<i>Oh iya, nanti kalau uang bulanan kamu sudah habis cepet kabarin ibu atau bapak ya. Kamu jangan pinjam-pinjam uang ketemen atau saudara ya.</i>” Tambah sang ibu.</p><p>“<i>Iya bu,</i>” jawab Lisna dengan senyuman manisnya dan mencium hpnya yang menandakan selesainya percakapan di telepon dengan ibunya.</p><p>Lisna pun kembali melihat foto yang ia pegang itu. Foto yang terdapat dirinya sedang membawa piala bersama seorang lelaki. Lelaki itu adalah rekan satu tim Lisna saat lomba matematika. Dan lelaki itu juga satu kelas dengan Lisna.</p><div style="clear: both; text-align: center;"></div><p>Nama laki-laki itu adalah Brian, diam-diam Lisna menaruh perasaan padanya. Tepatnya setelah lomba matematika antar kelas itu. Dari lomba itu, Lisna baru tertarik pada Brian padahal sudah 2 semester Lisna satu kelas dengan Brian. Semua itu karena sebelumnya Lisna dan teman-temanya mengenal Brian hanya sebagai seorang lelaki yang dikenal sangat primitif dan tertutup untuk bergaul dengan perempuan.</p><p>Namun setelah lomba itu Lisna mengenal Brian sebagai lelaki yang sangat lemah lembut dan ramah terhadap perempuan. Jauh berbeda dari Brian yang selama ini Lisna dan teman-temanya kenal.</p><p>Di sisi lain Brian memang terkenal sebagai lelaki primitif oleh teman-temanya. Brian tak pernah sekalipun mempunyai seorang pacar karena memang dia berprinsip untuk tidak pacaran dan bahkan dia sangat jarang sekali dekat dengan seorang perempuan.</p><p>Brian sendiri adalah pemuda yang berasal dari kampung, merantau ke kota untuk bekerja dan meneruskan sekolahnya sekaligus membantu membiayai kehidupan keluarganya di kampung.</p><p>Keberangkatannya ke kota tak lepas dari perjuangan orang tuanya karena ongkos untuk ke kota besar tidaklah sedikit. Oleh karena itu, dia tidak pernah main-main dalam kuliah ataupun bekerja.</p><p>Tapi seperti halnya Lisna, Brian pun merasa ada yang berbeda setelah lomba matematika antar kelas itu. Brian merasa ada hal baru yang membuat perasaannya menjadi senang jika dekat dengan Lisna. Jelas Brian tak begitu paham terhadap perasaanya itu karena memang sebelumnya dia tak pernah dekat dengan seorang perempuan.</p><p>Berbeda dengan Lisna yang sudah pernah pacaran dan mempunyai dua mantan pacar sejak SMA. Tentu saja Lisna lebih memahami tentang perasaan cinta. Dibandingkan Brian yang memang tak mempunyai pengalaman dalam hal asmara.</p><p>Tapi Brian justru khawatir dengan apa yang ia rasakan terhadap Lisna. Karena ia takut perasaan yang menyenangkan hatinya itu akan mengoyah prinsipnya yang tidak akan pernah pacaran.</p><p>Namun sejak awal pembentukan tim untuk lomba itu, memang Brian sudah mempunyai firasat bahwa prinsipnya itu akan goyah. Ditambah lagi teman-temannya selalu berpendapat jika dia dan Lisna sangat serasi jika dijadikan satu tim karena memang dia dan Lisna sama-sama pintar dalam belajar di kelas.</p><p>Hingga pada suatu pagi menjelang siang yaitu tepat pukul 10 pagi waktu jam kuliah masuk. Lisna dan Brian bertemu di depan kelas.</p><p>Saat bertemu walaupun hanya berpapasan, perasaan Lisna sangatlah senang, namun ia mencoba untuk tidak mengungkapkan perasaaanya itu, ia hanya bisa memperhatikan Brian yang lebih dulu masuk kelas. Sedangkan Brian sendiri hanya mencoba menyapa dengan senyuman sambil memandang Lisna sebentar lalu membuang muka.</p><p>Terlihat di wajah Brian masih kuat memegang prinsipnya. Namun sebenarnya dalam hati Brian bergejolak rasa yang belum pernah ia rasakan kepada perempuan mana pun.</p><p>Namun Brian hanya bisa menundukan kepalanya dan menahan rasa tersebut.</p><p>Sepanjang pelajaran berlangsung, tak henti-hentinya mata Lisna mencuri pandangan terhadap Brian. Hal itu pun membuat teman-teman Brian curiga dan menduga-duga bahwa Lisna menyukai Brian.</p><p>Jam Istirahat pun datang dan saat itu juga Brian tak henti-hentinya mendapat nasihat tentang asmara dari teman-temannya, Brian pun hanya diam dan sesekali tersenyum mendengarkan teman-temannya berbicara.</p><p>Walaupun terlihat cuek dan tak perduli sesungguhnya ia sangat terpengaruh nasihat dari teman-temannya itu. Brian pun mulai menerima dan mencoba mengerti perasaannya itu.</p><p>Lisna pun tak kalah sibuk dengan perasaannya, ia terus mencari tahu tentang laki-laki yang ia sukai itu, dari mencari profil facebook Brian dan mengamati setiap kronologi facebooknya. Bahkan Lisna diam-diam mengikuti setiap media sosial yang di gunakan Brian.</p><p>Namun Brian bukanlah orang primitif dalam teknologi. Bahkan tak perlu waktu lama untuk Brian sadar kalau Lisna diam-diam aktif mengikutinya dari media sosial. Brian pun cukup heran dengan Lisna, mengapa Lisna mau mengamati dirinya hingga seperti itu. Bahkan Lisna selalu menyukai kiriman yang Brian bagikan di media sosial, terkadang Lisna juga berkomentar jika Brian berbagi kiriman yang membahas pelajaran kuliah di media sosial.</p><p>Karena prilaku Lisna yang seperti itu, terlintas di pikiran Brian.</p><p>“<i>Bernarkah ia suka padaku? Tapi apakah aku harus menerima perasaan yang seperti ini?</i>”</p><p>Setelah Brian yakin bahwa Lisna suka padanya. Brian pun perlahan dan sedikit demi sedikit membuka perasaannya untuk Lisna.</p><p>Hal itu terbukti, karena semakin hari Brian mulai mau berbicara, menjawab dan membalas pandangan maupun sapaan dari Lisna yang selalu hadir di setiap mereka bertemu. Lisna pun sadar bahwa Brian mulai membuka kesempatan untuk dekat dengannya.</p><p>Semakin dekat dengan Brian Lisna semakin tak kuat membendung perasaannya yang meletup-letup di dalam hati. Apalah daya Lisna yang tak bisa berharap banyak karena memang Brian belum pernah pacaran jadi Lisna pun memaklumi kalau perasaanya itu seperti jemuran yang tak kunjung diangkat.</p><p>Sedangkan Brian hanya bisa merasakan gelisah karena perasaannya semakin menjadi-jadi. Dan ia tak tahu harus melakukan apa, walaupun sudah beribu kali ia diberi tips oleh teman-temanya.</p><p>Sedangkan prinsip Brian pun semakin lama semakin pudar dengan sendirinya karena perasaan asmaranya yang kini semakin dominan dan membuat dirinya benar-benar lupa diri.</p><p>Akhirnya kedua orang yang sedang kasmaran itupun mempunyai pikiran yang sama walaupun mereka tak pernah sekali pun membicarakannya.</p><p>Lisna berfikir untuk mengungkapkan perasaannya itu kepada lelaki yang kini benar-benar ia cintai, walaupun ia tahu itu akan sangat beresiko berat untuk dirinya sebagai perempuan. Ia berpikir itu lebih baik dari pada ia digantung dengan ketidak jelasan oleh pemuda yang baru belajar asmara itu.</p><p>Brian pun tak jauh berbeda. Ia berfikir untuk memulai hal yang benar-benar asing baginya. Mungkin ia bisa mengungkapkan rasa cinta pada keluarganya beribu kali.</p><p>Namun mengungkapkan perasaan kepada seorang perempuan itu adalah hal yang sangat ekstrim baginya. Tapi hatinya sudah tak tahan lagi, sumbu kesabaran hatinya sudah mulai terbakar habis. Dia takkan bisa menutupi ataupun menahan ledakan hatinya itu nanti.</p><p>Hari Jumat, saat jam pulang kuliah pukul setengah 4 sore tepat di depan gerbang, berdirilah Brian dengan penuh keyakinan ingin menghadang Lisna dan ingin memberitahukan sesuatu.</p><p>Namun apalah daya Brian dia tak pernah sekali pun menghadang seorang perempuan untuk berbicara padanya. Akhirnya dia hanya berdiri dengan kepala tertunduk dan sesekali menoleh mencari perempuan yang akan ia ajak bicara itu.</p><p>“<i>Mas Brian, ngapain disini?</i>” terdengar suara lembut dan khas seorang Lisna yang bertanya dan berdiri disamping Brian yang masih tertunduk memikirkan sesuatu.</p><p>“<i>Oh..? mbk Lisna.</i>” Jawab Brian sedikit kaget dan menoleh ke arah Lisna yang menatapnya aneh.</p><p>“<i>Kebetulan sekali mbk, aku mau menyalin pembahasan materi kedua yang hari ini, boleh enggak ya, aku pinjam catatannya?</i>” tanyanya dengan nada khas Brian yang kalem. “<i>Soalnya, tadi aku kurang fokus mencatat materinya. Kalau mbk mengizinkan, aku mau pinjam 1 jam saja.</i>” Jelas Brian untuk menyakinkan Lisna.</p><p>“<i>Oh.. bisa, tapi bukannya kelas sudah ditutup, dan kantin juga masih ramai sekali.</i>” Ujar Lisna sambil mengambil buku dengan agak salah tingkah mendengar permintaan lelaki yang ia cintai itu.</p><p>“<i>Memang mas Brian mau mencatat dimana?</i>” tanya Lisna sambil memberikan bukunya.</p><p>“<i>Oh, aku sih mencatatnya di taman deket sungai belakang kampus.</i>” Jawab Brian sambil tersenyum dan menunjuk ke lokasi yang ia maksud. “<i>Ok saya pinjam dulu ya, bukunya.</i>” ujar Brian sambil berbalik arah meninggalkan Lisna.</p><p>“<i>Mas Brian</i>” Lisna memanggil Brian, dan Brian pun berhenti. ”<i>Boleh nggak saya ikut, biar bukunya nanti bisa sekalian saya bawa pulang.</i>” mintanya pada Brian.</p><p>“<i>Oh.. boleh, tapi mbk Lisna mau nungguin sampai selesai</i>” Jelasnya pada Lisna.</p><p>“<i>Gpp mas, lagian masih sore.</i>” Jawab Lisna dengan tenang. “<i>Jika sampai esok pagi pun akan aku tunggu mas</i>.” Ucap lisan dalam hati.</p><p>“<i>Ok kalau begitu.</i>” Jawab Brian dengan hati senang karena rencana dari teman-temanya berhasil dia lakukan.</p><p>Brian dan Lisna pun berjalan berdua menuju taman dekat sungai yang berada tepat di belakang kampus.</p><p>Namun karena Brian sebelumnya sama sekali belum pernah berjalan berdua dengan seorang perempuan. Brian pun berjalan lebih cepat dari Lisna seolah Brian tak mau berjalan sejajar dengan Lisna.</p><p>Dari belakang lisan pun hanya tersenyum melihat perilaku Brian yang benar-benar terlihat sebagai lelaki yang awam soal asmara.</p><p>Akhirnya perjalanan yang terasa sangat jauh bagi Brian berakhir. Mereka pun memutuskan untuk duduk di kursi panjang seperti pada umunnya di taman-taman.</p><p>Lisna pun duduk di kursi taman tersebut di bagian sebalah kiri.</p><p>“<i>Mbk Lisna, tunggu di sini dulu ya</i>” ujar Brian pergi menuju ke pedagang kaki lima untuk membeli air minum.</p><p>Brian pun datang membawa dua botol air minum. “<i>Ini mbk air minumnya</i>” Brian menawarkan air minum pada Lisna.</p><p>Lisna pun dengan sigap menjulurkan tangannya untuk menerima air minum yang ditawarkan Brian. Namun bukannya memberikan ke tangan Lisna, justru Brian menaruh air minum itu di atas kursi tepat di samping Lisna.</p><p>Sekejap muka Lisna pun menjadi agak masam. Lisna pun hanya tersenyum karena heran dengan kakunya sifat Brian. Tapi Lisna tetap memaklumi hal itu, karena dia tahu Brian memang awam tentang hal itu.</p><p>Brian pun mulai menyalin catatan milik Lisna. Waktu terus berjalan Brian pun hanya fokus menulis dan hanya sesekali bertanya beberapa tulisan yang tidak ia pahami.</p><p>Menurut Brian bertanya sesuatu yang ia tidak pahami itu adalah hal biasa, jadi dia tidak ragu untuk bertanya pada Lisna. Tapi untuk Lisna, menjawab pertanyaan dari lelaki yang ia sukai adalah hal yang sangat menyenangkan. Ya, Lisna sangat menikmati sore itu dengan hati bahagia karena bisa berdua dengan Brian.</p><p>Akhirnya Brian pun selesai menyalin catatan Lisna. Ia pun melihat jam tangannya. Tak terasa sudah pukul 5 sore.</p><p>Walaupun menulis hingga satu jam setengah, Brian tak sedikitpun merasa jenuh atau pun lelah. Brian heran mengapa satu jam setengah begitu cepat berlalu saat itu. Bahkan Lisna justru merasa sore itu terlalu singkat baginya.</p><p>Brian pun mulai membereskan samua bukunya dan buku Lisna. Dan Brian pun duduk di kursi itu di bagian sebelah kanan dengan buku di tumpuk di tengah kursi atau tepat di antara mereka berdua.</p><p>“<i>Akhirnya selesai juga</i>” ujar Brian dengan bernafas lega dan duduk bersandar di kursi sambil menatap ke atas langit.</p><p>Lisna pun hanya memperhatikan Brian. Terlintas di pikiran Lisna untuk mengungkapkan perasaannya.</p><p>“<i>Apakah bener-benar harus aku yang mengungkapkannya terlebih dahulu.</i>” Ujarnya dalam hati dan semakin dalam menatap Brian yang melihat ke arah langit.</p><p>Brian pun juga berfikir untuk mengungkapkan perasaannya pada Lisna, tapi keraguannya masih sangat tebal menyelimuti keputusan besar yang akan ia ambil itu.</p><p>Angin sepoi di sore itu pun berhebus menerpa mereka berdua dengan suara yang terdengar keras menandakan diam di antara mereka berdua. Karena angin sepoi itu juga rambut Lisna pun terurai dengan indahnya dan tampak menguning karena terkena sinar matahari.</p><p>“<i>Bisakah aku berbicara sesuatu</i>” di waktu yang bersaman meraka mengatakan kalimat tersebut dan otomatis memecah sepi di sore dengan langit yang mulai berwarna kuning itu.</p><p>“<i>Oh.. silakan mas dulu</i>” ucap Lisna menawarkan kepada Brian.</p><p>“<i>Nggak mbk, mbk dulu saja</i>” jawab Brian sambil membenahi cara duduknya dan meyakinka lisa untuk berbicara terlebih dahulu.</p><p>Karena Lisna sudah tak tahan memendam perasaannya, akhirnya Lisna berbicara terlebih dahulu. Lisna pun menarik nafas dalam-dalam dan menatap ke arah matahari yang mulai tertutupi oleh awan-awan tipis.</p><p>“<i>Sebenarnya setelah lomba matematika antar kelas itu, entah mengapa aku…aku merasa nyaman jika dekat dengan mas,</i>” ucap Lisna dengan lembut namun tegas. Dan tetap menatap langit yang menguning.</p><p>Mendengarkan hal itu Brian pun kaget namun dia berusaha tetap terlihat tenang, walau hatinya sudah berkecambuk dan perasaan yang campur aduk.</p><p>“<i>Iya… setelah lomba itu, aku merasa ingin mengetahui semua tentangmu mas. Entah mengapa aku juga selalu ingin menyapamu, walaupun saat itu aku tahu mas hanya akan membalas sapaanku dengan membuang muka.</i><br /><i><br /></i> <i>Dan aku senang sekali, ketika mas mulai mau berbicara, menjawab dan membalas sapaanku. Aku merasa mas sudah memberi kesempatan padaku untuk mendekat. Dan karena hal itu aku merasa seperti diberi sebuah hadiah atas semua perjuanganku selama ini.</i><br /><i><br /></i> <i>Ya.. perjuanganku untuk bisa dekat denganmu, karena aku sangat mencintaimu mas!</i>” Lisna pun mengungkapkan isi hatinya sejelas mungkin pada Brian. Dan setelah itu Lisna hanya tertunduk malu-malu dan berusaha menutupi wajahnya yang merah dengan rambut hitamnya itu. Dan dia juga berharap Brian mengerti apa yang ia maksud.</p><p>Setelah mendengarkan penjelasan lisan. Brian pun hanya diam dengan badannya yang merasa panas dingin, dan terlihat beberapa kali ia menelan ludahnya. Tapi Brian tidak begitu fokus dengan apa yang di maksud oleh Lisna. Ia malah teringat sesuatu saat Lisna mengatakan perjuangan.</p><p>Kata perjuangan yang diucapkan Lisna justru mengingatkan Brian kepada orang tuanya yang selalu berjuang untuk dirinya. Dia pun kembali teringat dengan prinsipnya untuk tidak pacaran. Ia juga teringat alasan mengapa dia memegang prinsip tersebut. Alasanya tidak lain adalah agar dia bisa fokus terhadap kebahagiaan keluarganya dan tidak hanya memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri.</p><p>“<i>Terima kasih mbk Lisna, sepertinya perasaanku pun juga begitu padamu.</i>” Ucap Brian dengan nada kalem dan menoleh pada Lisna yang masih tertunduk malu.</p><p>Lisna yang mendengar ucapan Brian tersebut merasa kaget, ternyata cintanya terbalas. Hati Lisna begitu bahagia saat itu walaupun ia masih tetap tertunduk malu.</p><p>Dia pun mengingat saat ia menerima cinta dari pacarnya yang dulu. Tangannya dipegang dengan lembut dan mesra lalu dicium oleh pacarnya ketika Lisna menerima cinta dari pacarnya itu.</p><p>Lisna pun bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang akan dilakukan oleh Brian, setelah Brian mengakui perasaanya juga. Apakah Brian akan memegang tangannya atau memberinya sesuatu. Dan seperti itulah angan yang ada dalam pikiran Lisna.</p><p>“<i>Tapi perjuangan mbk itu seharusnya bukan untuk diriku.</i>” Ucap Brian ya sontak membuat Lisna menoleh ke arah Brian dan melihatnya dengan aneh.</p><p>“<i>Lihatlah itu mbk!</i>” ucap Brian sambil menunjuk matahari dan Lisna pun melihat ke arah matahari dangan perasaan bingung. “<i>Iya itu…itu adalah matahari yang dengan perlahan mulai tenggelam. Walaupun perlahan, matahari itu pasti akan tenggelam. Seharusnya matahari itulah yang perlu mbk perjuangkan, bahkan tidak hanya mbk saja tapi aku juga harus memperjuangkan matahari yang akan tenggelam itu.</i>” Ujar Brian yang semakin membuat bingung Lisna.</p><p>“<i>Matahari yang perlahan tenggelam itu adalah orang tua kita mbk.</i>” Jelas Brian, yang membuat Lisna kaget dan membuatnya ingat kepada ibu dan bapaknya.</p><p>“<i>Orang tua kita berjuang membesarkan, mengawasi, melindungi, dan mendidik kita sejak kecil, selayaknya matahari menyinari dan menerangi bumi. Tapi pada saatnya nanti matahari itu akan tenggelam, dan matahari yang perlahan tenggelam itu adalah orang tua kita yang mulai menjadi tua.</i>” Ucap Brian sambil menatap matahari yang mulai tertutup awan itu.</p><p>“<i>Jadi, perjuangkanlah mataharimu yang perlahan tenggelam itu mbk. Merekalah yang pantas mbk perjuangkan.</i>” ucap Brian pada Lisna sambil menatapnya.</p><p>Setelah mengerti maksud dari perkataan Brian, Lisna pun hanya diam dan mengingat kembali tentang masa-masa saat bersama orang tuanya. Air mata Lisna menetes, ia merasa mempunyai banyak kesalahan pada orang tuanya. Karena selama ini Lisna tidak terlalu memperhatikan kebahagiaan dan perjuangan orang tuanya. Padahal orang tuanya sangat memperhatikan kebahagiaan dirinya.</p><p>Perasaan Lisna yang tadinya bahagia karena cinta kini berubah menjadi kesedihan. Ia tak mampu berbicara lagi dia hanya terus menangis dengan tetap duduk di kursi taman itu bersama Brian.</p><p>“<i>Maafkan aku mbk</i>” ujar Brian yang terlihat khawatir pada Lisna dan ia merasa bersalah membuat Lisna menjadi sedih.</p><p>Mendengar Brian meminta maaf, Lisna pun hanya mengelengkan kepalanya memberi isyarat bahwa itu bukanlah salah Brian dan ia tetap menangis menundukan kepalanya.</p><p>Setelah tangisannya mereda, Lisna pun berkemas dan memasukan buku-buku yang berada di samping kanannya ke dalam tas. Brian pun hanya bisa memperhatikan Lisna yang akan meninggalkannya.</p><p>Lisna pun berdiri sambil mengusap air matanya. “<i>Terima kasih mas Brian telah mengingatkan diriku.</i>” Ucap Lisna dan mulai pergi meninggalkan Brian.</p><p>Brian pun hanya bisa diam melihat Lisna pergi meninggalkan dirinya. Walaupun Brian tahu bahwa bukunya ikut terbawa oleh Lisna. Tak mungkin Brian tega menghentikan Lisna yang sedang sedih, hanya karena bukunya yang ikut terbawa oleh Lisna.</p><p>Brian pun menghabiskan sore itu di taman dengan seorang diri dan ia masih merasa bersalah kepada Lisna. Tapi ada satu hal yang membuat Brian merasa lega.</p><p>“<i>Hampir saja aku melupakan prinsip hidupku sendiri.</i>” Ujar Brian yang tersenyum sambil melihat matahari yang mewarnai langit menjadi jingga.</p></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-13150484323261265442018-02-26T00:09:00.000+07:002023-02-19T13:16:43.917+07:00Bukti Janji yang Menyesatkan<div dir="ltr" style="text-align: left;"><div><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></div></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs9EII93DiU9z9o8ezxXhlUbJhVRhSxiiTabQXkCct_XHZL_gVFjw8lQa_fTEYgnDZSlyjPPs3HOt1SNU5rBOrJ8kneAtXjZi9XnkBjQ2p_7mnJeqMqEvlfoLWcZ6ugmDtXa-1GJtSpmUByc5Ox3L7XnrFkwHtTn_t4qL9iGhdsmKZMAEjkAMWn_iR/s768/cerpen-bukti-janji-yang-menyesatkan.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Bukti Janji yang Menyesatkan" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs9EII93DiU9z9o8ezxXhlUbJhVRhSxiiTabQXkCct_XHZL_gVFjw8lQa_fTEYgnDZSlyjPPs3HOt1SNU5rBOrJ8kneAtXjZi9XnkBjQ2p_7mnJeqMqEvlfoLWcZ6ugmDtXa-1GJtSpmUByc5Ox3L7XnrFkwHtTn_t4qL9iGhdsmKZMAEjkAMWn_iR/w400-h225/cerpen-bukti-janji-yang-menyesatkan.png" title="Cover Cerpen Bukti Janji yang Menyesatkan" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Bukti Janji yang Menyesatkan</td></tr></tbody></table><p><a name="more"></a>Di siang hari yang penuh dengan debu, berdirilah seorang gadis di pinggir jalan dengan rambut lembut dan terurai. Dibalut baju berwarna merah marun dan menyangklong sebuah tas sederhana berwarna hitam.</p><p>Gadis itu hanya diam dan sesekali menengok kanan dan kiri seperti menunggu seseorang. Sudah cukup lama ia menunggu di jalan yang lumayan ramai dan penuh dengan debu berterbangan.</p><p>Penantiannya pun selesai setelah datang seorang pria memakai masker dan kacamata yang serba berwarna hitam dengan motor besar yang juga warna hitam. Pria itupun membuka kacamatanya dan terlihat pancaran mata sang gadis menjadi bahagia karena bisa melihat kekasihnya lagi.</p><p>Sang pria pun menjulurkan tangan kanannya kepada sang gadis. Dengan sigap, sang gadis menjabat tangan pria itu dan tak lupa menciumnya dengan mestra.</p><p>Dengan masih tertunduk mencium tangan sang pria, tiba-tiba terdengar suara tembakan.</p><p>“<i>Dorrr</i>”</p><p>Burung-burung di atas pohon pun berterbangan dan beberapa orang yang mendengar suara tembakan itupun kaget termasuk juga gadis itu. Terlihat tangan kiri pria itu memegang sepucuk senjata api yang mengarah ke perut kiri sang gadis.</p><p>Gadis itu coba memandang sang pria dengan wajah kaget dan bingung, namun tangan yang sedang dijabat oleh gadis itu ditarik dengan kasarnya. Dan pria itupun mendorong sang gadis hingga jatuh terduduk.</p><p>Pria itu berusaha kabur, namun ada beberapa orang yang coba menghalangi dan berusaha menangkapnya. Walapun sempat berkelahi tapi pria itu berhasil kabur dengan motor besarnya. Dan hanya meninggalkan sebuah masker yang sobek.</p><p>Beberapa orang yang gagal menghalangi pria itu, melapor kejadian tersebut ke kantor polisi dengan membawa catatan nomor polisi motor yang di pakai pria pelaku penembakan itu.</p><p>Di sisi lain gadis berambut panjang itu hanya bisa menangis tersedu-sedu di pinggir jalan dengan kepala yang tertunduk dan rambut yang menutupi wajahnya.</p><p>Layla nama gadis itu, ia menangis histeris sambil memegang perut sebelah kiri yang berlumuran darah membasahi bajunya yang bersih berwarana merah marun itu.</p><p>Tak disangka pria yang bernama Reno itu tega menembak Layla kekasihnya sendiri. Layla pun hanya bisa menangis dengan perasaannya yang hancur.</p><p>Layla merasakan luka yang sangat-sangat menyakitkan di perut dan juga di hatinya.</p><p>Hingga akhirnya Layla sampai di rumah sakit dan ia pun tatap menangis tanpa henti. Orang-orang yang menolongnya pun hanya bingung melihat Layla yang terus menangis padahal luka karena timah panas yang berada di perutnya itu sudah diberi obat penghilang rasa sakit.</p><p>Teringat kenangan-kenangan yang ia lewati bersama kekasihnya itu, namun semuanya hancur berkeping-keping karena luka yang terdapat di perutnya itu.</p><p>Teringatlah sebuah janji dari sang Reno untuk dirinya.</p><p>“<i>Mana mungkin aku melukaimu dengan tanganku. Aku tak akan melukai dirimu sedikit pun…tidak akan pernah.</i>” Janji yang teringat oleh Layla.</p><p>“<i>Mas Reno bohong, mas Reno bohong, mas Reno bohong.</i>” Jerit Layla sambil menangis mengingat janji kekasih yang menembaknya itu.</p><p>“<i>Tenanglah bu…ibu butuh istirahat agar luka di perut ibu tidak menjadi lebih parah. Dan juga agar janin ibu selamat.</i>” Ujar perawat yang sedang membersihkan darah diluka Layla.</p><p>Ya…satu-satunya hal yang membuat resah Layla adalah mengapa Reno mau dan berani mencoba membunuh calon bayinya sendiri yang sedang Layla kandung.</p><p>Padahal sebelumnya mereka telah saling berjanji bahwa setelah menikah nanti mereka akan mengurus anak yang Layla kandung itu bersama-sama.</p><p>Sambil tergeletak di kasur rumah sakit dengan rambut yang terurai di bantal dan dengan tangisnya yang mulai mereda, akhirnya Layla pun tertidur.</p><p>Tak beberapa lama, Layla pun kembali terbangun. Dia pun kembali meneruskan tangisannya.</p><p>Dia masih tidak percaya Reno mau melakukan hal seperti itu padanya. Karena selama ini Reno lah orang yang sangat-sangat ia percayai dan paling sayang padanya.</p><p>“<i>Tok tok tok</i>” terdengar orang mengetuk pintu ruangan pasien yang Layla tempati, masuklah 2 orang bapak-bapak, salah satu dari mereka yaitu seorang yang berusaha menangkap Reno saat berusaha kabur dan bersama seorang polisi berbadan tegap.</p><p>Dua orang itu hanya ingin meminta keterangan dari Layla.</p><p>“<i>Maaf ibu Layla kedatangan kami mengganggu anda, kami kemari hanya ingin memberi informasi bahwa pelaku penembakan terhadap ibu sudah kami tangkap dan sudah kami amankan. Dan juga kami akan sedikit meminta keterangan kepada ibu untuk menangani kasus ini.</i>” jelas sang polisi kepada Layla.</p><p>“<i>Berdasarkan keterangan dari pelaku, apakah benar ibu Layla ini kekasih dari pelaku yang bernama Reno?</i>” tanya sang polisi kepada Layla.</p><p>“<i>i..i..iya pak</i>” jawab Layla terbata-bata karena sambil menangis.</p><p>“<i>Pelaku juga terbukti mengkonsumi narkoba.</i>” Tambah sang polisi.</p><p>“<i>Tapi pak polisi, Reno itu bukan pengonsumsi narkoba, saya kenal dia.</i>” Layla pun membantah perkataan pak polisi itu sambil menangis.</p><p>Setelah cukup lama pemeriksaan berlangsung terhadap Layla, dirinya pun mengajukan sebuah permintaan kepada bapak polisi itu.</p><p>“Pak bolehkah saya bertemu dengan Reno? ” tanya Layla dengan nada sedikit ragu.</p><p>“<i>Ibu bisa menemui saudara Reno atau pelaku, setelah ibu sudah dalam keadaan membaik. Ibu bisa datang langsung ke kantor polisi untuk menemuinya.</i>” Pesan sang polisi kepada Layla dan kedua pria itu pun meninggalkan Layla.</p><p>Satu minggu pun berlalu, dengan luka yang masih terasa sakit, Layla datang ke kantor polisi. Layla hanya ingin dipertemukan dengan pelaku penembakan terhadap dirinya yaitu Reno kekasihnya<br />sendiri.</p><p>Layla pun diminta untuk menunggu di ruangan khusus. Tak lama polisi pun membawa seorang pria yaitu sang tersangka penembakan ke hadapan Layla sang korban.</p><p>Namun, saat dipertemukan dengan Reno, Layla malah menjadi bingung ia malah membantah bahwa orang yang dipertemukan kepadanya itu bukanlah Reno.</p><p>Polisi pun menjelaskan kepada Layla bahwa pria yang ada dihadapannya itu adalah tersangka penambakan terhadap dirinya. Dan nama dari pria itu adalah Reno berdasarkan identitas yang pria itu bawa dan berdasarkan pemeriksaan polisi.</p><p>“<i>Dia bukan Reno pak, saya kenal Reno dan Reno juga tidak mengkonsumsi narkoba.</i>” Tegas Layla kepada polisi.</p><p>“<i>Siapa kamu? Berani-beraninya mengaku sebagai Reno dan berusaha membunuh janinku.</i>” Tanya Layla kepada pria yang menjadi tersangka itu sambil meneteskan air mata.</p><p>Akhirnya pria itu angkat bicara.</p><p>“<i>Saya hanya pecandu narkoba, saya akan melakukan apapun perintah dari orang yang mampu membayar saya. Ya… saya hanya disuruh menyamar sebagai Reno dan diperintah untuk menembak janin yang sedang mbk kandung.</i>” Pengakuan sang pelaku, sontak membuat semua terkaget temasuk juga polisi yang berhasil di kelabui oleh pelaku penembakan itu.</p><p>“<i>Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan semua ini?</i>” tanya Layla dengan membentak dan semakin deras meneteskan air mata.</p><p>“<i>Dia sendiri!!! Reno…Reno sendiri yang memerintahkannya hahah.</i>” Jawab pria pecandu narkoba itu sambil tertawa.</p><p>Polisi pun segera membekuk dan membawanya pergi dari hadapan Layla.</p><p>“<i>Satu lagi, Reno berpesan bahwa dia tidak akan mengingkari janjinya. Dia tidak akan melukai dirimu sedikit pun dengan tangannya tapi dengan tangan orang lain.</i>” Ucap pria itu sambil tertawa dan diseret oleh polisi untuk di masukan kembali ke penjara.</p><p>Mendengarkan hal itu, Layla tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menangis. Hancur sehancur-hancur hatinya seolah hidupnya di dunia selama ini hanya ditipu oleh sebuah janji.</p><p>Kekecewaan dalam hati Layla hanya menimbulkan penyesalan yang mendalam.</p><p>Dan janin yang ada di kandungannya adalah bukti janji yang menyesatkan.</p></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-25389378548099565372018-02-10T02:07:00.000+07:002023-02-19T13:14:09.208+07:00Kenapa Harus Seperti Ini<div dir="ltr" style="text-align: left;"><div><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></div></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0LLPFk57zI-IIhTDeAirJoTC6vsXahEduLomRJsibAuHjJSZvm0yQ6TOloKXBSnYyV15Vw6MidztOAQaciYAPCyQ5jcwkyDoyGL8Ek6v4aROGjL_5dioT1Cy7SKp3V5XkEBx8Tb4u1zrd5my1YkcTbcACQcsCENtSbtt3776uT-iZSEx6c8JkMHFt/s768/cerpen-kenapa-harus-seperti-ini.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Kenapa Harus Seperti Ini" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0LLPFk57zI-IIhTDeAirJoTC6vsXahEduLomRJsibAuHjJSZvm0yQ6TOloKXBSnYyV15Vw6MidztOAQaciYAPCyQ5jcwkyDoyGL8Ek6v4aROGjL_5dioT1Cy7SKp3V5XkEBx8Tb4u1zrd5my1YkcTbcACQcsCENtSbtt3776uT-iZSEx6c8JkMHFt/w400-h225/cerpen-kenapa-harus-seperti-ini.png" title="Cover Cerpen Kenapa Harus Seperti Ini" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Kenapa Harus Seperti Ini</td></tr></tbody></table><p><a name="more"></a>Di pagi yang cerah saat libur panjang, seolah waktu sedang memanjakan para siswa malas . Rian<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(16 tahun), dengan mata kiri menutup dan mata kanannya yang fokus melihat hp yang sedang dibongkar. Seolah dia sedang mengerjakan suatu hal yang paling penting di dunia.</p><div></div><div><span lang="IN">“<i>Rian, kamu mau di rumah atau ke sawah?</i>” tanya ibu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>agak berteriak dari kejauhan.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Di rumah aja bu.</i>” Jawab Rian<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang tetap menutup mata kirinya.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Kalau gitu, kamu cuci piring ya… sama bersihin kamar mandi!</i>” perintah ibu kepada Rian.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Iyaaaaaa….</i>” <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jawab Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan sedikit kesal.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Kerjain loh … jangan iya iya aja, disuruh ngerjaian kerjaan kaya gitu aja… gak pernah dilaksanain… di kasih<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kerjaaan agak susah ngeluh.</i>” Omel ibu kepada Rian . <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Iya bu, entar aku kerjain, jangan ribut kenapa!</i>” ujar Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sambil cemberut.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Adek udah tidur tuh, nanti kalau bangun kamu gantiin popoknya sama suapin bubur, yang ada di panci, jangan lupa buburnya diademin dulu, kasihan adeknya kalau buburnya panas.”</i></span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Iyaaa…. Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tauuu bu…</i>” ujar Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan agak cuek.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Ibunya pun pergi bersama adik laki-laki Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang bernama Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(7 tahun).</span></div><div><span lang="IN"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dibonceng ibu menggunakan sepeda menuju kesawah.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Rian pun tak perduli dengan keberangkatan ibu dan adiknya, karena dia fokus dengan hpnya yang sudah ia bongkar menjadi seperti rongsokan.</span></div><div></div><div><span lang="IN">5 menit berselang tiba-tiba sang adik perempuan menangis.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Haduh… kok udah bangun…sih…! <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>baru aja ditinggal pergi, udah bangun aja, Bakalan repot nihhh..</i>” Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pun segera mengcek adik perempuannya yang bernama Ria (2,5 tahun) itu.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Lohh.. ternyata masih tidur, ngigau kali ya…</i>” ujar Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang bingung sambil garuk-garuk kepala dengan rambut khas orang bangun tidur.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Ngigaunya nangis, sampai air matanya menetes… mimpi apa ini anak ya…?</i>” ucap Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan bingung.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Rian pun kembali meneruskan pekerjaannya yang membuang waktu itu.</span></div><div></div><div></div><div><span lang="IN">Belum sampai memegang alat-alat untuk membongkar hp, tiba-tiba dari jendela terdengar suara.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Mas… mas.. .</i>”</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Lohh… ngapain kamu balik lagi…? </i>“ tanya Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kepada Rio .</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Mas… ibu… </i>“ ucap Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan mewek sambil meneteskan air mata.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Rian pun segera bangun dari posisi duduknya. Dan dengan segera mendekat ke Rio .</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Kenapa ibu…?</i>”, tanya Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan sedikit panik.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Namun, Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tak mampu berbicara seolah lidahnya kaku. Dia pun hanya bisa mewek dan meneteskan air mata saja.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Lalu, Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mendekat dan memegang pundak Rio sambil kembali bertanya.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Kenapa ibu?<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jawab!!<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kok malah mewek sih?</i>” tanya Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang bingung kepada adik laki-lakinya itu.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Rio pun berusaha untuk berhenti menangis sambil mengusap air mata di wajahnya.</span></div><div><span lang="IN">Saat Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengusap wajahnya, sekilas Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>melihat luka di lengan Rio .</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Kamu jatuh yooo??!!!! dimana ibu sekarang??</i>” tanya Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan membentak dan benar–benar khawatir.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>A..a..aku jatuh sama ibu di jalan menurun deket sungai….</i>” jawab Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan terbata-bata karena menahan tangis.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Belum selesai mendengar jawaban Rio , Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>segera berlari menuju jalan menurun yang tak jauh dari rumahnnya itu. </span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Kamu jagain Ria di rumah aku mau nyusul ibu….</i>” ucap Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kepada Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sambil berlari dengan perasaan khawatir.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Yang terlintas di benak dan perasaan Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hanya khawatir dengan ibunya itu.</span></div><div><span lang="IN">“<i>Ibuu</i>” yang ia teriakan dalam hati sambil berlari kencang tanpa menoleh kanan dan kiri.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Sampainya di jalan menurun itu, Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>melihat ibunya terkapar tertimpah sepeda.</span></div><div><!– adsense –></div><div><span lang="IN">“<i>Buuuu….</i>” <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>teriak Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan jantung berdebar kencang, hati tak tenang dan pikirannya melayang layang.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Rian….</i>” suara ibu yang khas seperti orang kesakitan.</span></div><div><span lang="IN">“<i>Ibu…. kok bisa kaya gini ? ” </i>tanya Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sambil mengangkat sepeda dan menjauhkannya dari sang ibu.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Ibu pun berusaha duduk dan Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pun tak kuasa menahan air matanya karena melihat sang ibu terluka. </span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Terlihat di pipi kanan ibunya ada darah merah segar <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pada luka yang bercampur dengan debu. Kaki di bagian betis terlihat sobek dan mengalir darah.</span></div><div><span lang="IN">Rian pun hanya menangis<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sambil membersihkan ibunya yang kotor dan terluka itu.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Aduh… </i>“ jerit ibu yang berusaha<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menahan rasa sakit pada pergelangan tangan kanannya.</span></div><div><span lang="IN">Ibu mencoba menggerakan pergelangan tangannya tersebut dan terdengar suara tangannya yang patah itu.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Sepertinya tangan ibu patah..</i>” ujar ibu sambil meringis kesakitan.</span></div><div><span lang="IN">Lagi-lagi Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hanya bisa menangis memandang sang ibu dengan tangan kanan lemas dan tak berdaya.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Ayo kita pulang, ibu masih bisa jalan, kamu bawa sepedanya saja.. biar ibu jalan sendiri…</i>” ujar ibu sambil berdiri di bantu Rian .</span></div><div></div><div><span lang="IN">Ibu berusaha bejalan, namun Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tak tega melepaskan ibunya yang tertatih-tatih itu.</span></div><div><span lang="IN">Dia pun menuntun Ibunya berjalan menanjak.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Udah, ibu bisa jalan sendiri dari sini… kamu bawa sepedanya aja … kasihan tuh rodanya seperti angka delapan</i>.” </span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Air mata Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terus mengalir dan suara tangisannya semakin keras sambil membawa sepeda yang sempat diperhatikan oleh ibunya walaupun ibunya sendiri terluka cukup parah.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Sampainya di rumah, ibu duduk bersandar di tembok sambil berusaha membersihkan diri dengan tangan kirinya dan tangan kanannya tergeletak lemas.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Rian dan Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hanya bisa menangis dan membasuh luka ibunya dengan kain basah.</span></div><div><span lang="IN">Menangis mengaung-ngaung melihat ibu mereka terluka dan mencoba kuat di hadapan anak-anaknya.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Udah jangan nangis, nanti adik bangun lagi… denger suara kalian.</i>” tegur sang ibu.</span></div><div><span lang="IN">Benar saja, Ria pun bangun, dan dangan sigapnya ibu berdiri lalu segera menepuk-nepuk Ria yang menangis dengan tangan kirinya.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Dan Ria pun minta digendong oleh sang ibu. </span></div><div><span lang="IN">Ibu pun berusaha menggendongnya dengan tangan kiri.</span></div><div><span lang="IN">Namun, usaha ibu gagal… </span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Rian, Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bantuin ibu gendong Ria…</i>” perintah sang ibu kepada kedua anak laki-lakinya yang sedang menangis tak henti memperhatikan sang ibu.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div><span lang="IN">Rian pun menggendong adiknya yang rewel karena bangun tidur itu.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Sini Ria ibu pangkuin, Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kamu ambil popok di lemari adik…</i>” perintah ibu.</span></div><div><span lang="IN">Rian pun mencari popok di lemari.. namun Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak menemukannya karena Rian<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sendiri tak pernah tau urusan tentang mengurus adiknya.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Ibu pun segera berdiri lagi dengan meringis kesakitan dan dia mengambil popok untuk Ria.</span><br /><span lang="IN"><br /></span></div><div><span lang="IN">“<i>Nih, kamu pasangin popoknya….</i>” perintah ibu sambil meringis kesakitan karena berusaha duduk.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Rio, ambilin bubur di panci pake mangkuk kecil punya adek , ibu mau suapin adek</i>” perintah ibu kepada Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang tak kunjung berhenti menangis.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Setelah mengambilkan bubur sambil menangis, Rio <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pun memberikannya pada ibu.</span></div><div><span lang="IN">Ibu berusaha menyuapai Ria, dengan tangan kiri namun ibu kesusahan.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Rian pun meminta mangkuk berisi bubur itu. Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tak tega melihat ibunya meringis kesakitan, dia berusaha membantu sang ibu… menyuapi sang adik perempuan.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Namun, setelah dia berusaha menyuapai adiknya itu, dia hanya membuat adiknya menangis.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Rian merasa kesal dan marah-marah karena adiknya susah untuk disuapi.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Disuruh makan bubur 3 sendok aja susah banget… <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bikin emosi…</i>” ujar Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang kesal.</span></div><div></div><div><span lang="IN">“<i>Kamunya yang sabar, anak kecil emang kaya gitu Rian</i>.” nasihat sang ibu pada Rian .</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Emang ibu gak emosi tiap hari nyuapin adek yang nangis terus kalau makan</i>” tanya Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan kesal.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Nggak lah…</i>”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jawab sang ibu dengan tegas.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Udah kamu telpon bapak aja, beritahu agar cepet pulang</i>” ucap ibu sambil mendekat ke Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan mengambil mangkuknya.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">“<i>Oh iya hpku, masih berantakan</i>” ujar Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang tersadar hpnya yang terlupakan karena peristiwa itu.</span></div><div><span lang="IN">Setelah hari itu, Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjadi partner sang ibu. Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjadi tangan kanan sang ibu, semua pekerjaan dikerjakan oleh Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan diberi petunjuk oleh ibu.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Namun, tak satu pun pekerjaan yang beres di tangan Rian . Semua pekerjaan tetap ibu yang menyelesaikannya.</span></div><div></div><div><span lang="IN">Hampir setiap hari Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menangis memperhatikan sang ibu membereskan setiap pekerjaan dengan tangan kirinya, dia merasa bersalah dan merasa tak berguna sebagai anak. Tak satu pun pekerjaan yang bisa dia kerjakan, dia hanya bisa merepotkan ibunya yang selalu merasakan sakit di setiap gerakannya.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN">Menjerit hati Rian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>setiap kali dia melihat ibunya merasakan sakit.</span></div><div><span lang="IN"> </span></div><div><span lang="IN"><i>Kenapa harus dengan cara seperti ini untuk membuka kesadaran ku, kenapa aku baru sadar setelah ibu sakit.</i></span></div></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-24552560081093738852018-02-03T02:27:00.000+07:002023-02-19T13:12:21.371+07:00Hanya karena Lupa<div dir="ltr" style="text-align: left;"><div></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4UH757X7IwFOU1ahAqL743thYxOophG7dQoDRS_ZPnsrkZqehkqbUSSh5Lu8gSrcDB8oL6qXoFqg9I85Pm6rk8nh4Hm7gtdo8-QNDTq00vsNcutOueCbbyRSWIISGXffmCDxo1h3ZYdCG2y4TbfZaeSuAK0ImHK5PFf730967DDnG4e42nIlbsb1I/s768/cerpen-hanya-karena-lupa.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Hanya karena Lupa" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4UH757X7IwFOU1ahAqL743thYxOophG7dQoDRS_ZPnsrkZqehkqbUSSh5Lu8gSrcDB8oL6qXoFqg9I85Pm6rk8nh4Hm7gtdo8-QNDTq00vsNcutOueCbbyRSWIISGXffmCDxo1h3ZYdCG2y4TbfZaeSuAK0ImHK5PFf730967DDnG4e42nIlbsb1I/w400-h225/cerpen-hanya-karena-lupa.png" title="Cover Cerpen Hanya karena Lupa" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Hanya karena Lupa</td></tr></tbody></table><p><a name="more"></a>Jam alarm yang menyala di atas meja bergetar seolah seperti gempa dan berbunyi keras seolah seperti ibu meneriaki Edi untuk segera bangun. Namun, Edi tetap saja susah untuk bangun.</p><p>Kira-kira seperti itulah gambaran Edi selama 5 hari ini. Semenjak dia bekerja untuk pertama kalinya seolah hidupnya berubah seperti kapal yang terbalik. Yang terlihat hanya kekacauan pada dirinya.</p><p>Sudah 5 hari juga Edi bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah bank. Dan dia tinggal di kos-kosan yang tak jauh dari tempat kerjanya itu.</p><p>Banyak hal yang berubah dari Edi, yang dulu sering bermalas-malasan kini dia dituntut untuk benar-benar mandiri.</p><p>Dan selama 5 hari itu, dia berangkat bekerja dengan terburu-buru. Banyak sekali kebiasan baik yang dia lupakan ketika dia masih di rumah dulu.</p><p>Berjalan tergesa-gesa, tak memperhatikan sebelah kanan atau sebelah kirinya. Yang dia lihat hanyalah detik jarum jam yang berada di lengan kirinya itu, yang seolah seperti bom yang akan segera meledak.</p><p>Rambut kusut, muka bak gorengan baru di angkat, baju seperti baru di kunyah oleh kambing adalah tampilan Edi saat itu. Mungkin saat itulah masa-masa terburuk dari hidup Edi.</p><p>Beruntung dia cukup cekatan dalam bekerja, jadi kekacauan pada dirinya itu tidak terlalu terlihat.</p><p>Satu hari yang melelahkan akhirnya akan berakhir. Tak terasa jam menunjukan pukul 4 sore. Sekacau-kacaunya Edi adalah saat jam pulang kerja.</p><p>Berbeda seperti saat berangkat bekerja, saat pulang kerja Edi berjalan sempoyongan, merasakan letihnya bekerja.</p><p>Namun, selama 5 hari ini setiap dia pulang kerja, ada satu hal yang menarik perhatian pemuda kacau ini.</p><p>Saking menariknya, dia selalu memandangi, memperhatikan, dan mengamati dari kejauhan. Namun, menariknya hanya di mata Edi saja, di mata orang lain itu hanyalah rumah kosong yang terbengkalai.</p><p>Iya, rumah itu adalah rumah kosong. Rumah yang desainnya moderen itu tampak dipenuhi dengan semak-semak belukar yang tumbuh liar.</p><p>Edi selalu bingung saat melewati rumah itu, kadang dia sesekali berhenti untuk lebih lama mengamati rumah itu.</p><p>Dia memperhatikan dari ujung atap, pintu, lantai teras, jendela kaca dan gerbang bagasi yang bahan kayu.</p><p>Tapi dari pengamatannya itu, dia belum mengerti apa yang menarik dari rumah yang dia amati itu.</p><p>Dia juga sempat beberapa kali bertanya kepada orang-orang di sekitar rumah itu, kenapa rumah itu di tinggalkan dan dibiarkan kosong.</p><p>Namun, Edi hanya mendapatkan jawaban yang sama, yaitu tidak ada yang tahu tentang rumah itu.</p><p>Karena di daerah tersebut jarang sekali terjadinya interaksi atau sosialisai antar tetangga, jadi wajar jika tidak ada yang tahu riwayat dari rumah itu.</p><p>Keesokan harinya, seperti biasa Edi berangkat kerja dengan terburu-terburu lagi, dan hari ini dia benar-benar kesiangan.</p><p>Suasana berangkat siang sangat berbeda, banyak sekali debu di sepanjang jalan yang dia lewati.</p><p>Sesampainya di kantor, seperti biasa dia langsung membersihkan dan membereskan pekerjaannya satu persatu.</p><p>Entah apa dan darimana, tiba-tiba ada hal aneh mengusik perhatian Edi saat membersihkan kaca.</p><p>Dia pun sejenak menghentikan tangannya untuk mengelap kaca yang dia bersihkan.</p><p>Kaca yang dia bersihkan itu sebelumnya kotor karena debu, padahal baru kemarin dia bersihkan.</p><p>Lalu Edi meneruskan kembali membersihkan kacanya dengan sambil memikirkan hal aneh yang tiba-tiba datang.</p><p>Setelah bersih, Edi mundur beberapa langkah untuk mengecek sudah bersihkah kaca yang dia bersihkan itu.</p><p>Tiba-tiba terlintas di pikiranya dan terucap seponton dari mulutnya</p><p>“<i>Nah, sudah bersih seperti kaca di rumah itu</i>.”</p><p>Edi kaget dengan ucapanya tersebut sambil menutup mulutnya dan dengan mata yang tak tenang.</p><p>Lalu dia melihat ke lantai yang baru saja dia bersihkan juga.</p><p>Akhirnya iya menemukan ke aneh yang dia bingungkan selama ini tentang rumah kosong itu. Muncul banyak pertanyaan di benaknya.</p><p>“<i>Kenapa kaca rumah itu bersih sekali, padahal banyak debu di sekitar rumah itu.. kok bisa bersih seperti di lap setiap hari</i>.” ujar sambil membayangkan rumah yang 5 hari terakhir dia amati itu.</p><p>“<i>Dan kenapa lantai teras rumah itu juga bersih seperti di bersihkan setiap hari</i>.”<br />Kebingungan itu membuatnya selalu berpikir sambil melamun.</p><p>Tak terasa jam menunjukan pukul 5 sore.</p><p>Edi pun bergegas pulang dengan badan yang letih dan kali ini dia benar–benar terlambat pulang.</p><p>Di jalan pun Edi masih memikirkan tentang keanehan rumah itu.</p><p>Edi pun berlari bergegas ingin mengamati rumah itu lagi.Setelah sampai, dia langsung memperhatikan lantai teras dan kaca rumah itu.</p><p>“<i>Iya…. iya….. aku tidak salah, kaca rumah itu bersih seperti kaca kantor yang aku bersihkan dan lantainya juga bersih…</i>” ujar edi sambil menunjuk-nunjuk kearah rumah kosong itu.</p><p>“<i>Tapi siapa yang membersihkan rumah itu, rumah itukan tidak berpenghuni</i>.” Ucap Edi mulai penasaran.</p><p>Lalu dia coba bertanya pada tetangga sebelah dari rumah kosong itu.</p><p>“<i>Pak apakah rumah itu di bersihkan oleh seseorang…?</i>” tanya edi pada tetangga rumah kosong itu.</p><p>“<i>Tidak, tak ada yang pernah masuk kesana, apalagi… membersihkannya</i>”<br />“<i>Kalau memang ada yang membersihkannya kenapa… tidak dibersihkan semua</i>..”</p><p>Penasaran Edi semakin memuncak, dia benar-benar ingin tau apa isi rumah itu dan mengapa kaca serta lantai terasnya selalu bersih padahal sama sekali tidak di urus.</p><p>Edi pun menatap langit yang berwarna jingga di sebelah barat. Yang menandakan malam yang sudah mendekat dengan kegelapannya.</p><p>Akhirnya Edi pun memutuskan untuk menyerah pada rasa penasaranya.</p><p>Edi akhirnya masuk ke halaman rumah kosong itu, langkahnya sangat yakin saat menginjak rumput yang tumbuh liar, yang tingginya hampir menutupi lututnya.</p><p>Kedatangan Edi mengusik penghuni rerumptan itu. Belalang-belalang melompat menjauh dari dirinya.</p><p>Setelah melewati hamparan rumput lebat, Edi di hadapkan dengan teras.</p><p>Teras yang lebarnya tak lebih dari 3 meter persegi itu berlantaikan granit berwarna putih dan warna hitam disetiap sisi teras.</p><p>Sama seperti pengamatan Edi dari kejauhan, lantai teras itu bersih seperti baru saja dibersihkan.<br />Edi berusaha mencopot sepatunya agar dia bisa naik ke teras itu tanpa mengotorinya.</p><p>Walaupun dia sendiri belum tahu siapa yang membersihkannya, tapi menurutnya menghargai kebersihan adalah prinsip utamanya karena dia sendiri adalah petugas kebersihan.</p><p>Setelah mencopot sepatu dan tak lupa kaus kakinya juga, dia pun menginjakan kakinya ke lantai teras itu.</p><p>Telapak kakinya merasakan hal aneh. Di sore yang sehangat ini, teras itu terasa sangat dingin hingga terasa sampai ke ubun-ubun.</p><p>Namun, hal itu tak menghalangi langkah kaki Edi. Dia pun melanjutkan pengamatannya.</p><p>Kaca yang dia amati juga bersih seperti yang dia lihat dari kejauhan tadi.</p><p>Terlihat ada sesuatu di kaca itu, tepatnya di balik kaca itu. Edi pun mendekat dan melihatnya baik-baik.</p><p>Ternyata gambar yang berbentuk seperti mata sebelah kiri.</p><p>Edi merasa agak was-was sambil menelan ludahnya yang terasa hangat itu.</p><p>Edi semakin fokus mengamati gambar mata tersebut.</p><p>Tapi tiba-tiba… mata itu.. mata itu…</p><p>Berkedip.</p><p>Sepontan.. Edi kaget dan mundur sambil terjatuh duduk.</p><p>Jantungnya… berdebar-debar dan terus berdebar, nafasnya berhembus tak tenang… dia pun kembali menelan ludahnya, namun ludahnya kali ini terasa dingin.</p><p>Belum selesai dengan keadaan yang sangat mengagetkan tersebut, tiba-tiba pintu di dekat jendela kaca itu terbuka.</p><p>Naman pintu itu tidak terbuka lebar, dan dari pintu itu muncul seseorang yang hanya menampakan kepala dan setengah badannya.</p><p>Orang itu adalah seorang kakek, kira-kira umur 70-an</p><p>Kakek itu hanya memandang kedepan dengan wajah keriputnya dan satu matanya berkedip-kedip.</p><p>“<i>Siapa di sana </i>?” tanya kakek itu.</p><p>Edi pun masih diam, sambil mengamati kakek yang tidak menyadari keberadaannya itu.</p><p>Edi berusaha berdiri perlahan-lahan..</p><p>Tiba-tiba kakek itu mengeluarkan tongkat menggunakan tangan kanannya, lalu memukulkannya kelantai beberapa kali.</p><p>Lagi-lagi Edi terkaget.</p><p>“<i>Mo…mo…hon maaf kek, saya kesini ha..ha..hanya ingin mengamati rumah ini</i>…” ucap Edi terbata-bata.</p><p>“<i>Ow… mendekatlah</i>…” perintah kakek itu kepada Edi dengan matanya yang terus berkedip-kedip sebelah.</p><p>Edi berusaha medekat ke kakek berwajah keriput itu dengan sedikit was-was.</p><p>Kakek itu pun mengendus-enduskan hidung keriputnya kearah Edi.</p><p>“<i>Kamu bau sabun</i>..” ucap kakek itu sambil membuang nafasnya.</p><p>“<i>Saya habis mencuci piring dikantor kek</i>..” kata Edi kepada kakek itu.</p><p>“<i>Ow.., jadi kamu pulang kerja</i>.” ucap kakek itu sambil membalikan badan ke arah pintu.</p><p>“<i>Masuk dan istirahatlah, dan juga lanjutkanlah pengamatanmu</i>..” ucap kakek itu menawarkan Edi masuk dan kakek itu berjalan sambil memukul-mukulkan tongkatnya ke lantai.</p><p>Edi pun masuk mengikuti kakek itu sambil menutup pintu.</p><p>“<i>Maaf ya.. di sini gelap…</i>” ucap kakek sambil tersenyum pada Edi dan terlihat gigi putih rapi sang kakek.</p><p>Tapi Edi sadar itu seperti gigi milik pamannya, yang pamannya pernah beli di dokter gigi.</p><p>“<i>Duduklah</i>” ucap sang kakek menawarkan duduk kepada Edi di sofa yang terlihat hitam karena kegelapan.</p><p>“<i>Ya… di rumah ini tak ada penerangan, haha kalaupun ada itu akan percuma, karena aku buta</i>..” ujar kakek itu dengan tertawa ringan yang lagi-lagi menampakkan giginya.</p><p>“<i>Ternyata benar dugaanku, kakek ini buta</i>.” ujar Edi dalam hati.</p><p>“<i>Kakek tinggal di sini sendiri..?</i>” tanya Edi kepada kakek keriput itu.</p><p>“<i>Iya…</i>” jawab kakek itu sambil memandang kedepan khas orang buta.</p><p>“<i>Lalu siapa yang membersihkan rumah ini hingga bersih sekali…?</i>” tanya Edi dengan perlahan.</p><p>“<i>Aku yang membersihkannya sendiri, apakah kamu orang baru disini…?</i>” jawab kakek dan bertanya mengubah topik pembicaraan.</p><p>“<i>Iya kek, saya baru disini.</i>” jawab Edi sambil melihat keluar dan nampak semak-semak berwarna kemerah-merahan karena sinar matahari yang sebentar lagi meredup.</p><p>“<i>Tapi kek, kenapa kakek tidak meminta tolong pada orang, untuk membersihkan semak-semak di halaman, agar terlihat bersih kek…?</i>” tanya Edi sambil menyelipkan saran.</p><p>“<i>Haha… ternyata kamu perduli sekali ya..</i>” ucap kakek sambil tertawa.</p><p>“<i>Tidak nak, semak-semak itu pemandangan yang sangat indah</i>” jawab kakek sambil berhenti tertawa.</p><p>“<i>Pemandangan…..??? apakah kakek bercanda…aaa…</i>” ujar Edi sambil menoleh ke arah kakek dan saat itu juga Edi terdiam.</p><p>Edi melihat kakek menunduk dan sedikit tertawa kecil. Tiba-tiba mata yang berkedip-kedip dari tadi pun berhenti.</p><p>Edi tetap menatap kakek itu dengan bingung.</p><p>“<i>Sebenarnya aku tidak sepenuhnya buta, satu mataku ada di kaca yang kau lihat tadi</i>.” Ucap kakek dengan pelan dangan nafas tak stabil.</p><p>“<i>A..a..ap…pppa… maksud kak….kakek..?</i>” tanya Edi sedikit cemas dan menelan ludahnya yang terasa pahit.</p><p>Tiba-tiba… kakek keriput itu menatap Edi dengan 1 matanya yang kosong yaitu mata sebelah kiri.</p><p>Melihat hal itu, Edi sadar kalau mata kiri yang berkedip di kaca tadi adalah mata kakek itu.</p><p>Edi berencana berlari sejauh mungkin karena dia takut.</p><p>Namun celaka…</p><p>Celaka besar bagi Edi…</p><p>Belum sempat melangkah untuk berlari….</p><p>Gigi milik kakek yang dia kira palsu itu ternyata asli, dan sudah menggigit lengan kanannya.</p><p>“<i>Aaaaaaaaa…… lepaskannnn….!!!!!!!!!</i>” terik Edi histeris karena digigit oleh kakek yang bermata kosong sebelah dan memandangnya dengan wajah keriput yang berekspresi senyum jahat.</p><p>Tangan Edi terasa mulai nyeri dan kaku, Edi terus memberontak dari gigitan itu.<br />Wajah panik Edi benar-benar menggambarkan ketakutannya.<br />Dia pun memejamkan matanya dan masih merasakan digigit kakek itu.<br />Edi lalu membuka matanya, tiba-tiba Edi mulai terdiam secara perlahan dengan nafas terengah-engah.</p><p>“<i>Huffffff ….. ternyata mimpi..</i>” ujar Edi dalam keadaan masih tergeletak dengan tangan kanan tertimpah tubuhnya.</p><p>Dia pun bangkit dari posisinya dan duduk dengan merasakan nyeri dan kaku pada tangan kanannya karena keram.</p><p>Badannya sangat lemas, dan dia sadar bahwa di sedang dalam kegelapan.</p><p>Di segera mengambil hpnya dengan tangan kanannya yang masih keram itu.</p><p>Dia pun sedikit sok… karena jam di hpnya menunjukan pukul 12 malam.</p><p>“<i>Dimana aku?</i>” tanyanya dalam hati sambil menghidupkan senter untuk penerangan.</p><p>Lalu dia berdiri.</p><p>Saat itu dia berdiri tepat didepan jendela kaca dimana dia melihat mata kiri berkedip padanya.</p><p>Namun bedanya kaca itu sangat kotor, berbeda sekali dengan yang dia lihat ketika sore hari.</p><p>Lantai teras pun sangat kotor, dan terasa sekali di telapak kakinya.</p><p>Dia pun teringat sore itu dia melepas kaus kaki dan sepatunya namun sore itu lantainya bersih dan sekarang sangat kotor seperti tak pernah di bersihkan.</p><p>Edi pun segera pergi dari tempat itu, yang saat itu dia lihat bersih kini menjadi kumuh.</p><p>Saat dia sudah keluar dari halaman rumah kosong itu menenteng sepatu dan kaus kakinya dengan tangan kiri.</p><p>Dan tangan kanannya yang masih keram menggenggam hp.</p><p>Dia memandang rumah gelap yang baru saja dia tiduri itu.</p><p>“<i>Ternyata aku dikerjai ya…</i>” ucapnya sambil menggerutu.</p><p>Dia pun heran kenapa dia bisa-bisanya sampai di kerjai oleh hal-hal seperti itu.</p><p>Edi pun pulang dengan badan yang sangat letih dan kotor.</p><p>Sampai di depan kos-kosan dia pun di buat panik.</p><p>Pintu kosannya terbuka dan rusak.</p><p>Dan tergeletak 2 security di depan pintu itu.</p><p>Edi segera meletakkan sepatu dan kaus kakinya.</p><p>Dan lari menuju ke security itu.</p><p>“<i>Pak bangun pak… paakkk, apa yang terjadi disini pak bicaralah..?</i>”<br />Namun kedua security itu tak bangun, malah salah satu security mendengkur dengan keras.</p><p>Edi pun langsung masuk ke dalam kosannya.</p><p>Edi sangat kaget, dan lebih kaget daripada digigit oleh kakek keriput dirumah kosong itu.</p><p>Dia mendapati dapur kosannya penuh dengan warna hitam.</p><p>Ya warna hitam karena kebakaran.</p><p>Belum selesai dengan kagetnya, tiba-tiba pundak kanannya dipegang oleh seseorang dari belakang.</p><p>Edi tak berani menoleh dan dia kembali menelan air ludahnya yang entah rasa apa itu.</p><p>“<i>Hei kenapa kamu malah tegang?</i>” tegur seseorang tersebut.</p><p>“<i>Huff… ternyata pak rt</i>” ucap Edi dengan lega.</p><p>“<i>Kemana saja kamu jam segini baru pulang?</i>” tanya pak rt sambil menunjuk jam.</p><p>“<i>Lihat badan kamu kotor sekali, abis mandi debu kamu ya…?!</i>” ucap pak RT</p><p>Menunjuk badan Edi yang memang kotor karena penuh dengan debu dari rumah kosong itu.</p><p>“<i>Pak rt apa yang terjadi pada dapur saya sampai kebakaran seperti ini?</i>” Edi balik bertanya pada pak rt dengan nada sedih.</p><p>“<i>Kompor gas kamu meledak, karena kompornya kelamaan hidup. Apakah kamu lupa mematikan kompor?</i>” penjelasan dan tanya pak rt pada Edi.</p><p>“<i>Tadi pagi saya berangkat kerja terburu-buru pak, jadi saya lupa mematikan kompor</i>” ucap Edi dengan menepok jidatnya karena menyesal.</p><p>“<i>Ya sudahlah…. sekarangkan sudah malam, kamu istirahat saja ini sudah jam 1 malam</i>” ucap pak rt sambil pergi menjemput kedua security yang tertidur pulas di pintu depan yang rusak karena di dobrak untuk memadamkan kebakaran di dapur Edi.</p><p>Edi pun seger membereskan semuanya.</p><p>Esok paginya, Edi memulai hari dengan sedikit tenang.</p><p>Namun Edi masih terheran-heran dengan apa yang dia alami tadi malam.</p><p>Baik di rumah kosong dan apa yang terjadi di kosannya.</p><p>Edi merasa dirinya jauh dari ketenangan, seperti ada hal yang terlupakan.</p><p>Entahlah apa itu, Edi pun berangkat bekerja lagi dengan rasa letih di seluruh badannya.</p><p>Di perempatan jalan ada sebuah warung makan tepatnya 10 meter sebelum kantornya.</p><p>Di warung makan tersebut, duduk seorang anak dan ibunya.</p><p>Sejanak Edi memperhatikannya, tiba-tiba ibu itu memukul tangan anaknya yang akan melahap sebuah krupuk yang baru di sajikan oleh pelayan warung itu.</p><p>“<i>Loh, kenapa</i>?” tanya Edi di dalam hati dengan sedikit heran.</p><p>“<i>Adeekkk gak boleh makan sebelum doa…. , doa… dulu baru makan</i>…” ucap ibu itu pada anaknya sambil menaruh krupuk yang mau di makan anaknya tadi.</p><p>“<i>Plakkk</i>…” suara Edi menepok jidatnya dengan keras, hingga jidatnya terasa panas.</p><p>Edi pun menelan ludah sambil menghela nafas.</p><p>“<i>Huffff…. pantas saja, ternyata selama ini aku lupa berdoa karena aku selalu terburu-buru.</i>” ujar Edi sambil mulai berjalan menuju kantor dangan tangan masih berada di jidatnya.</p></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-72856184784971635772018-01-25T17:11:00.000+07:002023-02-19T13:10:31.726+07:00Luasnya Makna Lampu di Sudut Jalan<div dir="ltr" style="text-align: left;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3nyPUzTPPie4n-QOvinv1bl3HZvPgaE6O3FIXACEDBzsI8EWitMoGD3oMY1an5T32-9RvCQtoIACmXmDrEOSgN0djbWiglOoywtzTEvdl4K77x0ZstlYdmUqG3BndyfE2qfW-P9X1RJ56EKkQcdFS7o4hkTbf5OpJy4DUu8qS454zbsEYm3-uhHth/s768/cerpen-luasnya-makana-lampu-di-sudut-jalan.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover Cerpen Luasnya Makna Lampu di Sudut Jalan" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3nyPUzTPPie4n-QOvinv1bl3HZvPgaE6O3FIXACEDBzsI8EWitMoGD3oMY1an5T32-9RvCQtoIACmXmDrEOSgN0djbWiglOoywtzTEvdl4K77x0ZstlYdmUqG3BndyfE2qfW-P9X1RJ56EKkQcdFS7o4hkTbf5OpJy4DUu8qS454zbsEYm3-uhHth/w400-h225/cerpen-luasnya-makana-lampu-di-sudut-jalan.png" title="Cover Cerpen Luasnya Makna Lampu di Sudut Jalan" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Cerpen Luasnya Makna Lampu di Sudut Jalan</td></tr></tbody></table></div><div dir="ltr" style="text-align: left;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;"><div><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></div></div><span style="text-align: left;">Di sore hari yang masih terasa panasnya sinar matahari</span><p>“<i>Gubrakkkk…..!!!</i>” tiba-tiba Andi seorang pengendara motor terkapar lemas dan tak berdaya di sisi jalan.</p><p>Dia terjatuh dan terpisah dari motornya hingga 7 meter. Matanya masih terlihat sayup-sayup, dia hanya bisa melihat kerumunan kaki mendekati dirinya yang tak mampu berbuat apa-apa… hingga akhirnya dia pun terlelap.</p><p>Andi tersadar dengan rasa sakit di kepalanya, dia pun mencoba membuka matanya. Namun, dia sulit untuk melakukannya.</p><p>Kelopak matanya seolah tak menurut lagi dengan keinginannya untuk membuka mata.<br />“Tenangkan diri anda pak, saat ini anda butuh banyak istirahat…” ujar dokter sambil membenahi kepala Andi yang tergeser dari bantalnya.</p><p>Tak banyak yang bisa Andi ingat, namun satu yang pasti dia ingat, gadis kecil dan seorang kekasih yang sudah menunggunya di rumah.</p><p>Dia pun berusaha lagi membuka kedua matanya.<br />Ya… usahanya kali ini berhasil, namun semua yang dia pandang terlihat buram dan rasa sakit di kepalanya yang semakin menjadi.<br />“<i>Aaaa…..sakittt sekali….” </i>keluh Andi sambil memegang kepalanya yang di perban.</p><p>“<i>Tenanglah mas… anda sedang terluka parah karena kecelakaan</i>” dokter kembali mengingatkannya.<br />“<i>Kecelakaan</i>… “ ujar Andi sambil meringis kesakitan dan kembali terpejam.</p><p>Dia pun teringat, saat dia melaju kencang dengan motornya walaupun dia melihat bahwa lampu merah masih menyala.</p><p>Dia pun teringat, bagaimana kelakson mobil besar berbunyi keras dan mobil tersebut mendekat kearahnya dengan cepat, lalu menabrak dirinya hingga membuatnya terlempar dan terpisah dengan motornya.</p><p>Iya pun kembali mengingat kerumunan kaki yang mendekat padanya.</p><p>Setelah mengingat apa yang terjadi padanya tangannya gemetar hebat.</p><p>Air matanya menetes dan membasahi perban di tangannya itu<br />“<i>Apakah aku masih hidup…?</i>” tanyanya entah pada siapa.</p><p>Terlintas di ingatannya, setiap hari ia di sambut gembira ketika pulang kerja oleh anak perempuannya yang masih berusia 4 tahun dan seorang istri setia nan cantik yang sangat dia sayangi.</p><p>Penyesalan seolah sedang mencekiknya.<br />Luka-luka di kepala, tubuh, tangan, dan kaki seolah meneriaki dan menjerit padanya.</p><p>“<i>Kenapa….? kenapa….? kenapa….? kau mengabaikan lampu kecil di sudut jalan yang berwarna merah itu</i>”</p><p>Dia pun kembali teringat nasihat seorang polisi yang menilangnya minggu lalu karena dia menerobos lampu merah.</p><p>“<i>Bapak ini tidak punya keluarga atau tidak sayang keluarga. Kalau bapak mengalami hal yang tidak diinginkan bagaimana…? Sayangilah keluarga bapak dengan menjaga keselamatan diri bapak sendiri, kalau bapak menjaga diri sendiri saja tidak bisa bagaimana bapak akan menjaga mereka…?</i>” nasihat pak polisi sambil menulis di kertas tilang.</p><p>Dadanya pun semakin sesak dengan mengingat nasihat pak polisi itu.<br />Seolah semua catatan pelanggaran miliknya sedang di bacakan oleh rasa sakit yang dia rasakan.<br />Isak tangis Andi pun semakin menjadi ketika terdengar suara seorang gadis kecil.</p><p>“<i>Ayahhh…. </i>“ teriak anak perempuannya yang datang dengan bingung melihat ayahnya terkapar di kasur dengan kepala di perban hingga menutupi satu matanya.</p><p>“<i>Mas…. kenapa bisa begini….?</i>” tanya sang istri sambil menangis dan langsung memegang erat tangan kanannya yang pucat dan dingin itu.<br />Saat itu perasaan yang Andi rasakan campur aduk. Sedih, sesal, sakit dan syukur.</p><p>Ya… Andi sangat sangat bersyukur masih di beri kesempatan untuk hidup dan masih bisa memeluk orang-orang yang dia sayangi.<br />Karena tidak semua penerobos lampu penuh makna itu seberuntung Andi.</p></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-75213170918617075592018-01-22T21:46:00.000+07:002023-02-19T13:08:44.560+07:00Motivasi Dibayar Kopi<div class="is-layout-flex wp-container-41 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAn-cLUdubyiaVnYypjSKmVH73DBVPIJdwzM8CcFiEclzlvrDjZbkSbx5gSDEEoCuyhQbKPY0X9-b12umFEdLT9SC5uHZoXKYX1UgUCNFGRTI9MXiRz7V7LOJiQAg4Rt6nYGBVDo1GwkIsSHxY0cMX_f_pJqVqdswMqJCqEl4tzDk4H_4TKhNKS-dA/s768/cerepen-motivasi-dibayar-kopi.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover cerpen motivasi dibayar kopi" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAn-cLUdubyiaVnYypjSKmVH73DBVPIJdwzM8CcFiEclzlvrDjZbkSbx5gSDEEoCuyhQbKPY0X9-b12umFEdLT9SC5uHZoXKYX1UgUCNFGRTI9MXiRz7V7LOJiQAg4Rt6nYGBVDo1GwkIsSHxY0cMX_f_pJqVqdswMqJCqEl4tzDk4H_4TKhNKS-dA/w400-h225/cerepen-motivasi-dibayar-kopi.png" title="Cover cerpen motivasi dibayar kopi" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover cerpen motivasi dibayar kopi</td></tr></tbody></table><p>Sapu tangan Anisa seolah sudah tak mampu menahan air mata yang terus menetes tanpa henti. Ya… dia baru saja di tinggal pergi oleh ayahnya untuk selama-lamanya.</p></div></div><p></p><p><br />Kecelakaan ayahnya seolah selalu membayangi dan menghantui pikirannya. Bagaimana tidak, ayah yang selalu ada dan sayang padanya harus meninggalkannya dengan cara mengenaskan.</p><p>Namun, Anisa berusaha untuk menghentikan kesedihannya tersebut. Karena Anisa tau bahwa di kantor, dia dilarang untuk bersedih.<br /></p><p>Pak Anton adalah bos Anisa di kantor, dia sangat benci sekali terhadap orang yang bersedih. Bahkan dia terlalu sering memecat karyawannya karena ketahuan bersedih.</p><p>Itulah alasan mengapa Anisa berusaha untuk menghentikan kesedihannya. Anisa takut jika dia ketahuan bersedih dia akan di pecat dari pekerjaan yang sangat penting baginya itu.</p><p>Setelah Anisa mulai bekerja di kantor lagi, banyak teman kerja Anisa yang turut berbela sungkawa, tapi teman-teman Anisa pun menyampaikannya dengan diam-diam tanpa di ketahui oleh sang bos yaitu Pak Anton.</p><p>Semua teman Anisa mencoba menutupi kesedihan Anisa, karena semua tau bagaimana sifat sang bos.</p><p>Ketika Anisa duduk di meja kerjanya, dia terus mencoba tenang dan masih berusaha menahan air matanya yang tidak mau berhenti menetes.</p><p>Tiba-tiba Pak Anton datang dengan mengejutkan, lalu menyapa semua karyawannya.</p><p>“<em>Pagi semua..!</em>” ucapnya dengan semangat.</p><p>“<em>Pagi Pak Anton..</em>.” semua menjawab dengan semangat, kecuali Anisa.</p><p>Karena Anisa tidak menjawab, Pak Anton pun memperhatikan Anisa dari kejauhan dan dia pun penasaran karena Anisa tidak menjawab sapaannya.</p><p>Teman-teman Anisa terlihat tegang karena takut Anisa ketahuan bersedih oleh Pak Anton.</p><p>Pak Anton pun berjalan menuju ke arah Anisa yang duduk dan menundukan kepala di atas meja.</p><p>“<em>Maaf pak, laporan keuangan bulan ini sudah selesai dibuat pak</em>.” ucap Tania untuk mengalihkan perhatian Pak Anton agar tidak menuju ke Anisa.</p><p>Usaha Tania berhasil mengalihkan perhatian sang bos.</p><p><br />Tania adalah teman Anisa yang paling dekat jadi dia tidak ragu membantu dan peduli kepada Anisa.</p><p>Perlahan bos pun meninggalkan Anisa.</p><p>Suasana tegang yang tadi ada kini sudah menjadi lega.</p><p>Tapi penasaran Pak Anton terhadap Anisa sangatlah besar.</p><p><br />Itu terbukti karena saat Anisa pulang, diam-diam Pak Anton mengikuti Anisa dari belakang dan terus mengamatinya.</p><p>Tapi Anisa mengetahui hal itu, karena itu dia berusaha berjalan lebih cepat.</p><p>Pak Anton terus mengikuti Anisa, namun Pak Anton kehilangan Anisa.</p><p><br /><br />Pak Anton mencoba mencari Anisa di lokasi dimana dia terakhir melihatnya.</p><p>Tiba-tiba dari belakang ada seorang yang menegur Pak Anton.</p><p>“<em>Ada apa ya pak…?</em>” ucap Anisa dengan suara serak.</p><p>Pak Anton pun kaget dan berbalik kebelakang.</p><p>“<em>oh.. a..Anisa…?</em>” ujar Pak Anton sedikit salah tingkah.</p><p>“<em>Ke..Kenapa bapak mengikuti saya sampai sejauh ini ?</em>” Anisa bertanya dengan nada ragu</p><p>“<em>Wah… jadi saya ketahuan ya…. heheh</em>” ujar Pak Anton dengan sedikit tertawa…</p><p>Karena Pak Anton sudah tertangkap basah mengikuti Anisa. Pak Anton pun mengajak Anisa ngobrol di warung kopi.</p><p>Datanglah seorang pria menghampiri meja Pak Anton dan Anisa.</p><p>“<em>Silakan pak, mbak kopinya</em>” ucap pelayan yang menawarkan kopi</p><p>“<em>Terima kasih mas…</em>” jawab Pak Anton menganggukan kepalanya.</p><p>“<em>Maaf ya Anisa saya gak sopan ikutin kamu dari belakang</em>.” ucap Pak Anton membuka percakapan.</p><p>“<em>Oh, g..gak apa-apa kok pak..</em>” jawab Anisa terbata-bata.</p><p>Pak Anton meminum kopi dengan santainya</p><p>“<em>Maaf pak, tapi mengapa bapak mengikuti saya…</em>?” tanya Anisa dengan suara pelan</p><p>“<em>Sebenarnya saya hanya ingin tau saja, kenapa kamu bersedih</em>.” jawab Pak Anton.</p><p>“<em>Jadi bapak tau saya sedang bersedih? Apakah saya akan di pecat pak…</em>” tanya Anisa dengan nada agak panik.</p><p>“<em>Iya, setelah saya tau apa alasan kamu bersedih, sampai-sampai kamu berani membawa kesedihanmu itu ke kantor saya..</em>.” ucap Pak Anton dengan nada santai dan sambil meniupi kopi panasnya.</p><p>“<em>Jadi apa alasan kamu bersedih…?</em>” tanya Pak Anton sambil menunjuk Anisa.</p><p>“<em>Ayah saya meninggal pak… tiga hari yang lalu… karena kecelakaan</em>” ucap Anisa sambil menahan air matanya dengan sapu tangan.</p><p>Pak Anton pun sedikit kaget dan segera menaruh kopinya di atas meja.</p><p>“<em>Jadi apakah kamu terus menangis selama 3 hari ini..?</em>” tanya Pak Anton dengan nada pelan.</p><p>“<em>Iya pak…</em>” jawab Anisa sambil menangis pelan.</p><p>“<em>Jadi, apakah kamu akan terus menangis seperti ini..?</em>” tanya Pak Anton dengan sedikit menggebrak meja.</p><p>Sontak Anisa pun kaget karena hal itu dan di hanya terdiam.</p><p>“<em>Saya tau benar perasaan kamu, karena saya pun pernah mengalami hal sepertimu… tapi itu dulu waktu saya masih kelas 3 smp..</em>.” ucap Pak Anton dengan santai.</p><p>Anisa pun sedikit kaget dan coba menatap Pak Anton.</p><p>Pak Anton pun kembali menyeruput kopinya.</p><p>“<em>Iya…, saya dulu di tinggal kedua orang tua saya, saat saya masih kelas 3 smp, kedua orang tua saya meninggal karena musibah tanah longsor</em>.” ucap Pak Anton sambil menaruh kopinya</p><p>“<em>Jadi saya tau benar perasaan kamu saat ini, tapi kamu takkan pernah tau perasaan saya saat itu.</em>” ucap Pak Anton.</p><p>Anisa pun hanya terdiam.</p><p>“<em>Saya hanya sebatang kara hidup di kampung, hanya sedikit orang yang peduli pada saya. Orang tua saya hanya seorang buruh tani ubi, tak banyak yang mereka tinggalkan untuk anaknya ini. Mungkin saja saya akan mati jika saya dulu tidak bisa memotivasi diri saya sendiri saat itu</em>.” ucap Pak Anton sambil tersenyum.</p><p>Pak Anton pun mengeluarkan pulpen dari sakunya, dan menulis diatas selembar tisu lalu Pak Anton memberikan tisu tersebut pada Anisa.</p><p>“<em>Iya itulah motivasi saya, untuk apa saya terus bersedih semua kesedihan itu tak akan membuat saya menjadi lebih baik.</em>” ucap Pak Anton dengan tegas.</p><p>“<em>Dengan motivasi itu, saya memulai hidup saya sendiri, mencari makan dan biaya sekolah sendiri dari berjualan ubi bakar. Itu adalah hal yang sangat berat bagi saya, seorang anak kelas 3 smp yang berusaha bertahan hidup tanpa orang tua dan tanpa kasih sayang</em>.” ucap Pak Anton dengan pandanagan mata yang sedih mengenang masa lalunya.</p><p>Anisa pun lagi-lagi hanya terdiam dan mulai berhenti menagis.</p><p>“<em>Dan saya paling benci, dengan orang yang bersedih hanya karena hal-hal sepele.</em>” tegas Pak Anton yang coba melupakan masa lalunya.</p><p>“<em>Alasan saya selalu memecat karyawan saya yang bersedih karena mereka itu terlalu cengeng. Mereka bersedih hanya karena putus cinta, di selingkuhi, di khianati dan bahkan ada yang hanya kehilangan kenangan dari mantannya pun bersedih. Saya heran mengapa mereka mensia-siakan air mata untuk hal yang tak penting itu..</em>” ucap Pak Anton sambil geleng kepala karena heran.</p><p>“<em>Itulah alasan saya memecat karyawan saya yang bersedih</em>.” tegas Pak Anton.</p><p>Akhirnya Anisa pun mulai sedikit paham dengan bosnya tersebut.</p><p>“<em>Satu pesan saya buat kamu Anisa…</em>” ucap Pak Anton menunjuk Anisa</p><p>“<em>Kamu jangan berfikir kamulah yang paling menderita di dunia ini hanya karena kamu di tinggal ayahmu. Karena di luar sana masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu… dan kamu seharusnya bersyukur masih banyak orang yang peduli padamu, seperti Tania atau teman-teman kerjamu yang lainnya</em>” pesan dari Pak Anton sambil menghabisakan kopinya.</p><p>Anisa pun berdiri dari tempat duduknya.</p><p>“<em>Terima kasih banyak pak untuk motivasinya</em>” ucap Anisa dengan bersemangat.</p><p>Kemudian Pak Anton pun ikut berdiri.</p><p>“<em>Sudahlah itu hal biasa yang dilakukan oleh seorang boss.. hahaha</em>” ucap Pak Anton sambil tertawa.</p><p>Anisa pun hanya tersenyum.</p><p>“<em>Oh iya…. satu lagi Anisa, tolong kamu bayarin ya kopi saya hehehe, itung-itung buat bayar motivasi dari saya</em>” bisik Pak Anton sambil berjalan.</p>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7106624675659771637.post-27278267135796540282018-01-20T09:06:00.000+07:002023-02-19T13:09:24.977+07:00Misteri Korban Pencurian Sendal<div class="is-layout-flex wp-container-45 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><div class="is-layout-flex wp-container-43 wp-block-columns"><div class="is-layout-flow wp-block-column"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUIkTMtYNqfjHIBAqPteyR74_IpjkaApKPox6mdmQ-p9slb5dKObC_DFSW7ngsG_U2ujungtCEvi5aYH0JhuefjBuV6zaJYifShnsShwi9QbsQlaJx9O20C84xLwh32ikD0AABBdSg5qRduFAdyFz9HNizBpepY6sItsUFHem6EKgtxgk2jUgv6dEu/w400-h225/cerpen-misteri-korban-pencurian-sendal.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cover cerpen Misteri Korban Pencurian Sendal" border="0" data-original-height="432" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUIkTMtYNqfjHIBAqPteyR74_IpjkaApKPox6mdmQ-p9slb5dKObC_DFSW7ngsG_U2ujungtCEvi5aYH0JhuefjBuV6zaJYifShnsShwi9QbsQlaJx9O20C84xLwh32ikD0AABBdSg5qRduFAdyFz9HNizBpepY6sItsUFHem6EKgtxgk2jUgv6dEu/w400-h225/cerpen-misteri-korban-pencurian-sendal.png" title="Cover cerpen Misteri Korban Pencurian Sendal" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover cerpen Misteri Korban Pencurian Sendal</td></tr></tbody></table><div style="text-align: center;"><span></span></div><p>Di suatu malam dengan bulan purnama yang terang.</p><p>Si Cemong berjalan terburu-buru membawa sendal miliknya sambil memakai sendal baru yang baru saja dia ambil dari depan rumah Pak RT.</p><p>“<em>Lumayanlah dapet sendal baru, bagus pula warnanya, warna ungu warna kesukaanku banget</em>” kata si cemong dalam hati dengan bahagia….</p></div></div><p></p><p>Pak RT memang terkenal mempunyai banyak sendal yang bagus-bagus, karena memang anak Pak RT perempuan semua.</p><p>Jadi wajar kalau Pak RT punya banyak sendal bagus.</p><p>Dan malam tersebut merupakan kesempatan si cemong untuk mencuri sepasang sandal Pak RT.</p><p>“<em>Untung aja di depan rumah Pak RT ada pohon besar dan semak-semak tinggi jadi gak mungkin ketahuan deh.. ngambil sendalnya</em>” ujar Si Cemong dengan lega..</p><p>“<em>Di ambil satu pasang juga gak apa apalah, lagian sandal Pak RT banyak…</em>” kata cemong dalam hati sambil berjalan menuju…. masjid untuk sholat isya…</p><p>Setelah sampai di masjid, dengan segera si cemong mengambil air wudhu dan meninggalkan sandal baru dan lamanya…. di depan masjid….</p><p>Biasanya setelah selesai sholat, si cemong ngobrol bareng bersama teman-temannya di teras masjid hingga larut malam.</p><p>Tak terasa jam sudah menunjukan pukul sebelas malam…</p><p>Si cemong segera mengambil sendal baru dan lamanya…</p><p>Sayang, yang ada hanyalah sendal lama milik si cemong. Sedangkan sendal baru yang ia curi dari Pak RT sudah hilang.</p><p>“<em>Ahhh… ini pasti ulah teman-teman</em>.” pikir si cemong</p><p>Setelah si cemong menanyakan sendal kepada teman-temannya tak ada satu pun orang yang tau dimana dan siapa yang mengambil sendal baru si cemong tersebut.</p><p>“<em>Sialan baru aja dapet sendal bagus malah hilang lagi….</em>” ujar cemong dengan geram dan emosi.</p><p>Lalu si cemong memutuskan untuk pulang kerumah dan berencana mencarinya lagi besok.</p><p>Paginya setelah si cemong bangun, ia merasa bingung… dan bertanya-tanya.</p><p>“<em>Loh kok sendal ini bisa ada dirumah</em>.” ujar si cemong sambil garuk-garuk kepala.</p><p>“<em>Padahal tadi malam waktu mau pulang hilang… di cari juga gak ketemu, kok bisa ada di sini ya….. siapa yang bawa.</em>” pikir si cemong semakain bingung.</p><p>Siangnya saat pulang sekolah, si comong bersama teman-temannya dan salah satu anak Pak RT pulang bersama.</p><p>Dan mereka membahas sendal si cemong yang hilang tadi malam.</p><p>“<em>Cemong gimana sendal mu? udah ketemu belum..?</em>” tanya teman si cemong.</p><p>“<em>Udah sih</em>” kata si cemong.</p><p>Tapi anak Pak RT langsung memotong omongan si cemong.</p><p>“<em>Eh iya, sendalaku yang baru juga hilang</em>” ujar anak Pak RT dengan kesal.</p><p>“<em>Jadi sandal dia ya….yang aku ambil tadi malam</em>.” ujar cemong dalam hati sambil menganggukan kepalanya.</p><p>“<em>Boleh tau sendal kamu warna apa?</em>” tanya si cemong kepada anak Pak RT.</p><p>“<em>Sendalku yang hilang warna pink… tapiii… setelah di cari bapak ku…. ternyata sandal ku ketemu, ketemunya di kamar mandi</em>.” ujar anak pak rt sambil tertawa….</p><p>“<em>itu mah bukan hilang tapi lupa…. hahaha</em>” ujar temen-teman si cemong sambil tertawa.</p><p>Si cemong terlihat semakin bingung dan bertanya-tanya.</p><p>“<em>Sendal tadi malam kan warna ungu tapi sendal anak Pak RT yang hilang warna pink, terus punya siapa sendal itu.?</em>” ujar si cemong dalam hati dan penasaran.</p><p>Setelah sampai di rumah dengan rasa penasaran, si cemong segera mengambil sendal barunya yang berwarna ungu itu.</p><p>Tetapi sendal tersebut hilang lagi. Si cemong bener-benar bingung .</p><p>“<em>Kenapa sendalnya hilang lagi… ya</em>.” pikir cemong.</p><p>Sore hari…. setelah sholat ashar si cemong melewati rumah Pak RT lagi dan iseng melihat lokasi saat iya mencuri sandal Pak RT.</p><p>Namun, ada hal yang sangat-sangat tidak di duga-duga oleh si cemong</p><p>“<em>Loh kok sendalnya ada disini lagi.</em>” ujar si cemong dengan terkejut.</p><p>Si cemong terkejut setengah mati karena melihat sendal yang dia bawa kemarin kembali ketempat semula.</p><p>Setelah terheran-heran dengan hal tersebut. Tiba-tiba terdengar suara.</p><p>“<em>dek… bawa aja lagi sendalnaya, biar nanti kakak ambil lagi</em>” suara misterius yang di dengar si cemong.</p><p>“<em>siapa itu..!!!</em>” tanya cemong sedikit gelisah.. </p><p>Namun tak ada orang pun yang menjawab.</p><p>Si cemong pun clingak clinguk….. mencari suara siapa itu. </p><p>Sejenak si cemong berfikir dan ia pun baru menyadari bahwa ia berada di bawah pohon besar dan semak-semak tinggi yang mana lokasi tersebut terkenal seram di desanya.</p><p>tanpa berpikir lagi si cemong lekas berlari sekencang-kencangnya bahkan ia belum pernah lari sekencang itu sebelumnya.</p><p>sambil bertriak… “<em>SETAAAAAAAANNNNNN…………………………..!!!!!!!!</em>“</p><p>Akhirnya sendal berwarna ungu itu ditinggalkan begitu saja oleh si cemong di bawah pohon besar dan semak-semak tinggi di depan rumah Pak RT.</p></div></div>nuhid santaihttp://www.blogger.com/profile/15392959287349289729noreply@blogger.com0